Minggu, 17 Desember 2023

Mewujudkan Udara Bersih di Kota-Kota Besar melalui Sinergitas Sektor Transportasi dan Energi. Mungkinkah?

Beberapa bulan belakangan, Jakarta mendapat sorotan tajam lantaran langitnya yang berwarna abu pekat dan membuat orang-orang mengalami sesak.

Berdasarkan kementerian KLHK, faktor alami dan non alami menjadi penyebab polusi udara meningkat. Faktor alami berupa musim kemarau, arah dan kecepatan angin serta landskap kota.

Adapun faktor non alami bisa berasal dari aktivitas manusia pada sektor transportasi, industri, kegiatan rumah tangga dan pembuangan sampah. 

Berbagai pihak pun mulai mencari asal muasal polusi udara yang diduga berasal dari sektor transportasi dan energi. Ya, keduanya punya andil dominan melepaskan emisi gas rumah kaca ke udara. 

Jika tak ada langkah lanjutan, maka kota-kota besar seperti Semarang, Surabaya, Medan, Yogyakarta, Makassar, Bali dan kota lainnya pun rentan memiliki polusi yang sama seperti Jakarta. 

Lantas, solusi seperti apakah yang bisa diambil untuk mencegah polusi udara semakin parah? 

*** 

Sekitar sebulan yang lalu, saya mengantarkan adik melakukan tes CPNS di Kota Semarang, tepatnya di sekitar bandara baru. Kota Semarang begitu panas dan pengap hari itu. Sesak rasanya tiap kali berada di jalanan karena kami berdua naik ojol motor.

Ketika tes selesai dan beristirahat di sebuah minimarket, saya mengusap wajah menggunakan kapas ber-micelar water, saya cukup terkejut karena kapas yang saya pakai menghitam. Wajah saya benar-benar kotor hingga saya memutuskan mencuci wajah kemudian.

Debu-debu sepanjang perjalanan yang menempel di wajah betul-betul pekat. Rasanya tak nyaman. Semuanya berasal dari polusi yang disebabkan oleh asap kendaraan sepanjang perjalanan menuju lokasi ditambah keringat karena hawa yang panas.

Dari pengalaman tersebut, saya jadi berpikir bahwa transportasi memang memiliki andil dalam menyebabkan polusi udara. Gas buang yang keluar dari knalpot, terutama kendaraan-kendaraan besar seperti truk dan bus terlihat hitam dan memenuhi jalanan.

Pantas saja bila dalam Diskusi Publik dengan tema "Sinergitas Sektor Transportasi dan Sektor Energi untuk Mewujudkan Kualitas Udara Bersih di Kota Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Bali, Medan, dan Makassar" pada 23 November 2023 lalu.
Diskusi Publik KBR bersama banyak narasumber 
Dikatakan bahwa sektor transportasi dan energi menjadi penyebab dominan polusi udara. Hal itu berkaitan dengan tingginya angka transportasi pribadi yang menggunakan bahan bakar fosil tidak ramah lingkungan serta masih tingginya penggunaan PLTU sebagai pemasok energi listrik bagi masyarakat dan industri.

Dalam diskusi, dihadirkan beberapa narasumber yang memiliki kompetensi dengan tema. Para narasumber terdiri dari perwakilan YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia), Kementerian KLHK, Komite Penghapusan Bahan Bakar Bertimbal (KPBB), perwakilan PLN, perwakilan dari Organda, Dinas Perhubungan, Penyedia jasa transportasi dan influencer.

Tulus Abadi selalu ketua YLKI mengungkapkan bahwa saat ini semua negara sedang mengurangi tingkat keparahan perubahan iklim melalui Net Zero Emission,  termasuk Indonesia. Berbagai kegiatan pengurangan emisi mulai dibahas dan diusahakan.

Bapak Tulus Abadi ketua dari YLKI (Sumber : SS Youtube KBR)
Secara nyata, Tulus mengungkapkan bahwa sektor transportasi menyumbang polusi yang cukup besar karena maraknya penggunaan kendaraan pribadi dan belum optimalnya penggunaan transportasi massal.
 
Masalahnya, kendaraan-kendaraan pribadi tersebut belum menggunakan BBM berkualitas tinggi sehingga mengeluarkan gas buang yang kotor.

Rendahnya kesadaran masyarakat untuk memilih BBM berkualitas dengan nilai oktan tinggi menjadi salah satu kendala dalam menghasilkan udara bersih di kota-kota besar. Memang, harga yang tinggi menjadi alasan utama masyarakat lebih memilih menggunakan BBM berktan rendah seperti pertalite.

Melihat alasan itu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) terus mendorong pemerintah dan pertamina untuk menciptakan BBM bersih tapi punya harga rasional. Itu artinya harga yang diberikan bisa dijangkau masyarakat tetapi juga tak merugikan negara.

Pada sisi yang lain, Ahmad Safrudin selaku Ketua Komite Penghapusan Bahan Bakar Bertimbal (KPBB) menyatakan bahwa tantangan saat ini adalah mengurangi penggunaan BBM dengan kadar belerang, benzen, aromatik dan Olefin yang masih tinggi.
Salah satu narasumber pada Diskusi publik KBR (Sumber : SS Youtube KBR)
Ia menambahkan, kadar benzen maksimum harusnya 1 persen tapi kadar BBM kita masih 5 persen. Kadar belerang seharusnya (50 ppm) tapi Pertamina dan produsen lainnya menghasilkan (lebih dari 1800 ppm).

Jadi, meski kendaraan yang dimiliki masyarakat sudah baik pun, tapi jika masih menggunakan BBM dengan kadar benzena dan belerang tinggi maka tak akan lolos uji emisi alias berpotensi menghasilkan polusi udara. Di Indonesia, bahan bakar yang memiliki kualitas tinggi adalah Pertamina turbo (bensin) dan Pertadex High Quality (Solar).
 
Pada 8 Oktober 2018, pemerintah mulai menerapkan Euro 4 sebagai standar emisi gas buang bagi kendaraan bermotor roda empat atau lebih. Harapannya, emisi gas buang dari  kendaraan bisa lebih bersih. Pun dengan sektor energi harus sealur dengan upaya tersebut.

Mengapa Sektor transportasi dan energi menjadi dalang dibalik polusi?


Bila mengacu pada kasus polusi di DKI Jakarta, riset dari Vital Strategies dan Institut Teknologi Bandung menyatakan bahwa kendaraan bermotor menjadi penyebab utama polusi, sedangkan sektor industri menjadi penyumbang kedua setelah transportasi.

Bayangkan saja, Korlantas Polri mencatat jumlah populasi kendaraan bermotor di Indonesia yang aktif sampai periode 9 Februari 2023 mencapai 153.400.392 unit. 

Angka tersebut mencakup 147.153.603 unit kendaraan pribadi yaitu 127.976.339 unit sepeda motor (87 persen) dan 19.177.264 mobil pribadi. Sisanya merupakan angkutan barang dan orang, yaitu 5,7 juta unit mobil besar, 213.788 unit bus, dan 85.113 unit kendaraan khusus.

Gambaran proporsi kendaraan di Jakarta yang
lebih banyak motor dibanding transportasi umum (Dok.Pri)
Besarnya jumlah kendaraan pribadi dibanding kendaraan umum menjadi masalah utama tingginya angka emisi yang diakibatkan oleh gas buang kendaraan, terlebih masyarakat masih memilih pertalite sebagai bahan bakar utama kendaraan mereka. Padahal, pertalite merupakan BBM yang tidak ramah lingkungan.

Di Indonesia, masing-masing bahan bakar minyak memiliki nilai oktan atau RON tersendiri. Semakin tinggi nilai oktan semakin bersih pula gas buang yang dihasilkan. Pertamax Turbo memiliki RON 98, Pertamax memiliki RON 92, dan Pertalite memiliki RON 90.

Harga Partamax hingga Pertamax Turbo saat ini berada di kisaran Rp 14.000-15.300 per liternya. Melalui harga tersebut, jelas lebih banyak orang memilih menggunakan pertalite dengan harga lebih murah yakni Rp 10.000. Bahkan, kendaraan mewah pun terlihat mengantri BBM ini.

Tingginya penggunaan pertalite sebagai bahan bakar kendaraan, sangat berpengaruh terhadap emisi GRK yang dihasilkan. Akibatnya, kota-kota yang memiliki kendaraan pribadi yang banyak cenderung memiliki angka polusi. Tentu, ini kabar buruk bagi lingkungan maupun kesehatan.

Di sektor energi, negara masih mengandalkan PLTU sebagai penyedia energi listrik yang proper. Semua tahu bahwa PLTU memanfaatkan pembakaran batu bara sehingga mengeluarkan emisi sangat besar. 

Tak heran bila sektor transportasi dan energi yang berasal dari PLTU bara dianggap sebagai dalang pada kenaikan polusi di Jakarta termasuk di kota-kota besar lainnya. 

Meski begitu, menurut Tulus Abadi, pada dasarnya pemerintah belum bisa secara instan menyuntik mati PLTU. Seperti apapun, belum ada penyedia energi listrik yang bisa sebanding termasuk EBT. Seandainya, PLTU dimatikan, maka pemasok energi listrik ke industri maupun masyarakat akan hilang.

Jelas, itu berimbas pada terhentinya aktivitas. Padahal, rata-rata kegiatan rumah tangga maupun industri membutuhkan energi listrik untuk produktif. Oleh karena itu, menyuntik mati PLTU dalam waktu dekat bukanlah pilihan bijak.

"Untuk menuju Net Zero Emission, tidak bisa tiba-tiba dimatikan semuanya. BBM dilarang, PLTU disuntik mati semuanya. Kalau ada penggantinya yang proper tidak apa-apa, tapi kalau belum ada maka tak mungkin. 

Dengan demikian ada masa transisi. BBM yang berkualitas baik merupakan bentuk transisi energi yang bisa kita gunakan. Demikian juga dengan PLTU, dengan emisi dan standar yang diterapkan bisa jadi bentuk transisi. Sebab, sebuah energi memiliki 3 syarat yakni ketersediaan, keterjangkauan dari segi harga serta keandalan" Jelas Tulus Abadi Ketua YLKI

Agar berimbang, diskusi publik KBR hari itu juga menghadirkan narasumber dari PLN yakni Irwan Edi Syaputra Lubis. Pak Irwan akan menjelaskan tentang langkah-langkah PLN dalam mengurangi emisi dari sektor energi.
(Sumber : SS youtube Ruang Publik KBR)
Pak Irwan mengungkapkan bahwa di kota-kota besar seperti Semarang, Surabaya, Bali, Yogyakarta, Medan, dan Makassar ada 17 pembangkit termal dan berbahan bakar gas yang berdekatan dalam radius 100 km. Sebelas diantaranya adalah PLTU. 

Kita tahu bahwa PLTU merupakan pembangkit listrik yang menggunakan batu bara sebagai sumber energi. Pembakaran hasil batu bara diketahui menghasilkan zat-zat beracun seperti gas belerang dioksidan (SO2) dan Karbon Dioksida yang berbahaya bagi pernafasan.

Mencegah dampak buruk, PLN menyatakan bertanggungjawab dalam memelihara lingkungan dengan menerapkan teknologi PSP untuk menangkap partikulat, knox barner untuk mengendalikan emisi gas buang dan untuk pemantauan lingkungan menggunakan teknologi champs yang terhubung langsung dengan KLHK. 

Dengan demikian, KLHK bisa secara langsung melakukan pengawasan. Saat ini, menurut Pak Irwan, dari 11 PLTU ada 6 unit yang sudah proper terhadap pengendalian emisi. PLN memberi terobosan dengan menggunakan Plt surya untuk pemakaian listrik di gedung-gedung sebesar 1254 KWP.

Melalui diskusi publik, tak bisa dimungkiri bahwa sektor transportasi dan energi memang menjadi dalang dibalik naiknya polusi di kota-kota besar di Indonesia. Meski begitu, keduanya bisa ditekan melalui program-program yang benar.  

Di sektor energi, penetapan standar proper untuk emisi gas buang PLTU, shifting EBT dan penggunaan teknologi kelistrikan yang proper perlu diperkuat. Kemudian, untuk sektor transportasi penggunaan BBM Ramah Lingkungan, shifting ke kendaraan listrik, manajemen transportasi umum, hingga pengetatan standar emisi paling tidak 5 tahun sekali bisa jadi jawaban.

Bagaimana Kondisi Udara di Beberapa Kota Besar di Indonesia? 


Di Indonesia, ada banyak sekali kota-kota besar yang menjadi tujuan masyarakat merantau untuk tinggal dan bekerja seperti Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Bali, Medan, dan Makassar.
Sumber data : Katadata
Logikanya, semakin besar jumlah manusia yang menghuni sebuah kota, semakin tinggi pula aktivitas yang rentan menghasilkan emisi, entah karena bertambahnya jumlah kendaraan pribadi, aktivitas rumah tangga hingga terbangunnya kawasan industri.

Tak heran, dalam diskusi publik KBR pada 23 November 2023 lalu, dihadirkan beberapa narasumber terkait, yang mewakili 6 kota besar di Indonesia. Harapannya, masyarakat luas jadi paham perkembangan polusi udara di tiap kota sehingga bisa ikut serta mengurai solusi untuk mencegah polusi kian parah.

Bu Luckmi Purwandari dari KLHH (dit PPU) menyatakan bahwa saat ini beberapa kota besar seperti Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Bali, Medan, Makassar dan lainnya masih dalam kategori baik dan sedang. 

Untuk menghindari polusi yang meninggi, Bu Luckmi menyatakan bahwa ada standar proper tertentu yang harus dilengkapi oleh sektor transportasi dan energi sehingga emisi yang dikeluarkan tak melebihi standar yang dibuat.
Peta kualitas udara di Indonesia pada tanggal 17 Desember 2023 (Sumber : iqair.com)
Bila dilihat pada peta kulitas udara di atas, rata-rata berada di warna hijau hingga kuning, artinya, paparan polusi masih pada level baik atau sedang.

Meski demikian, kita tak pernah tahu di masa mendatang. Bertambahnya aktivitas manusia, riskan menaikkan jumlah emisi yang bermuara pada perubahan iklim. Perlu dipahami pula bahwa dampak polusi tidak sepele. Itu bukan hanya buruk bagi lingkungan tetapi juga kesehatan.

Data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang menyebutkan bahwa ISPA dan penyakit kronis lainnya rentan mengancam masyarakat yang menghirup udara kotor setiap harinya. Sebab, dalam udara kotor itu terdapat zat-zat partikulat berbahaya.

Meski demikian, kita tak pernah tahu di masa mendatang. Bertambahnya aktivitas manusia, riskan menaikkan jumlah emisi yang bermuara pada polusi, padahal dampak dari polusi tak main-main, bukan hanya buruk bagi lingkungan tetapi juga kesehatan.

Data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang menyebutkan bahwa ISPA dan penyakit kronis lainnya rentan mengancam masyarakat yang menghirup udara kotor setiap harinya. Sebab, dalam udara kotor itu terdapat zat-zat partikulat berbahaya.

Menurut Ibu Zulha dari Dinkes Makassar, jumlah penderita ISPA pada tahun 2022 mengalami kenaikan. Di tahun 2021, usia di atas 5 tahun berjumlah 36.000, sedangkan tahun 2022 jadi 66.000. Lalu, untuk anak di bawah 5 tahun meningkat dari 15.000 menjadi 31.000 di tahun 2022. 

Memang, ISPA bukan hanya disebabkan oleh polusi tapi juga berhubungan dengan keluarga, makanan, status imunisasi dan perilaku hidup bersih di masyarakat. Meski demikian, tak dimungkiri bahwa polusi juga berperan dalam menyebabkan ISPA karena kandungan zat yang berbahaya.

Narasumber dari Dinas Kesehatan Semarang (Sumber : SS Youtube KBR)
Beberapa kandungan zat berbahaya yang berada dalam asap kendaraan bermotor seperti Ozon, PM 2,5, PM 10, Sulfur dioksida, Karbon monoksida dan Nitrogen Dioksisa ternyata bisa memiliki dampak yang buruk bila memapar tubuh.

Upaya pencegahan yang bisa dilakukan,
  1. Menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah
  2. Mengurangi penggunaan emisi
  3. Penggunaan kendaraan ramah lingkungan
  4. Menerapkan urban farming dan Taman Terbuka Hijau
  5. Tidak melakukan pembakaran sampah
  6. Menerapkan 3R (Reduse, Reuse dan Recycle)

Bagaimana kualitas udara di Wilayah Semarang?


Saya memang bukan warga Semarang. Tapi seringkali saya berada di kota tersebut untuk bersilaturahmi ke kerabat maupun memiliki acara khusus. Beberapa kali itu pula, saya merasakan sendiri bagaimana polusi di kota Semarang berpengaruh terhadap tubuh.

Seperti yang saya ungkapkan sebelumnya, udara di Kota Semarang memang tak sepolusi Jakarta. Hanya saja, suhu panas ditambah banyaknya gas buang yang berasal dari kendaraan bermotor menyebabkan hasil olesan kapas di muka saya yang menjadi hitam.

Kawan, melalui peta kualitas udara dibawah ini bisa dilihat bahwa Semarang memiliki warna kuning dan orange yang artinya memiliki polusi sedang serta tidak sehat bagi kelompok sensitif. Jika melihat saat ini, mungkin masih standar dan tak membahayakan bagi pernafasan.
Peta kondisi udara di wilayah Semarang dan sekitarnya (Sumber : Iqair)
Tapi bagaimana dengan 10 atau 15 tahun mendatang? Seperti apapun, Kota Semarang juga memiliki kawasan industri seperti Guna Mekar Indonesia, Candi, Bukit Semarang Baru, dan Terboyo yang suatu hari bisa berkembang pesat. Tentunya, perkembangan industri di sebuah kota akan menarik lebih banyak transportasi dan energi listrik.

Wajar ketika saya mengusap wajah setelah seharian berkelana di jalanan Semarang, kapas yang saya gunakan menjadi hitam pekat. Debu-debu dan emisi dari gas buang kendaraan ikut menempel di kulit. 

Nah, untuk gejala-gejala sakit akibat polusi, selama saya berada di Semarang, saya tak mengalaminya. Cuma cuaca panas saja yang mengganggu kepala sehingga pusing melanda. Demi melihat bagaimana transportasi punya andil polusi di Semarang, berikut ini merupakan data kepemilikan kendaraan dari Polda Jawa Tengah.
Data berasal dari website Polda Jateng
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa penggunaan mobil pribadi dan sepeda motor masih mendominasi jumlah kendaraan di jalanan, baik di Kota Semarang maupun Kabupaten Semarang.
 
Bayangkan saja jika total kendaraan pribadi tersebut yakni 431.112 unit belum lolos uji emisi dan masih menggunakan BBM kualitas rendah, potensi emisi yang dihasilkan akan sangat tinggi bukan? 

Melihat kenyataan ini, maka berbagai pihak, terutama pemerintah daerah, penyedia transportasi dan penyedia layanan energi perlu harus menguatkan sinergi untuk menekan laju emisi agar tiap kota besar bisa memiliki udara yang lebih bersih.

Upaya apakah yang sudah diusahakan oleh Pemerintah Daerah?


Demi mewujudkan kota yang bersih dan memiliki angka polusi yang kecil, sinergitas berbagai pihak sangat penting dikuatkan, terutama pemerintah daerah yang memiliki wewenang dalam mengambil keputusan untuk wilayahnya, dalam hal ini kota.
 
Dalam dialog publik KBR, pihak Dinas Perhubungan di beberapa kota besar di Indonesia telah membuat beberapa program untuk menekan angka polusi di wilayah mereka, berikut ini merupakan informasinya,

Kota Semarang (Melalui Dinas Perhubungan Semarang)

Demi mengendalikan polusi di Semarang, ada beberapa kegiatan penyelenggraan angkutan masal berbasis BRT, ada 12 koridor kendaraan ada 271 yang disubsidi oleh pemerintah.

Pemerintah kota juga mulai menggunakan mobil listrik. Sudah ada dua mobil dinas berbasis listrik dan beberapa bus listrik. Hal ini berkaitan dengan Peraturan Walikota yang mengharuskan setiap penyedia jasa transportasi, harus punya kendaraan listrik minimal 2 unit.

Salah satu siasat dishub untuk mencegah polusi adalah dengan melarang kendaraan-kendaraan besar masuk ke beberapa wilayah Semarang ketika jam padat sehingga tidak mencemari kota, terutama di kawasan industri.

Atas usahanya, Kota Semarang bahlkan mendapatkan penghargaan dari Kementerian sebagai salah satu Kota yang menyelenggarakan transportasi massal terbaik. Semoga ini bisa terus berlanjut sehingga Kota Lumpia ini bisa menekan laju emisi sehingga tingkat polusi tak parah.

Kota Surabaya

Uji emisi di Kota Surabaya hampir sama seperti di Jakarta. Pengujian dilakukan untuk tiap kendaraan bermotor secara acak. Hal ini dilakukan untuk melihat kendaraan yang sudah sesuai dengan standar Euro yang ditetapkan pemerintah.
 
Surabaya memiliki trasnportasi massal yakni Surabaya bus dan angkot wara-wiri. Kedepannya, tinggal meningkatkan pelaksanaan program penyediaan kendaraan listrik bagi masyarakat.

Penggunaan BBM ramah lingkungan juga tengah diupayakan oleh dishub Surabaya mengikuti aturan pemerintah pusat. Saat ini, Surabaya Bus sudah menggunakan BBM dengan kualitas lebih baik. 

Dinas Perhubungan Bali

Di Bali, kontribusi sektor energi dan transportasi sangat mempengaruhi kenaikan emisi di Bali. Tahun 2022, jumlah kendaraan pribadi 4,7 juta dengan jumlah kendaraan aktif sekitar 3,2 juta. (Aktif disini berarti selama 5 tahun masih aktif pajaknya). 

Pemerintah Provinsi Bali telah mengeluarkan Pergub 48 tahun 2019 tentang penggunaan kendaraan motor berbasis baterai agar lebih ramah lingkungan.
Bapak Mudarta selaku Dinas Perhubungan Bali (Sumber : Youtube KBR)
Saat ini, Bali belum bisa mengoptimalkan publik transportasi karena dukungan dan dana untuk publik transportasi belum terlalu besar. Selain itu, infrastruktur penunjang maupun rute yang belum banyak membuat pengadaan transportasi masal menjadi terhambat. Jumlah bus saat ini hanya 10 unit.

Meski begitu, kedepannya, dinas Perhubungan Bali akan mengusahakan pengadaan transportasi massal, terlebih Bali berpotensi didatangi wisatawan baik domestik dan internasional tiap waktunya, sehingga mereka bisa memanfaatkan transportasi massal untuk mobilitas.

Kota Jogja

Demi mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan, Dinas Perhubungan Yogyakarta juga telah mengoptimalkan penggunaan transportasi umum seperti trans Jogja bagi masyarakat dengan harga terjangkau. Harapannya, akan lebih banyak masyarakat Jogja menggunakan kendaraan umum.

Antisipasi untuk mencegah tingginya angka polusi harus melalui sinergitas berbagai OPD dan sektor terkait. Saat ini, DLH selaku pelaksana sedang mengupayakan RTHP (Ruang Terbuka Hijau Publik) sehingga lahan-lahan yang masih kosong dibuat taman dan ditanami pepohonan untuk menyaring udara kotor.

Mewujudkan Udara Bersih di Kota Besar. Mungkinkah?


Mewujudkan udara bersih di kota-kota besar, mungkinkah? Tentu saja mungkin jika sinergitas tiap pihak dikuatkan, terutama pemerintah pusat dan daerah, penyedia sektor transportasi, sektor energi, influencer dan masyarakat sebagai konsumen.

Sektor transportasi (Blue Bird dan Damri)

Blue Bird
  1. Blue Bird berkomitmen melakukan uji emisi setiap 6 bulan sekali sebagai bentuk tanggung jawab terhadap lingkungan. 
  2. Ada program maintenance untuk uji kelayakan kendaraan termasuk self uji emisi. 
  3. Target 6000 unit untuk pemakaian CNG sehingga mampu menurunkan emisi gas buang.
  4. Implementasi kendaraan listrik meski belum secara keseluruhan dilakukan namun di Jakarta dan Surabaya sudah dilakukan.
  5. Blue Bird juga bekerjasama dengan berbagai pihak melakukan penanaman 5000 bibit mangrove guna mendukung penghijauan dan penurunan emisi melalui pepohonan. 
Damri
  1. Damri bukan hanya mengoperasikan bus tetapi juga truk. Ada sekitar 3000 bus yang sudah dioperasikan dari Aceh sampai Merauke. 
  2. Mulai tahun 2021-2022 Damri sudah mulai shifting kendaraan ber-BBM fosil ke listrik. 
  3. Dari tahun 2021 sudah ada 1 unit Damri berbasis listrik di Bandara Soekarno-Hatta. Di bandara Juanda ada 6 unitunit bus listrik yg sudah dioperasikan.
  4. Tahun 2022 mengoperasikan bus di Denpasar sebesar 27 saat G20, sudah beroperasi Bandung 7 dan Surabaya 17 di awal Desember. 
  5. Target 27 Desember 2023 akan mengoperasikan bus besar di rute busway sebanyak 26 unit sehingga total bus Damri ada 53 unit. 
          Peran Sektor Energi
          1. Menerapkan standar proper yang sesuai dengan ketentuan KLHK
          2. Mulai mencari sumber energi lain selain batu bara untuk menciptakan energi listrik sehingga penggunaan PLTU batu bara bisa ditekan
          3. Menggunakan teknologi yang sesuai agar emisi GRK yang dibuang bisa terkendali.
          4. Mencari solusi EBT untuk menghasilkan energi yang bersih
          Peran pemerintah pusat dan daerah
          1. Mulai shifting kendaraan listrik dan memperbanyak jumlah unitnya di berbagai kota.
          2. Menghapus subsidi BBM berkualitas rendah sehingga masyarakat beralih ke BBM berkualitas tinggi.
          3. Menyediakan harga BBM berkualitas yang sesuai dengan level pendapatan
          4. Menerapkan aturan agar siswa yang tak memiliki SIM diharuskan naik angkutan umum sehingga menakan jumlah kendaraan pribadi (Pemerintah Daerah)
          Peran influencer
          1. Menerapkan kegiatan ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
          2. Mulai menggunakan BBM ramah lingkungan
          3. Mengajak masyarakat untuk memanfaatkan transportasi umum melalui media sosial yang dimiliki.
          Peran masyarakat biasa
          1. Mulai menggunakan BBM ramah lingkungan.
          2. Menggunakan energi listrik dan gas secukupnya.
          3. Tidak membakar sampah yang membuat polusi udara
          ***

          Demikianlah beberapa masalah serta analisa solusi yang perlu diperhatikan agar terwujud udara bersih di kota-kota besar di Indonesia seperti Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Bali, Medan, Makassar dan lainnya. 

          Harapannya, Net Zero Emission bisa dicapai di tahun 2060 sehingga dunia mampu menekan laju perubahan iklim yang kian parah. Saya yakin, melalui sinergitas berbagai sektor termasuk transportasi dan energi, mewujudkan udara bersih di kota-kota besar bukan hal yang mustahil.

          Referensi : 
          • Diskusi Publik KBR bersama YLKI di https://www.youtube.com/watch?v=PnrG6fcRENo&t=1956s
          • https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/08/25/polusi-udara-jakarta-daftar-pltu-yang-bersemayam-dan-penghentian-operasional-perusahaan
          • https://izin.semarangkota.go.id/kawasan
          • https://www.iqair.com/id/air-quality-map/indonesia/jakarta
          • https://indonesiabaik.id/infografis/indonesia-menuju-euro-4
          • https://money.kompas.com/read/2022/09/05/173000426/mengenal-apa-itu-ron-angka-pada-bahan-bakar-minyak
          • https://peraturan.bpk.go.id/Details/262504/permen-lhk-no-8-tahun-2023
          • https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/09/11/daftar-10-kota-dengan-polusi-udara-terburuk-sepanjang-agustus-2023-tangsel-juaranya
          • https://www.gaikindo.or.id/jumlah-kendaraan-di-indonesia-147-juta-unit-60-persen-di-pulau-jawa/

          31 komentar:

          1. Polusi emang sangat mengerikan ya dan dampaknya sampai bertahun2 ke depan. Jadi solusinya adalah membeli kendaraan listrik? Atau kalau belum mampu ya naik transportasi umum saja utk mengurangi emisi dan kemacetan.

            BalasHapus
            Balasan
            1. Kalau solusi untuk saat ini memang pemakaian kendaraan umum sih mbak biar kendaraan pribadi gak banyak. Soalnya kendaraan pribadi ini ditengarai sebagai penyebab polusi udara

              Hapus
          2. rata-rata penyumbang terbesar polusi dari segi transportasi ya, solusi yang optimal sih memang mengoptimalkan penggunaan moda transportasi massal

            BalasHapus
            Balasan
            1. Betul mbak. Soalnya kalau mobil pribadi kan banyak yg belum pakai BBM bersih atau lolos uji emosi

              Hapus
          3. Untuk menekan angka polusi udara memang tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, perlu sinergi yang luar biasa dari tiap instansi di berbagai wilayah untuk menyamakan visi dan misi melawan polusi udara. Dengan kerjasama yang intens dari berbagai pihak, niscaya goal untuk menekan tingkat polusi udara bukan sesuatu yang mustahil

            BalasHapus
            Balasan
            1. Iya Bang. Saya juga mikirnya begitu. Pokoknya kudu ada kerjasama multi pihak

              Hapus
          4. Penggunaan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan memang penerapannya udah harus sih, dan merata, sehingga bisa membantu juga agar kualitas udara kita lebih membaik

            BalasHapus
            Balasan
            1. Iya mbak, dan memang prosesnya harus bertahap karena biaya yang dikeluarkan gak sedikit

              Hapus
          5. Bahan bakar ramah lingkungan masih jadi kendala sampai sekarang. Energi matahari masih mahal perangkatnya. Kayaknya juga belum populer kendaraan yg pakai tenaga matahari. Masih uji coba...
            Tapi harus mulai dari sekarang sih kita mengubah perilaku untuk naik transportasi massal aja, supaya menekan polusi dari kendaraan pribadi.

            BalasHapus
            Balasan
            1. iya mbak, kalau tenaga matahari yang solar cell ya?

              Hapus
          6. Wah keren banget narasumbernya yaaa ahli di bidangnya masing-masing. Kita harus lebih bijak lagi menggunakan transportasi agar tidak semakin mencemari udara dan menambah polusi. Memakai masker juga sala satu cara mencegahnya ya, Alhamdulillah kalau bepergian selalu menggunakan masker.

            BalasHapus
            Balasan
            1. Iya mbak, soalnya memang pembahasannya cukup penting untuk masa depan kota-kota besar di Indonesia sih

              Hapus
          7. keren sih banyak pihak udah berusaha jalani solusi untuk masalah lingkungan ini, ya. terima kasih semua atas kontribusinya

            BalasHapus
          8. Sebagai warga Bogor, polusi memang makin ke sini makin berasa sekali sih. Banyak sudah perubahan yang bikin default Bogor sebagai kawasan yang sejuk dan nyaman itu berubah jadi kota yang panas gerah dan lembab bikin nggak selalu nyaman saat berkegiatan di luar rumah. Memang sih ya pada akhirnya kalau mau keadaan membaik, setiap warga masyarakat secara pribadi pun perlu memilih untuk ikut andil kurangi polusi. Banyak pilihan yang bisa dilakukan ya.

            BalasHapus
          9. Menurutku moda transportasi umum memang saat ini yang paling mendekati solusi untuk mengurangi polusi udara

            BalasHapus
          10. Ya makin banyak penduduknya, makin parah polusi udaranya. Belum lagi masalah sampah di Jogja, bikin orang jadi bakar sampah. Trans Jogja juga belum jadi solusi, karena kayaknya bus itu asapnya cukup wow.

            BalasHapus
          11. Itulah kenapa kita disarankan untuk memilih transportasi umum, supaya sedikit mengurangi polusi yang dihasilkan kendaraan. Emang susah juga sih tapi ya mau bagaimana...
            Semoga saja semakin sering sosialisasi semakin mengerti masyarakat nya ya

            BalasHapus
          12. Polusi udara makin ke sini makin parah. Kudu ada solusi tepat untuk mengimbangi kepadatan penduduk dan transportasi yang kian melimpah.

            Transportasi umum dan energi terbarukan harud segera realisasi nih. Untuk mengurangi emisi karbon.

            BalasHapus
          13. Selain transportasi sebenarnya ada yang paling berperan menyumbang polusi yaitu cerobong asap dari pabrik-pabrik. Semoga bisa teratasi semua supaya kita dapat udara bersih.

            BalasHapus
          14. gila ya. populasi kendaraannya segitu banyaknya. tapi gimana nggak banyak? wong kadNg satu orang punya kendaraan lebih dari sebiji kok.

            BalasHapus
          15. Optimis kita bisa net zero emission meski memang prosesnya gak sebentar dan pastinya tetap butuh kerjasama dan sosialiasasi ke banyak pihak. Karena yang namanya rakyat itu tergantung bagaimana pemimpinnya menetapkan sebuah peraturan perundang-undangan terkait solusi terbaik mengurangi polusi yang terjadi di setiap wilayah.

            Yang aku kaget, kenapa polusi di Bandung jauh lebih tinggi daripada di Bandung yaa..
            Serem euuii~

            BalasHapus
          16. kendaraan roda dua jumlahnya banyak banget ya, sampai 87% gitu totalnya, wahh.. secara sih ya emang memudahkan orang jika ingin bepergian ke mana-mana, belum lagi kalau tinggalnya dalam gank atau jauh dari rute kendaraan umum seperti Damri/bus kota, belum lagi dalam satu keluarga jika memiliki lebih dari 1 motor jelas jumlahnya menjadi sebanyak itu ya, tapi harus sadar untuk menggunakan BBM ramah lingkungan agar tidak menimbulkan polusi udara yang terus makin meningkat.

            BalasHapus
          17. Kondisi udara di kotaku (Bandung) juga jelek, Kak. Bagiku yang tinggal di Bandung sejak zaman Dilan masih SMA, Bandung yang sejuk itu udah tinggal kenangan. Sekarang panas dan polusinya juga mantap. Asli, ini mah butuh kesadaran semua pihak dan political will pemegang kekuasaan.

            BalasHapus
          18. Malang aja sekarang kerasa panas loh Kak. Ini emang gbs kerja sendiri sih wajib banget ada pemerintah yang juga sadar dan mendukung penuh aksi mewujudkan udara bersih ini :")

            BalasHapus
          19. membaca fakta ini makin banyak yang harus kita lakukan untuk membantu memulihkan lingkungan agar bisa mngurangi polusi udara dan ga nyangka ternyata daerah tangerang Selatan menjadi sumber penghasil polusi tertinggi di wilayah Jabodetabek ya, semoga pemerintah pihak sana semakin ketat dalam menyusun kebijakan mengenai transportasi di sana dan sebagai warga yang baik mari kita dukung juga dengan melakukan hal-hal kecil seperti menggunakan transportasi umum

            BalasHapus
          20. Sinergi transportasi dan energi ini emg ga bs dipisahkan sih kak. Transportasi apapun ya butuh energi. Energi bs dipake kalo ada transportasinya, baik jalur hingga modanya.

            Smg ke dpn pemerintah mkn menyediakan transportasi umum yg layak, bgs dan profesional. Tentu dgn memakai energi ramah lingkungan dan berkelanjutan.

            BalasHapus
          21. polusi udara memang menjadi masalah krusial setiap kota ya mengingat volume kendaraan pribadi yang terus meingkat setiap tahunnya. solusinya terkait hal ini dengan penggunaan BBM bersih layak dipertimbangkan dan pengadaan transportasi umum yang lebih di optimalkan disertai peningkatan kesadaran masyarakatnya untuk lebih banyak menggunakan transportasi umum ketimbang pribadi. saya pribadi prefer naik kendaraan umum sih. tapi sayangya kendaraan umum sering membuat tidak nyaman, mulai dari sering ngetem sampai harus beberapa kali naiknya itu sampai ke tujuan yang dituju

            BalasHapus
          22. Mode transportasi umum sepertinya memang masih sangat relefan bahkan hingga beberapa tahun ke depan. Mengingat saat ini polusi udaara sngguh sangat terasa.

            BalasHapus
          23. Kalo aku jawab sih, mungkin banget terjadi, walau ya dari data² di atas cukup membuat ragu, haha.. Intinya sih kesadaran masing² aja.

            BalasHapus
          24. Bersyukur banget tinggal di Aceh yang notabene udaranya masih bersih dan gak berpolusi separah daerah lain di Indonesia. Semoga upaya-upaya yang dilakukan pemerintah bisa secepatnya mengatasi masalah polusi udara di setiap daerah yang ada di Indonesia.

            BalasHapus
          25. Kendaraan pribadi dan kendaraan umum yang tak terawat memang jadi pemicu udara menjadi kotor..polusi dimana2, menggalakkan cinta jalan kaki, dan bersepeda bisa juga jadi solusi ya kak. DAMRI dan blue bird juga jadi penyokong sarana transportasi umum yang nyaman, kita semua jadi suka berkendaraan umum.

            BalasHapus

          Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam