Minggu, 29 Januari 2023

Sepenggal Cerita Tentang Kucing-kucing

Ilustrasi kucing (gambar : Dokpri)
Seekor kucing kembang telon berjalan mengendap-endap di antara manusia yang hendak membeli lauk. Sesekali ia mengeong, berharap seseorang dengan ikhlas melemparkan sisa-sisa tulang atau duri.

Tak berapa lama, seorang bapak berkaos biru melemparkan kepala ikan beserta sedikit daging pada si kucing. Dengan sigapnya si kucing kembang telon memungut kepala ikan tersebut dan berlari ke arah selatan.

Ternyata, ia hendak membawa kepala ikan itu untuk anak-anaknya yang masih sangat kecil. Ada 2 ekor, berwarna hitam legam dan oren. Kedua bocah kucing itu sangat lahap menyantap kepala ikan. Mereka kadang terlihat berebut makanan yang tak seberapa itu.

***

Sepenggal narasi mengenai kucing jalanan yang biasa aku temui di lingkungan rumah. Sebagai manusia, aku sering mengamati perilaku-perilaku kucing liar di sekitar rumah. Dan setidaknya, aku pernah menemukan kucing kembang telon seperti cerita di atas. 

Kucing-kucing kampung tak selalu bertuan manusia. Bisa saja ia terlahir di jalanan dan menjadi liar. Mereka sangat bergantung pada ketersediaan makanan di alam. Misalnya berburu tikus, serangga atau burung. 

Bila beruntung, para kucing liar itu akan bertemu dengan manusia yang mau memberi makanan. Bila kurang beruntung, ia akan mengandalkan insting untuk berburu hewan.

Terkadang aku merasa kasihan pada mereka. Terlebih, pada kucing-kucing yang terlihat kurus dan penuh luka. Aku seolah merasakan bagaimana mereka bertarung dengan dunia yang ganas hanya melalui tubuh kecil mereka. 

Kucing atau hewan liar lainnya, mereka tak seperti manusia yang biasa berbicara ketika merasakan sakit, lapar atau ketakutan. Mereka hanya akan bersuara lantang atau berlari bila menemukan ancaman.


Gak heran, tiap kali aku menemukan kucing-kucing, terlebih yang terlihat kurus, aku biasanya akan mampir dan memberi makanan sebisaku. 

Salah satu bentuk kebaikan yang bisa aku lihat adalah kedai ayam pedas depan rumahku. Setiap kedai tersebut akan tutup, pemiliknya akan memberi makanan pada kucing-kucing yang datang. 

Biasanya, pemilik kedai akan mengumpulkan sisa-sisa tulang atau daging dari konsumen. Memasukkan tulang tersebut ke baskom khusus dan meletakkannya di sebuah sudut gang, tempat kucing-kucing liar biasa datang. 

Aku cukup kagum dengan pemilik kedai tersebut. Ia bukan tipikal manusia yang dengan mudah mengusir kucing liar yang datang ke kedainya. Gak heran sih, kalau kulihat, kedainya selalu ramai konsumen. Berkah berbagi pada makhluk ciptaan Tuhan. 

Aku pernah punya pengalaman bertemu dengan pemilik warung yang menendang kucing dengan kasarnya. Saat itu aku masih kuliah dan makan-makan bersama teman kos. Tiba-tiba seekor kucing betina yang sedang hamil mendekat ke arah kami. 

Aku dan teman-teman makan santai sambil memberi si kucing tempe goreng dan irisan daging ayam. Dia kemudian berlari sambil menggondol ayam tersebut.

Sekitar 3 menit kemudian, ia datang lagi tapi ke pembeli lain yang ada di dekatnya. Namun, ketika ia mendekati pembeli, tiba-tiba ibu pemilik warung memukul dan menendangnya. Si kucing pun lari terbirit-birit. 

Aku dan teman-teman kos kontan langsung bicara keras ke si ibu pemilik warung. Salah satu teman yang memang pecinta kucing langsung marah-marah ke si ibu hingga wajah si ibu terlihat tak enak. 

Kala itu aku gak terlalu suka kucing. Tapi melihat ia dipukul seperti itu, cukup membuatku kaget dan sedih. Bahkan sampai hari ini, aku masih memikirkan si kucing. Apakah ia baik-baik saja? 


Kucing kampung. Kucing liar atau apapun sebutannya. Mereka merupakan makhluk Tuhan yang perlu kita hargai. Memang, adakalanya mereka nakal. Misal, pup sembarangan, mengganggu orang makan atau mencuri lauk yang kita punya. 

Meski demikian, apakah kita tega membuat mereka sakit dengan memukul, menendang atau bahkan membunuh mereka. Tak seperti manusia yang bisa bicara ketika lapar, sakit dan ingin sesuatu. Kucing tak mampu melakukan itu. 

Kehidupan mereka bergantung pada belas kasih manusia melalui makanan yang kita punya serta belas kasih Tuhan melalui makanan-makanan yang disediakan oleh alam. Mereka tak punya uang seperti manusia. 

Bila mereka lapar dan tak mendapat buruan, satu-satunya cara agar bisa menutup rasa lapar adalah memdatangi warung makan dan memelas pada manusia yang sedang makan.

Berdasarkan beberapa data yang aku baca di media masa, Indonesia termasuk negara nomor wahid menyoal penyiksaan hewan dan dikontenkan dalam bentuk video.
Data 10 negara penyiksa hewan (sumber : Goodstat.id)
Kucing dan anjing menjadi salah dua hewan yang kerap dijadikan korban penyiksaan oleh manusia jahat. Mungkin karena keduanya mudah dijumpai di beberapa tempat sehingga tak susah mencarinya.

Herannya, ada saja orang yang suka dengan konten-konten penyiksaan hewan tersebut. Sungguh memilukan, hiks. Entah apa yang ada dipikiran manusia-manusia itu sehingga secara kejam membuat makhluk Tuhan merasa kesakitan dan tersiksa. 
Salah satu kucingku bernama Gemoy, ia hilang entah kemana (Dok.Pri)
Melihat kucing kurus saja rasanya menyedihkan, apalagi merasakan mereka disiksa dan divideokan untuk kepuasaan. Sungguh, itu mengerikan.

Kedepannya, aku hanya berharap, peraturan mengenai kesejahteraan hewan perlu dipertegas. Seperti apapun, di Indonesia ini, bukan hanya dihuni oleh manusia saja, tetapi juga ada hewan dan tumbuhan yang perlu dirawat.

Dengan demikian, manusia tidak bisa sembarangan memperlakukan hewan-hewan liar secara kejam. 

Bila perlu, kalau memang populasi kucing sudah over, ada lembaga khusus yang secara rutin melakukan steril kucing atau mamalia lainnya agar jumlahnya bisa stabil.

*** 

Well, itu dia sepenggal cerita tentang kucing dan mungkin pembahasan lainnya yang masih berkaitan dengan hewan gemas tersebut. Semoga mampu membuka empati kita untuk mencintai mereka. Salam hangat.

4 komentar:

  1. Sepakat. Kadang aku merasa manusia itu terlalu serakah... Wong ada kucing misal numpang cari makan aja sering diusir.. lha mbok dikasih makan, klo dah kenyang biasanya juga pergi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener mbak Sulis, minimal gak perlu menyakiti mereka. Soalnya, dengan badan mereka yang gak seberapa itu, cedera jadi ancamannya. Kasihan banget aku kalau ngelihat kucing pada luka-luka :(

      Hapus
  2. Sediiih banget bacanya 😭. Aku jadi inget video anak kucing yg dulu pernah disiksa, ya Allah sampe nangis. Langsung ngebayangin anak2 buluku di rumah mba. Justru mereka itu obat anti stressku yang terbaik. Tiap kali marah, sedih, cukup dengan memeluk badan mereka aja, rasanya jadi kayak nyaman dan moodku membaik. Makanya aku sayaaang banget Ama semua.

    Aku juga pro steril. 4-4 nya aku steril. Sementara utk kucing liar yang sering datang, aku mampunya rutin kasih makan aja. Tiap pagi siang Ama sore. Ntr kalo ada rezeki lagi, pelan2 Disteril. Kasian ngeliat kucing hamil trus2an :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak. Gak tahu kenapa kalau udah meluk mereka rasanya ada mood yang kembali naik. BTW, aku juga gak tega tiap kali melihat hewan apapun disiksa, termasuk kucing. Kesal aja rasanya kok ada manusia yang tega sama mereka :(
      Makasih mba Fanny udah mampir ke artikel ini :)

      Hapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam