Senin, 28 Mei 2018

Melawan Stunting Melalui Cinta Terencana Untuk Membangun Keluarga Hebat

Stunting. Awalnya saya tak begitu memahami kata tersebut. Terdengar anyar rasanya di telinga ini. Namun yang mengherankan, kata tersebut menjadi viral dan berada pada trending topik di twitter. Saya mulai searching maknanya melalui Google dan menemukan ulasannya dengan sangat mudah.

Hanya dalam waktu 0,40 detik ketika kata itu diketik, muncul sebanyak 22.000.000 hasil pencarian. Wow, mengejutkan. Ternyata begitu banyak ulasan berkenaan dengan Stunting. Mengapa sebanyak itu yang mengulas? Se-urgen apakah  Stunting sehingga ia pernah menjadi Trending Topik Indonesia dan terindeks di google dengan ulasan cukup banyak.
Baiklah Kawan. Mari kita berbicara melalui hati untuk memahami makna Stunting dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Stunting masih menjadi hantu yang menyeramkan bagi negeri ini. Mungkin, tak banyak orang tahu bahwa pengaruh Stunting berimbas pada perekonomian dan ketahanan negara. Bagaimana Bisa?

Cobalah kita lihat melalui generasi yang terlahir. Sebuah negara bisa dikatakan kuat bukan hanya melalui pendapatan negara yang tinggi, wilayah yang luas ataupun sumber daya alam yang melimpah. Namun juga berkaitan dengan sumber daya manusianya (SDM). Jika SDM yang dimiliki suatu negara berkualitas, maka ia akan memiliki produktivitas tinggi dengan kontribusi terhadap perekonomian yang tinggi pula.

Namun, bagaimana jika SDM (generasi penerus bangsa) yang dihasilkan lemah karena permasalahan kesehatan, Stunting misalnya. Tentu, itu akan berpengaruh pada lemahnya produktivitas negara. Mengapa bisa? Ini berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan oleh Stunting pada anak. 

Anak yang menderita Stunting, cenderung memiliki pertumbuhan fisik dan mental yang lambat. Kelambatan dalam perkembangan memicu terjadinya risiko penyakit kronis yang diderita. Tak hanya itu, anak penderita Stunting juga memiliki kelambatan dalam berpikir dibanding mereka yang normal. Nah, hal tersebutlah yang pada akhirnya bermuara pada rendahnya produktivitas. 

Indonesia gawat Stunting. Ya, pada beberapa artikel menyatakan bahwa banyak terjadi kasus kekerdilan pada anak di negeri ini. Bahkan WHO menginformasikan kalau Indonesia berada diurutan ke-5. Mengapa itu bisa terjadi?

Salah satu hal yang menyebabkan terjadinya Stunting adalah karena gizi buruk. Mirisnya, masih banyak masyarakat Indonesia yang mengalami gizi buruk. Terutama di wilayah terpencil dengan fasilitas yang masih minim.

Mari mengenali ciri-ciri Stunting sehingga kita bisa menghindarinya untuk menciptakan generasi masa depan yang hebat. Berikut merupakan ciri-ciri terjadinya Stunting pada anak.
Jika ditelisik lebih dalam, sebetulnya banyak kasus-kasus mengenai Stunting yang disebabkan oleh gizi buruk dan kemiskinan di Indonesia. Salah satunya adalah cerita yang berasal dari kabupaten Gunung Kidul, provinsi Yogyakarta. 

Kasus gizi buruk terjadi pada seorang bayi mungil bernama Fatimah. Dia merupakan anak kedelapan dari pasangan Eko Suharno dan Indri Mutoharoh. Ya, nama bayi itu sempat mencuat dan menjadi headline di media massa Jogja 2017 silam. 

Kondisi tubuh Fatimah begitu memprihatinkan. Dia mengalami kekurangan gizi akut yang hanya memiliki berat sebesar 1,7 kilogram. Padahal, normal berat badan untuk bayi yang baru lahir berkisar antara 2,5-4,5 kilogram.

Kondisi Fatimah yang sedemikian rupa bukan tanpa sebab. Keadaan alam yang tak mendukung dan kemiskinan yang melanda keluarganya, memaksa ia kehilangan asupan nutrisi saat berada di dalam kandungan. Selain itu, ketidaktahuan mengenai informasi saat kehamilan juga menjadi penyebab terjadinya kondisi tersebut. 

Ya, Fatimah merupakan satu dari ribuan anak yang mengalami gizi buruk di Gunung Kidul. Sebelumnya, saya pernah membaca melalui Gunungkidul.sorot.co yang menyatakan bahwa pada tahun 2017 jumlah balita gizi buruk sesuai indikator menurut berat badan ada 205 anak, menurut tinggi badan sekitar 697 balita, dan stunting menurut umur ada 6.396 balita. Sangat sedih saya membacanya.

Saya sebenarnya cukup paham keadaan kabupaten Gunung Kidul itu seperti apa. Well, dulu teman saya pernah Kuliah Kerja Nyata (KKN) disana. Menurut teman saya, kondisi tanah di Gunung Kidul keras yang membuatnya sulit untuk ditanami. Apalagi saat musim kemarau datang.
Sumber : Google image
Nah, akibat dari kemarau itu, Gunung kidul terkenal sebagai wilayah yang mengalami krisis air bersih. Cukup logis jika banyak terjadi kemiskinan disana. Yang membuat saya lebih sedih adalah karena kemiskinan tersebut berdampak pada minimnya pemenuhan nutrisi bagi anak.

Ketahuilah. Pemenuhan nutrisi selama kehamilan itu begitu penting. Terutama dalam kurun waktu yang disebut 1000 HPK. Hmm sudah tahukah kalian mengenai 1000 HPK? jika belum, mari kita belajar bersama. 
Pada beberapa bulan yang lalu, saya dan beberapa blogger sempat diundang ke satu acara yang diadakan oleh  sebuah organisasi kesehatan. Acara tersebut mengajak para blogger, baik yang telah menikah maupun yang masih single untuk memahami arti penting 1000 HPK. 

Nah, yang dimaksud dengan 1000 HPK ialah 1000 hari pertama kehidupan anak. Dihitung mulai dari janin yang masih berada dalam kandungan (9 bulan 10 hari = 280 hari) dan sampai anak tersebut berusia 2 tahun (720 hari), diasumsikan 1 bulan sama dengan 30 hari.

Pada periode perkembangan bayi tersebut, beberapa ahli menyebut sebagai “Periode emas”. Dalam periode emas, pertumbuhan bayi sangat ditentukan oleh nutrisi dan asupan yang dimakan oleh sang ibu. Jika sang ibu memberi nutrisi yang tepat dan sehat, maka bayi yang dikandungnya akan sehat dan memiliki pertumbuhan yang cukup baik.
Seribu hari pertama kehidupan anak dimulai sejak ia berada di dalam kandungan hingga berusia dua tahun. Masa ini adalah periode penting. Sebab, perkembangan otak dan fisik akan ditentukan pada periode ini. Asupan gizi memegang peranan penting pada 1000 hari pertama kehidupan. Bila asupan gizinya sampai kurang, anak akan sangat mungkin mengalami gangguan tumbuh kembang, terlambat bicara dan berjalan serta mengalami stunting (Kekerdilan).

Stunting tidak hanya berkaitan dengan lambatnya pertumbuhan fisik anak, namun juga berpengaruh kepada tidak maksimalnya perkembangan otak, hal tersebut kemudian mempengaruhi kemampuan belajar dan mental. Selain itu, anak yang mengalami stunting akan punya riwayat kesehatan yang kurang baik karena daya tahan tubuhnya juga lemah. Dan yang mengerikan adalah kondisi stunting bisa menurun (degenerative) ke generasi berikutnya.

Kondisi stunting cukup sulit ditangani lagi bila anak telah memasuki usia dua tahun. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya stunting pada anak, ibu perlu mengonsumsi asupan gizi yang layak, terutama selama masa kehamilan hingga anak lahir dan berusia 18 bulan. Namun, bila ibu sudah terlanjur melahirkan bayi yang mengalami Stunting, maka perawatan dan pemberian makanan yang cukup dan sehat menjadi sebuah keharusan. Sebab, bayi yang mengalami Stunting pun membutuhkan nutrisi yang baik untuk  perkembangannya tubuhnya.
Kondisi bayi yang sudah terlanjur mengalami Stunting tidak bisa dipulihkan. Hal tersebut, tentunya memberitahukan kepada kita bahwa urgenitas Stunting begitu besar. Meskipun demikian, masih banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mencegah terjadinya Stunting. Berikut cara yang bisa dilakukan oleh mereka yang sudah menikah dan sedang hamil.
Sumber : Indonesia baik.id
Selain itu, cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya stunting selain 10 hal tersebut yakni membangun cinta yang terencana untuk menghindari pernikahan dini. Ini bisa dilakukan bagi kita yang belum menikah atau akan menikah.
Membangun keluarga yang hebat bisa diawali dengan semangat Cinta Terencana. Hal ini dapat diimplementasikan sejak masa remaja yang dianjurkan untuk merencanakan pernikahannya di usia yang cukup demi alasan kesehatan, sosial, maupun ekonomi. 

Dalam menciptakan keluarga yang hebat, cinta yang ada harus direncanakan dengan matang melalui banyak pertimbangan. Ya, cinta terencana merupakan usaha yang sedang diupayakan oleh semua pihak, termasuk oleh pemerintah melalui BKKBN. Tujuannya adalah untuk mengatasi maraknya pernikahan dini.
Ada beberapa risiko yang bisa terjadi ketika sebuah pernikahan tidak direncanakan secara matang.
Tidak hanya sebelum menikah, program cinta terencana ini juga harus berlanjut setelah seseorang berkeluarga. Pasangan suami istri wajib merencanakan jarak kelahiran anak-anaknya, memiliki kecukupan ekonomi, dan mempedulikan kesehatan ibu.

Dan tentunya, menjaga kesehatan psikologi anak secara proporsional antara anak pertama dan anak selanjutnya harus dilakukan. Mengapa? Agar anak-anak mendapatkan porsi kasih sayang yang cukup. 
Baiklah. Mari bersama-sama kita lawan dan hindari terjadinya Stunting. Melawan Stunting bukan hanya tugas dari Kemenkes, BKKBN atau segelintir orang. Melawan Stunting merupakan tugas kita semua. Setidaknya sebagai masyarakat, kita bisa ikut andil melakukan pencegahan dengan menjadi warga negara yang merencanakan cinta (Pernikahan) dengan baik. Ya, Stunting merupakan musuh kita bersama. 

Hal-hal yang perlu kita persiapkan dalam rangka membentuk Cinta terencana adalah sebagai berikut.
Pendidikan sangat penting untuk menunjang hidup seseorang, salah satunya yaitu untuk menunjang karir. Dalam kehidupan, karir yang bagus akan mengarahkan pada kemampuan ekonomi yang bagus pula. Sehingga, adanya pendidikan bagi para calon orangtua, terutama ibu juga menjadi suatu hal yang penting. Selain itu, pendidikan juga berfungsi untuk memperbaiki pola pikir, memperbanyak relasi, dan menambah wawasan yang mungkin akan berguna untuk banyak orang. 

Bagi anak-anak, orangtua merupakan sosok terpenting yang harus ada ketika mereka tumbuh dan berkembang. Terutama seorang ibu yang dikatakan sebagai madrasah bagi seorang anak. Ibu haruslah cakap dan pandai. Kepandaian dan kecakapan itu salah satunya bisa didapatkan melalui pendidikan.
Soft skill merupakan kualitas yang dibutuhkan dalam beberapa hal tertentu yang tidak berdasarkan pada kemampuan pengetahuan. Kemampuan ini meliputi pola pikir, kemampuan berkomunikasi, dan sikap-sikap yang positif. Kemampuan ini akan sangat bermanfaat dalam dunia kerja maupun dalam interaksi sosial pada umumnya.

Soft-skill tidak tumbuh melalui buku-buku yang dibaca atau dipelajari di sekolah. Kemampuan secara sosial seperti yang disebutkan di atas adalah kemampuan teknis yang terbentuk berdasarkan pengalaman. Maka, untuk mengembangkan soft skill, kuncinya adalah terus mengasahnya melalui pengalaman-pengalaman.
Bekerja Adalah suatu kegiatan yang di lakukan oleh seseorang untuk mendapatkan upah agar bisa mencukupi ekonomi kebutuhan diri sendiri nya maupun keluarganya.

Ya, sebagai seorang yang akan menjadi orangtua nantinya, bekerja merupakan satu hal yang penting. Soalnya, untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidup, diperlukan adanya keadaan ekonomi yang baik. Jangan sampai tak bisa mencukupi kebutuhan sehingga mengorbankan kesehatan keluarga. 

Stunting pada anak, terjadi saat orangtua tak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan atau pasca kelahiran. Apa penyebabnya? Kemiskinan. Nah, bekerja dengan baik merupakan cara bagi manusia untuk menghindari kemiskinan.

Mengapa kita harus menabung untuk masa depan? Ketika seseorang berkeluarga, akan ada banyak hal yang mungkin terjadi, baik yang terduga maupun tidak. Fungsi menabung (saving) bagi calon orangtua adalah untuk mengatasi itu.

Tabungan memberikan cadangan bagi kita saat membutuhkan. Selain itu, menabung juga merupakan cara kita mengedukasi diri berkaitan dengan keuangan.
Mental adalah kondisi psikologis seseorang. Dalam kaitannya dengan cinta terencana, mental merupakan psikologis yang harus dipenuhi. Menjadi orangtua itu butuh sebuah kerja keras dan kemampuan mengendalikan ego. Jika mental seseorang masih belum siap, dikhawatirkan menimbulkan keadaan yang tidak baik. 

Kasus-kasus perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga kerap kali terjadi pada mereka yang melakukan pernikahan dini. Kita harus paham bahwa usia 14-16 tahun merupakan masa seorang remaja masih mencari jati diri dan memiliki keadaan psikologis yang labil. Jika mereka menikah, maka kesiapan mental menjadi orangtua masih rendah. 

Cinta terencana memiliki prinsip mempersiapkan segala sesuatu sebelum menikah atau bahkan sesudah menikah. Berpendidikan tinggi, mengasah skill, bekerja keras, menabung untuk masa depan, dan mempersiapkan mental adalah unsur yang harus ada dalam Cinta terencana.
Dengan demikian, unsur-unsur tersebut haruslah dimiliki calon orangtua yang akan membentuk keluarga hebat nantinya.

Berikut merupakan video mengenai Stunting yang harus kamu tahu.


Baiklah, kawan. 
Bersama BKKBN, mari kita lawan Stunting melalui cinta terencana untuk membangun Keluarga hebat Indonesia.

"Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog #BKKBN"


Sumber : 

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/01/24/p30s85396-who-78-juta-balita-di-indonesia-penderita-stunting

http://starberita.com/2018/01/26/miris-angka-stunting-indonesia-terbesar-ke-5-di-dunia/

https://regional.kompas.com/read/2018/03/14/21331021/6200-balita-di-gunung-kidul-alami-stunting

http://gunungkidul.sorot.co/berita-95990-ternyata-ribuan-balita-di-gunungkidul-menderita-gizi-buruk.html

https://www.nutriclub.co.id/kategori/balita/kesehatan/pahami-lebih-lengkap-seputar-stunting-pada-balita/

https://www.youtube.com/watch?v=7tgiBhUI5Ac

22 komentar:

  1. Sekali lagi ASI membuktikan keunggulannya..dari sini anugrah yg tiada tara, betapa menyusui merupakan investasi masa depan..

    Istilah stunting mmg baru dipopulerkan.namun sejak dulu kita kerap temui tanda2 stunting pada org sekitar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mas, saya beberapa kali ikut acara yang membahas memgenai pentingnya ASI bagi bayi. Dan banyak sekali fungsi ASI yang begitu amazing...

      Hapus
  2. Iyaa benar yah masih banyak sekali kasus stunting di pelosok2 indonesia ... ini bukan hanya jadi PR pemerintah tetapi kita sbg blogger jg wajib menyebarkan informasi terkait dan membantu edukasi masyarakat sekitar kita. Thank you for refresh informasi nya��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mba, blogger merupakan salah satu penyampai pesan-pesan ke masyarakat.

      Hapus
  3. ASI memang penting ya. Dan itu wajib. Tapi di daerah saya masih banyak anak pertumbuhannya kurang maksimal. Selidik punya selidik, mereka tinggal sama nenek atau saudara. Ibunya banyak yg jadi TKW ke luar negeri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmmm kasihan ya mbak kalau posisinya kayak gitu. Mau disalahin juga gak bisa karena ibu nya harus mencari nafkah :(

      Hapus
  4. Aku pikir dulu tuh orang Indonesia pendek pendek semata karena keturunan saja, ternyata ada faktor kurang gizi yang menyebabkan stunting juga ya... Duh semoga Indonesia cepet bebas dari stunting ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiiin, semoga ya mbak. Makanya sekarang pengentasan Stunting oleh pemerintah sedang di galakkan :)

      Hapus
  5. Penting sekali ya merencanakan sebuah keluarga sebelum pernikahan karena dampaknya ternyata akan berimbas kepada anaknya nanti saya baru tahu kalau ada kasus-kasus kekerdilan di Indonesia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Prnting banget mba :)
      Kasus2 kekerdilan kayak gitu emang banyak mba, dan alasannya kebanyakan karena kemiskinan.

      Hapus
  6. 1000 hari prtama memang jadi masa emas bagi anak untuk dapatberkembang dengan maksimal dan stunting jadi fokus untuk diselesaikan di Indonesia

    BalasHapus
  7. Ngeri lihat akibat stunting bagi balita. Terbawa terus sampai dewasa. Padahal itu bisa dicegah oleh orang tua, pada 1000 HPK. Semoga Indonesia bisa bebas stuning.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngeri memang mbak dan yang lebih ngeri karena stunting itu diturunkan :(

      Hapus
  8. aku baru tau mengenai stunting ini. dan memang, ASI itu bener-bener punya banyak manfaat yaa.. jadi belajar banyak aku setelah baca artikel ini. semoga Indonesia bisa terbebas stunting karena anak adalah penerus bangsa di masa mendatang..

    BalasHapus
    Balasan
    1. amiin, semoga ya mbak.
      Mari berbagi informasi yang bermanfaat :)

      Hapus
  9. Alhamdulillah sekarang pemerintah kayaknya tu gerak cepat menangani stunting ya Emang gizi anak2 ini perlu diperhatika. Enggak hanya pas mpasi, tapi semenjak di dalam kandungan. TFS.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener mba, ini juga buka sekadar tugas dari pemerintah si mbak sebenarnya. Justru pada kita sendiri juga menjadi pertimbangan paling dasar mengatasai stunting di Indonesia :)

      Hapus
  10. Saya pikir tinggi badan seseorang itu dipengaruhi gen orang tuanya ternyata tidak yaa, gizilah yang berperan penting. Makasih tulisannya Mba, sangat bermanfaat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau menurut saya sih, gen itu termasuk mbak. Tapi, gizi juga punya peranan penting. Soalnya temenku juga (Maaf) orangtuanya memiliki tinggi yang biasa aja tapi anaknya tinggi2. Soalnya gizinya cukup baik.

      Hapus
  11. Hal ini juga harus dipetsidiper oleh ayah bunda bahkan saat sebelum hamil loh

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mba, ayah dan bunda itu perannya vital banget

      Hapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam