Minggu, 06 September 2020

Review The Green Mile : Menghukum Mati Seorang Berhati Malaikat

Bagi pecinta film Korea Selatan, mungkin mengenal judul "Miracle in Cell No 7" sebagai cerita yang mengharukan dan menyesakkan dada. Ya, kuakui demikian. Aku saja yang menonton pertama kali, mampu menghabiskan 1 plastik tisu seharga Rp 5000-an saking nyeseknya.

Sama halnya dengan film Korea Selatan tersebut, cerita berjudul The Green Mile (1999) juga tak kalah membuat nyesek. Ceritanya pun sama-sama mengambil latar tempat di penjara. Hanya saja itu bukan penjara biasa, tetapi penjara sebagai tempat terakhir para narapidana menunggu ajalnya karena hukuman mati.

The Green Mile disutradarai oleh Frank Darabont yang juga menyutradarai film legend "The Shawshank Redemption". Kita tahu bahwa Shawshank merupakan cerita legend yang mampu membuat penontonnya terhanyut melalui peran para tokoh plus kejutan-kejutannya. So, gak heran, film selanjutnya dari Darabont berjudul The Green Mile, mampu menyedot perhatian meski sudah terlewat 21 tahun yang lalu.

***

Cerita bermula pada sebuah penjara bernama Cold Mountain di tahun 1930-an. Seorang ketua sipir bernama Paul Edgecomb (Tom Hanks) bersama para anggotanya termasuk Brutus (David Morse) dan Dean (Barry Pepper) berdiri disebuah sel. Mereka tengah menunggu narapidana mati karena kasus pembunuhan 2 bocah perempuan.

Scene beralih pada sebuah mobil yang menurunkan sosok tinggi besar dikawal beberapa penjaga, termasuk sipir bernama Percy Whitmore (Doug Hutchison) yang jujur saja membuatku kesal. Dari jauh, Paul, Dean dan Brutus terlihat tegang namun berusaha tetap tenang.

Percy sepanjang perjalanan mengawal narapidana yang baru datang berteriak "calon orang mati" berulang kali hingga sampai ke hadapan Paul. Btw, meskipun menyandang status narapidana, mereka tetap tak pantas jika diolok-olok "calon orang mati", mereka juga manusia yang perlu dihargai.

Merasa tak beretika sama sekali karena brisik, Paul sedikit menghardik Percy dan menuruhnya tutup mulut. Dengan wajah songong, Percy akhirnya diam sembari pergi meninggalkan Paul dkk. Namun begitu, sepanjang ia melangkah keluar penjara, Percy membuat ulah dengan memukul Edward---salah satu narapidana yang juga tengah menunggu hukuman matinya.

Oke, back ke cerita narapidana yang baru masuk ke penjara. Orang itu bernama John Coffey (Michael Clark Duncan), ia memang terlihat mengerikan diawal karena postur tubuhnya yang tinggi besar, namun setelah Paul berbicara dengannya, John tak menunjukkan sosok pelaku kriminal sama sekali. Ia bahkan cenderung bersikap sopan. John juga mengakui bahwa ia takut dengan kegelapan. Paul heran, Lha kok bisa gitu ya, orang kalem gini masuk penjara?

Sumber : nytimes.com

Saking penasarannya, Paul kemudian memeriksa catatan kriminal milik John yang isinya cukup meragukan, namun apa mau dikata, ia tak memiliki sesuatu yang mampu membuktikan bahwa John adalah orang baik. Well, sebelum menjejak cerita lebih lanjut, si Paul sebenarnya memiliki penyakit saluran kencing yang cukup parah. Beberapa scene menunjukkan ia kesakitan saat buang air kecil.

Suatu ketika ada adegan dimana satu orang narapidana hendak dihukum mati, disana benar-benar diperlihatkan kengerian hukuman listrik. Ya, para narapidana yang terkena hukum mati nantinya bakal merasakan duduk di kursi dengan listrik tegangan tinggi. Membayangkan saja rasanya udah ngeri. Entah sekarang hukuman itu masih digunakan atau tidak.

Cerita beralih pada hal lain. Suatu ketika, seekor tikus tiba-tiba mengejutkan Paul, Dean dan Brutus yang kala itu tengan makan. Brutus memberi sedikit kue dan tikus itupun memakannya dan berlari.

Penasaran, mereka mengejar hewan tersebut hingga ke lokasi persembunyian namun tak menemukan apa-apa. Dan kejadian ini pun dialami oleh Percy, tapi, si sipir menyebalkan ini sangat membenci tikus sehingga berambisi untuk membunuhnya.

Usut punya usut, si tikus ternyata mampu ditaklukan oleh Edward. Si tikus bahkan menjadi best and last a friend bagi Edward yang mengaku tak memiliki siapapun. Karena Edward pulalah, si tikus bisa menghibur tiap orang dipenjara, terkecuali si Percy.

Si tikus teman Edward yang menjadi penghibur bagi warga penjara 

Beberapa waktu kemudian, dipenjara Cold Mountain, datanglah narapidana baru yang cukup merepotkan. Ia bernama Bill (Sam Rockwell) yang terkena hukuman mati karena kasus pemerkosaan plus pembunuhan. Jujur, pas pertama ngelihatnya, peran si Sam Rockwell ini good banget. Aku bisa melihat muka-muka psikopat dalam dirinya.

Memasuki area penjara, Bill mulai berulah. Ia menendang "sesuatu" milik Paul yang kita tahu tengah mengalami infeksi. Otomatis, Paul berteriak kesakitan, namun tetap berusaha baik-baik saja di hadapan sipir lain. 

Setelah Bill tertangani dengan baik melalui obat bius, para sipir mulai pergi. Paul ambruk dan meraung-raung ke lantai. Sedetik kemudian Paul mendengar John memanggil namanya dan menyuruh untuk mendekat.

Paul mendekat tanpa ragu. Tak disangka, John menyembuhkan penyakit Paul melalui keajaiban yang dimilikinya. John kemudian menyemburkan penyakit milik Paul dalam bentuk debu ke udara. Kejadian tersebut cukup mengejutkan bagi Paul dan Edward yang melihatnya.

Sejak saat itu, Paul kembali sehat, bahagia dan bersemangat. Itu kali pertama selama beberapa tahun Paul bisa merasakan nikmatnya buang air kecil dan berkumpul bersama Sang istri. Sebagai rasa terima kasih, istri Paul kemudian membawakan roti untuk John.

John yang diberi ketulusan oleh istri Paul sangat bahagia dan berterima kasih. Ia kemudian membagikan roti miliknya untuk Edward dan tikus kecilnya. Oke, jadi kalau dilihat sampai sini, udah kelihatan banget kalau John memang bukan kriminal. Lantas mengapa ia ditangkap?

Demi mengungkap itu, Paul berusaha mencari informasi ke desa tempat John tinggal, namun hasilnya nihil. Padahal, selama dipenjara, John sudah menyembuhkan 3 sosok. Paul, si tikus yang ditendang oleh Percy dan Istri ketua penjara dari tumor ganas. Aku disini gak akan nyeritain lengkapnya. Intinya mah, adegan pas John nyembuhin istri Ketua Penjara dan si Tikus, terasa sangat mengharukan dan menguras air mata.

Singkat cerita, ternyata pelaku pembunuhan 2 anak gadis---yang dituduhkan ke John---adalah si Bill. Ya, itu bisa terlihat dari scene ketika tak sengaja John memegang tangan Bill. John mampu melihat setiap kejadian dimasa lalu dalam memori Bill. Tapi, karena saat itu warga memergoki John tengah membawa 2 jenasah si gadis---yang sebenarnya sedang ia berusaha sembuhkan---sehingga ia dianggap sebagai pelaku. Sedih banget ya Allah :(

Salah satu adegan hukuman mati di film The Green Mile (1999)
Sumber gambar : twitter.com

You know, aku nangis ngelihat scene ini. Meski udah diketahui oleh Paul dkk bahwa John Tak bersalah. Tapi karena nihil bukti, John pada akhirnya harus terima dieksekusi. Sebelum meninggal, John hanya berpesan pada Paul dan sipir lainnya

"Jika suatu hari kau ditanya Tuhan mengapa membiarkanku mati, katakan pada Tuhan bahwa itu untuk kebaikan"

Lalu gimana nasib si Bill dan Percy? FYI, keduanya terkena karma. Si Percy jadi gila setelah diberi John debu hasil menyembuhkan istri bos penjara, dan si Bill mati ditembak oleh Percy yang sudah menggila akibat debu yang diberi John.

Cerita ini berakhir dengan sangat menyedihkan, sosok manusia berhati malaikat seperti John harus meninggal karena kejahatan manusia lainnya. John sebenarnya bisa saja mengelak agar tak mendapat hukuman. Namun, ia tak sanggup melihat lebih banyak manusia saling membunuh sehingga memilih untuk dihukum saja.

***

Film yang diadaptasi dari novel karya Stephen King ini memang punya plot dan pengembangan cerita yang menarik. Meskipun endingnya cukup menguras air mata, namun bagi saya pribadi justru kekuatan ceritanya ada disana. Kadangkala, kita menginginkan sebuah akhir yang menyenangkan. Namun demikian, tak semua akhir berbuntut indah.

Well, The Green Mile juga mendapatkan beberapa penghargaan serta rating yang cukup tinggi. Ini artinya, film ini layak untuk ditonton oleh pecinta film bergenre drama fantasi. Silahkan menyaksikan keharuan dan keseruannya sendiri ya :)

20 komentar:

  1. Mungkin klo nonton filmnya seru banget ya mbak, aiih jadi penasaran pengen nonton udah gitu plot filmnya menggugah rasa nih.

    BalasHapus
  2. Nama stefen king familiar pasti ya dengan novel novelnya pun aku nggak baca ini. Makasih infonya kak

    BalasHapus
  3. Film lama, pemainnya bagus semua, cerita daro reviewnyanpun menarik, wajib tonton ini mah walau ga pernah baca novelnya

    BalasHapus
  4. Aku belum nonton nih bunda. Sepertinya kalo bunda bilang seperti film korsel tadi jadi kepingin nonton bun, pasti seru juga nih hehe. Makasih infonya bun

    BalasHapus
  5. Ini film Hollywood ya,aku juga pas nonton Miracle sell itu nangis sampai suami melarang nonton lagi haha

    BalasHapus
  6. Sosok si John punya indera ke enam gitu ya. Tapi enggak dimanfaatkan buat kejahatan. Pesan filmnya bagus bahwa nggak selamanya berbuat baik diterima semua orang, tapi pembalasan pasti ada.

    BalasHapus
  7. Merindiing...
    Baca review Green Mile, malah sambil membayangkan keadaannya saat itu...
    Nontonnya sambil terisak-isak yaa, kak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak, soalnya emang sad banget lihat yg gak beraalah malah dihukum mati. Udah gitu dia dibenci banyak orang lagi :(

      Hapus
  8. for a long time didnt watching film AS, still interisting drama or film Asia. read your review make me curious to know more. thanks you

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks kak, you can watch it if curios about it, maybe accompanied with your hubby hehe

      Hapus
  9. Baca reviewnya ini film cukup bikin haru..
    tapi aku jadi teringat K-Movie yang judulnya Harmony. Secara garis besar hampir sama setting nya adalah penjara (tapi penjara wanita)
    Sipir penjaga juga dekat dengan napi ini dan merasakan kehilangan ketika si Napi hendak menghadapi eksekusi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, aku malah belum pernah tahu judul FilKor yg judulnya itu Kak

      Hapus
  10. Belum pernah nonton film ini Mbak, kayaknya sedih banget ceritanya :(

    BalasHapus
  11. Blm pernah nonton filmnya tapi review si kakak jelas banget apalagi penjabaran nya jelas banget

    BalasHapus
  12. gw nnton ini bener2 ga ngerasain apa2. hambar aja. gatau kenapa ga ngerasain feel apa2. beda sama film sebelah Forrest Gump yang pemeran nya sama kyk the green mile si Paul (Tom Hanks), Forrest Gump lbh worth it buat ditonton si menurut gw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku malah belum nonton sih yang Forest Gump. Katanya sih emang bagus.

      Hehe, menyoal worth it enggaknya, emang tergantung kesukaan sih kak. Kalau aku pribadi, nangis nonton Green Mile ini :(

      Hapus
  13. Air mata tumpah tak kraan menonton film ini kaka...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa. Ini film bikin nyesek. Aku aja nangis bombay :,((

      Hapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam