Kamis, 30 April 2020

Tak Ada Limitasi untuk Menebar Kebaikan

Suatu hari aku menemukan adikku bertindak aneh sebelum berangkat sekolah. Secara diam-diam, ia menyembunyikan sesuatu di dalam tas mungilnya. Tergerus rasa penasaran, aku menengok “sesuatu” yang ia sembunyikan itu. Ternyata, itu merupakan sebuah plastik yang berisi makanan kucing kering cukup banyak. Sebelum adikku menyadari aku membuka tasnya, aku kembali menutup dan meletakkan tas miliknya ke tempat semula.

Usut punya usut, di sekolahnya ada seekor kucing yang keadaannya sangat menyedihkan. Kucing tersebut penuh luka dan terlihat sangat kurus. Menurut penjaga sekolah, adikku selalu menyempatkan datang ke tempat si kucing—yang biasa tidur di rumah si penjaga sekolah—untuk memberikan makanan kering yang ia bawa dari rumah. Mendengar cerita itu dari penjaga sekolah tiap aku menjemput adikku, rasanya bangga-bangga haru. Pernah gak sih kamu merasa trenyuh hingga rasanya ingin menangis? Jika iya, berarti kita pada posisi yang sama.

Sebagai kakak, aku bangga melihat adikku mampu berbagi dengan kucing melalui makanan kering. Awalnya, ia memang bertindak sembunyi-sembunyi. Mungkin, ia takut dimarahi ibu karena memberi makan kucing liar di sekolahnya. Namun, setelah bapak memberi tahu bahwa itu merupakan perbuatan baik dan harus selalu dipelihara, adikku kini dengan bahagia membawa 1 plastik makanan kucing ke sekolah. Katanya, dia mau memberi makan kucing-kucing yang ia temukan di jalan.

***
Cerita adikku, merupakan secuil dari banyaknya kisah mengenai cara berbagi kebaikan pada hewan. Sebenarnya banyak sekali kisah mengharukan yang oranglain ciptakan, bukan hanya kepada sesama manusia, tetapi juga hewan, tumbuhan bahkan lingkungan. Pernah mendengar nama Mbah Sadiman? Jika belum, mari kita ulik kisah luar biasa mengenai beliau yang menanam ribuan Pohon Beringin untuk menjaga lingkungan dan sumber air di desanya.
Mbah Sadiman, sosok penebar kebaikan melalui Beringin-beringin yang ia tanam
(Sumber gambar : Netz.id)
Mbah Sadiman adalah sosok lelaki sederhana. Beliau merupakan pahlawan lingkungan yang berasal dari Dusun Dali, Desa Geneng, Bulukerto, Wonogiri. Bermula dari rasa prihatin beliau pada Hutan di Bukit Gendol—kawasan Lereng Lawu—yang gersang karena kebakaran hutan. Kala itu, sepulang dari pekerjaannya menyadap getah karet, Mbah Sadiman melihat kondisi Hutan Gendol sangat memprihatinkan. Tanah retak-retak dan pepohonan mati karena kekeringan.

Sepanjang perjalanan pulang, Mbah Sadiman memikirkan cara agar hutan tersebut bisa hijau kembali dan memberi manfaat bagi mahkluk hidup lain. Setelah melalui proses panjang, dipilihlah pohon Beringin sebagai tanaman yang mampu menjadi pelindung air dan penyangga tanah. Setiap hari selama 22 tahun, Mbah Sadiman merawat Beringin-beringin itu layaknya keluarga sendiri. Beliau menyirami, memupuk bahkan menanam kembali bibit yang rusak.
Mbah Sadiman dan bibit-bibit Beringin yang hendak ditanam
(Sumber gambar : Ublik.id)
Merawat lingkungan dengan menanam pohon Beringin bukan tanpa hambatan. Selain beliau harus bertaruh nyawa naik turun bukit untuk menanam, Mbah Sadiman juga dihadapkan kenyataan bahwa masyarakat mulai menganggapnya gila karena mau memanam Pohon Beringin, pohon yang bagi kebanyakan orang dianggap memiliki unsur magis dan tak bernilai jual.

Abai pada hambatan yang ada, Mbah Sadiman terus menanam Beringin hingga hutan di Bukit Gendol menjadi hijau kembali. Beberapa tahun kemudian, masyarakat mulai merasakan manfaat dari tindakan yang Mbah Sadiman lakukan. Air bersih selalu tersedia bahkan ketika musim kemarau tiba. Padahal sebelumnya, air tanah hanya menjadi angan bagi warga desa. Tak ayal, sebutan “gila” pun menghilang bersamaan dengan kebaikan yang beliau sebar.

Menebar kebaikan lewat penanaman Beringin ternyata mampu menjadikan Mbah Sadiman sosok paling diingat bagi warga desa, bahkan kita semua. Atas dedikasi yang ditorehkan lewat penjagaan lingkungan, beliau mendapat berbagai penghargaan dari pemerintah serta menjadi tokoh inspiratif bagi Indonesia. Sebuah takdir yang tidak disangka-sangka bukan?

Membaca cerita mengenai sosok Mbah Sadiman membuat saya berlinangan air mata. Sungguh, beliau merupakan manusia yang mampu bermanfaat tidak hanya bagi manusia, tetapi juga alam. Beliau merupakan salah satu bukti bahwa menebar kebaikan itu tidak mengenal limitasi. Mbah sadiman bukanlah orang berada, beliau tidak bersedekah melalui harta bendanya. Tetapi bersedekah melalui tenaga dan semangat untuk menghidupkan kehidupan di sekitarnya.

Menebar Kebaikan: Membagi rezeki kepada manusia.

Saat ini virus bernama Korona atau Covid-19 tengah menghantui setiap negara tak terkecuali Indonesia. Semua orang kalang kabut karena ia bukan hanya mengganggu sektor ekonomi saja tetapi juga aktivitas sosial. Diketahui kabar mengenai PHK kerapkali terdengar melalui media massa. Dengan kondisi semacam ini, tentu saja lebih banyak rumah tangga mengencangkan ikat pinggang mereka soal finansial. Lantas, apakah masih mampu menebar kebaikan lewat berbagi?
Pembagian paket pangan dari Dompet Dhuafa kepada masyarakat yang membutuhkan
(Sumber gambar : Dompet Dhuafa)
Ya, tentu saja mampu. Itu jawabannya. Dalam kondisi keuangan yang tidak stabil seperti sekarang ini, justru kebaikan berbagi pada sesama tetap harus dikencangkan. Dengar, selain berupa uang, kita juga bisa berbagi kebaikan pada tindakan-tindakan lain bukan? Masih ingat cerita para penjahit yang meluangkan waktunya untuk membuat Alat Pelindung Diri (APD) demi tenaga medis yang bertugas? Ya, itu salah satu dari ribuan cerita bahwa berbagi tak serta merta mengenai uang.

Masa-masa pandemi Covid-19, telah mengingatkan saya mengenai arti “Persatuan dan Kesatuan”. Pada zaman dahulu, itu merupakan senjata paling ampuh untuk mengusir penjajah keluar dari Indonesia. Namun sekarang, itu menjadi cara bagi kita untuk berbagi kebaikan dan mendukung satu sama lain melalui zakat, wakaf hingga donasi demi kepentingan sosial.

Tak ada limitasi untuk bisa menebar kebaikan. Saat ini kita dimudahkan dengan hadirnya teknologi digital yang mampu menjembatani tiap orang untuk berbagi. Saluran-saluran pengelolaannya pun semakin beragam dan memiliki nilai profesionalitas tersendiri. Salah satunya lembaga pengelolaan zakat bernama Dompet Dhuafa.
Dompet Dhuafa lahir sebagai jawaban atas kegundahan tiap orang mengenai makna berbagi. Beberapa kali saya mendengar seorang kawan yang takut jika sedekah yang ia berikan justru memberi mudharat karena salah sasaran. Pernahkah kamu takut memberi uang pada pengemis karena khawatir itu mendorong mereka pada kemalasan? Jika iya, berarti kita sama.

Kabar baiknya program-program yang dibuat oleh Dompet Dhuafa berupa pemberdayaan, sehingga memiliki 2 nilai waktu, jangka pendek dan panjang. Melalui program pemberdayaan, inshaallah, para penerima bantuan tidak hanya mendapat manfaat berupa produk sekali pakai, tetapi juga suntikan modal, hingga fasilitas umum yang dibangun untuk kepentingan bersama.
Pengrajin Kacamata Kayu, program pemberdayaan yang didukung oleh Dompet Dhuafa
(Sumber gambar : Dompet Dhuafa)
Adapun penyaluran bantuan yang kita berikan adalah lintas daerah dan negara sehingga tak ada batasan untuk berbagi rasa cinta dan kemanusiaan. Rasa takut memberikan bantuan kepada orang yang salah melebur seketika melalui lembaga seperti Dompet Dhuafa ini. Pembagian sedekah berupa donasi hingga zakat dibagikan sesuai prosedur yang benar dan amanah.
1. Ketika kamu hendak berdonasi di Dompet Dhuafa, kamu akan menemukan tampilan seperti ini
2. Kamu tinggal pilih saja hendak melakukan donasi jenis apa?
Yang pasti kamu bisa berdonasi via dompet digital. Mudah kan?
Berbagi mudah kepada sesama hanya dengan sentuhan jari. Praktis, amanah, kompeten dan memiliki jaringan yang luas. Bukankah itu yang dibutuhkan setiap orang? Sebagai lembaga yang berkiprah di bidang kemanusiaan dan kesejahteraan, Dompet Dhuafa telah mendapatkan banyak penghargaan, salah satunya adalah sebagai "The Most Favourite National Islamic Non-Governmental Organization (NGO)".
Apabila ditelisik mengenai fungsinya sebagai tempat penyalur sedekah masyarakat, Dompet Dhuafa mampu mewakili kegundahan tiap orang yang bingung hendak bersedekah. Sebenarnya bisa saja sedekah di masjid-masjid lingkungan sekitar atau membagikan langsung ke kaum dhuafa. Hanya saja, cangkupan distribusinya memang tidak terlalu luas. 

Menebar Kebaikan: Membagi rezeki kepada Hewan

"Pada setiap sedekah terhadap mahluk yang memiliki hati (jantung) yang basah (hidup) akan dapatkan pahala kebaikan. Seorang muslim yang menanam tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang kemudian dimakan oleh burung-burung, manusia, atau binatang, maka baginya sebagai sedekah.” (Bukhari, Muslim)

Tuhan menciptakan setiap mahkluk di dunia ini memiliki nilai yang begitu spesial. Baik manusia, tumbuhan hingga hewan. Namun demikian, manusia menjadi puncak dari keagungan mahkluk yang Tuhan ciptakan karena memiliki akal, pikiran, daya kreatif dan intuisi untuk mencipta. Dengan demikian, wajar jika manusia dijadikan kalifah untuk menjaga bumi beserta isinya.

Saat ini, dampak pandemi Covid-19 tidak hanya dirasakan oleh manusia saja, tetapi juga hewan-hewan. Seperti berita yang datang dari Medan Zoo. Diketahui para satwa yang ada di kebun binatang tersebut terancam mengalami kelaparan karena tak ada wisatawan yang datang. Padahal biasanya, sumber makanan mereka berasal dari pemasukan hasil pembelian tiket yang wisatawan beli.

Semenjak phisical distancing diberlakukan oleh pemerintah, masyarakat mulai mengurangi aktivitas diluar rumah, termasuk kegiatan wisata. Tak pelak, ini membuat tempat-tempat rekreasi, termasuk kebun binatang menjadi sepi pengunjung. Jika kedepannya pandemi ini masih berlangsung, ditakutkan satwa-satwa yang ada disana bakal menderita kelaparan dan bagian terburuknya mengalami kematian. 

Ini masih satu kebun binatang, belum dengan lokasi lain yang mengalami kondisi serupa. Mereka membutuhkan uluran tangan dari kita semua, para donatur. Jika saya amati,  di Indonesia, donasi atau pun zakat yang kita berikan lebih diutamakan untuk kepentingan manusia.
Welia Iyah, wanita asal Amuntai pemelihara kucing-kucing yang terlantar
(sumber gambar : kucinglucu.net)
Padahal, di dunia ini mahkluk hidup bukan hanya bicara manusia, tetapi juga para hewan dan tumbuhan. Pandangan saya kedepannya, kita secara bersama-sama bisa lebih peka untuk membagikan rezeki pada hewan yang membutuhkan. Entah secara pribadi, atau melalui lembaga khusus.

Harapan saya juga, lembaga-lembaga pengelola zakat seperti Dompet Dhuafa juga menyediakan program khusus bagi hewan-hewan terlantar atau mengalami kesulitan sehingga nikmat berbagi kebaikan bisa dirasakan setiap makhluk.

Sering bukan kita menemukan pemberitaan mengenai hewan seperti kucing atau anjing liar yang mengalami luka akibat kecelakaan atau disiksa manusia. Lantas penolong hewan tersebut kebingungan harus mendapatkan dana dari mana untuk bisa membawa si hewan ke dokter.

Diakui atau tidak, hewan juga membutuhkan perawatan layaknya manusia apabila mereka sakit.  Dan biaya pengobatan mereka juga tak murah. Permasalahannya, kita belum memiliki lembaga khusus yang menangani pengelolaan dana untuk para hewan, sehingga si penolong kebingungan. Untungnya, si penolong memiliki media sosial, sehingga bisa berbagi informasi soal donasi.

Nah, bicara soal berbagi kebaikan pada hewan. Masih ingat kan dengan cerita adikku yang membagikan makanan ke kucing liar di sekitar sekolahnya? Ya, kadang bersedekah itu sederhana. Tuhan tak pernah membatasi harus dengan uang atau barang. Namun melalui niat baik untuk berbagi kepada yang lain, inshaallah menjadi berkah tersendiri.

Dalam suatu riwayat, apabila kita hanya mampu memberikan senyum kepada oranglain, itu sudah termasuk bagian dari sedekah. Ya, bagi saya pribadi, sedekah itu tak mengenal limitasi. Sedekah itu tak mengenal batas wilayah, agama, ras, dan jenis mahkluk hidup. Semua layak untuk diberi kebaikan dengan kadar yang proporsional. Dengan demikian, Yukk jangan takut berbagi!

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”

28 komentar:

  1. Bagus juga idenya berbagi kebaikan pada hewan-hewan yang terlantar atau tak bertuan. Semoga kegiatan baik adiknya berlimpah pahala ya mba.

    BalasHapus
  2. Selalu ada orang-orang baik dan menginspirasi di sekitar kita tinggal kita saja mau ikut menjadi bagian dari mereka Atau malah cuek saja dan mereka pun akan terus melaju pada fokus yang mereka inginkan tanpa memperdulikan orang-orang seperti kita yang mau ikut atau tidak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, orang2 baik yang mau berbagi di dalam senyap itu banyak banget. Dan mereka menginspirasi..

      Hapus
  3. Baca kisah Mbah Sadiman sangat menginspirasi. Menebar kebaikan itu mudah terbatas dengan sesama tapi juga untuk alam. 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, menebar kebaikan itu gak ada batasannya

      Hapus
  4. Aku trenyuh juga Kak baca kisah adikmu. Alhamdulillah masih banyak orang baik di sekitar dan di luaran sana. Yang tentang dompet dhuafa, ya menurutku bagus ada yayasan yang jelas seperti ini. Sehingga mereka yang enggak bisa terjun langsung bisa titip lewat sini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, Dompet Dhuafa ini bisa jadi lembaga utk sedekah kita biar gak takut disalahgunakan

      Hapus
  5. Meneruskan dari judulmu ya kak. Tak ada kata menunda juga apalagi kalau hati udah bicara ya lakukan dan sekarang. Good luck ya

    BalasHapus
  6. setuju bangeeeeett, melakukan hal sekecil apapun dan utk org di sekitar yg kita temui, tanpa harus tangan kiri melihat ya dek..

    BalasHapus
  7. MasyaAllah ... Adik kecil sudah memiliki jiwa berbagi semenjak dini. Terus pertahankan ya, Dek. InsyaAllah, akan semakin banyak berbagi akan semakin membahagiakanmu.

    Di sekitar kita ini banyak banget ya, orang-orang yang melakukan kebaikan bernilai besar namun hanya orang di sekitarnya saja yang tahu. Kegiatan yang dianggap sepele, awalnya diabaikan, tapi kemudian disadari mendatangkan manfaat.

    Semoga semakin banyak kebaikan yang bisa ditebarkan di muka bumi. Lewat tangan sendiri atau melalui lembaga filantropi seperti Dompet Dhuafa ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin Ya Rabb, semoga aja ya kak. Terima kasih sudah mampir ke blog :)

      Hapus
  8. Ya Allah adekmu mulia sekali tiara. Msh kecil sdh tertanam jiwa berbaginya. Masya Allah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas Joe, soalnya adikku emang seneng banget ama kucing-kucing

      Hapus
  9. Sebagai orang yang punya perasaan biasa-biasa terhadap binatang apa pun, aku merasa tercerahkan oleh tulisanmu ini. Iya ya? Binatang-binatang yang ada di bonbin pun terdampak covid 19 ini.... Sebab gak ada pengunjung..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak begitu. Sedih juga sih dengernya. Cuma bisa bantu sekenanya

      Hapus
  10. MashaAllah~
    merinding...
    Banyak kebaikan yang terjadi di sekitar kita. Dan fitrahnya manusia memang melakukan kebaikan yaa...

    Semoga Dompet Dhuafa makin banyak donatur dan menjadikannya lembaga amil yang berkah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin Mbak, harapanku di Dompet Dhuafa ini ada bagian khusus penanganan hewan juga. Jadi ada sebagian donasi yang diarahkan untuk kemaslahatan hewan :)

      Hapus
  11. bangga sekali sama adeknya mba sekecil itu sudah punya empati terhadap makhluk hidup meskipun hanya seekor kucing, dan pastinya proud juga sama mba sadiman, sehat-sehat ya pak. ternyata dompet dhuafa menyentuh soal budaya juga ya programnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak bener banget, Kalau Dompet Dhuafa, insyaallah emang programnya bagus

      Hapus
  12. Wahhh luar biasa mbah sadiman, jujur akutu penasaran soal beringin kupikir tumbuh liar ternyata ada bibitnya tapi pohon beringin identik sama yang mistis2 ya mbak katanya tempat tinggal potensial mahluk halus 😂😂😂😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah itu, makanya mbah Sadiman dianggap gila oleh orang-orang mbak, soalnya nanamnya pohon yang dekat dengan unsur magis. Padahal secara pengetahuan, pohon ini bisa menjaga alam :)

      Hapus
  13. Bener banget, enggak ada batasan untuk menebar kebaikan. Kepada siapapun. Kepada semua makhluk ciptaan Allah. Bersyukur bahwa menebar kebaikan itu menular. Di masa sekarang, hal ini terealisasikan dalam usaha saling membantu saudara-saudara yang terdampak pandemi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget mbak, sekarang tuh saatnya untuk berbagi lewat rexzeki yang kita punya :)

      Hapus
  14. Saya pribadi dan keluarga adalah pecinta kucing. Jadi membaca mukadimah tulisan Mbak Mutiara dengan apa yang dilakukan oleh adik Mbak, saya pastinya merasakan betul bangga dan harunya. Memang, #MenebarKebaikan itu tidak ada batasnya ya. Kita bisa berbagi kepada semua makhluk hidup. Semoga dengan ditulis dan dibagikan melalui blog seperti ini, bisa jadi inspirasi bagi orang lain ya, Mbak. Aamiin.

    Salam hangat dari Bangfirman.com. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin aamiin, terima kasih Mas Firmansyah sudah mampir ke tulisan saya :)

      Hapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam