Kamis, 09 Mei 2024

Review Exhuma (2024) : Ketika Kegiatan Exhumasi Berubah Menjadi Petaka

Review film Exhuma tahun 2024

Review film Korea Selatan Exhuma - Pekerjaan sebagai pemindah kuburan memang sesuatu hal yang biasa bila dilakukan secara benar. Namun, bagaimana jika memindah kuburan itu justru membawa petaka karena ada hal tak terduga dibaliknya.

Exhuma, sebuah film bergenre misteri thriller ini rilis di Korea Selatan pada bulan Februari 2024 lalu. Film ini disutradarai oleh Jang Jae-hyun dan diperankan oleh aktor maupun aktris kawakan, siapa saja mereka? This is it!

Choi Min-sik sebagai Kim Sang Deok
Lee Do-hyun sebagai Bong-gil
Kim Go-eun sebagai Hwa-rim
Yoo Hae-jin sebagai Ko Young Geun
Jeon Jin-ki sebagai Jin Gi

Sejak berita mengenainya rilis, para penonton sudah tak sabar untuk menonton Exhuma karena ditengarai film ini memiliki cerita seru dan menyeramkan. Apakah demikian? 

Sebelum mereview ceritanya, maka perlu kita ketahui dulu arti Exhuma. Well, jadi Exhuma sendiri diambil dari kata Exhumasi yang berarti pembongkaran atau penggalian makam.

Pernah, dulu di tempatku ada kegiatan pembongkaran makam untuk dipindah, karena akan dibangun jalan kereta api dobel. Semua bangunan apapun harus diratakan dengan tanah. 

Nah, kebetulan, makam di samping rel itu milik orang yang cukup berpengaruh di desaku. Akhirnya, beberapa pihak melakukan exhumasi dan dipindahkan di jarak beberapa meter dari lokasi awal.

Oke back to film Korea Selatan Exhuma. 

Cerita Exhuma dimulai dengan perjalanan Hwa rim dan Bon Gil ke Amerika. Di sana, meraka bertemu dengan klien bernama Park yang merasa ada kejanggalan dengan  bayinya. 

Diketahui bahwa keturunan tuan Park sering diganggu hal-hal aneh (sering merasa dicekik, tidur tak tenang, dengar suara aneh dll). Mukanya mereka selalu berpindah tempat untuk menghindari semua itu, tapi tetap saja tak hilang. 

Pada akhirnya, Hwa Rim berkata pada Tuan Park bahwa ia dan keturunannya diganggu oleh leluhurnya yang tak tenang. Untuk menghindari itu, maka Tuan Park harus menggali makam si leluhur dan meng-kremasinya. 

Tuan Park setuju. Ia bahkan menyanggupi berapa pun biaya yang dibutuhkan untuk proses pemindahan, yang tentu saja tak murah karena harus melibatkan beberapa orang seperti Kim Sang Deok (ahli fengshui) dan Yong Geun (petugas pemakanan). 

Baca juga : Review Drama Korea Captivating The King 

Di hari yang sudah ditentukan Pak Kim meminta pada Tuan Kim untuk menunjukkan lokasi makam leluhur. Ternyata, lokasinya cukup terpencil, di atas gunung. 

Menurut Pak Kim, selama bekerja, belum pernah mendapati makam di lokasi milik keluarga Tuan Park. Mulailah ia memeriksa makam leluhur Tuan Park. Makamnya tak bernama dan terlihat mengerikan. Pak Kim sadar bahwa itu makan terkutuk. 

Melihat kondisi makam, awalnya Pak Kim menolak untuk melakukan Exhumasi. Namun, melihat Tuan Park yang memohon karena berkaitan dengan hidup mati anak Tuan Park. Pak Kim pun menyetujui. 

Di sini, peran Hwa Rim dan Bong Gil sebagai dukun yang memulai ritual sebelum Exhumasi dilakukan. Singkat cerita, ritual pun selesai dan penggalian dilakukan, peti si leluhur berhasil diangkat dan dibawa oleh Pak Yong. 

Sebelum itu, Tuan Park sempat berpesan ke Pak Kim agar tidak membuka peti, tapi langsung mengkremasi saja. Pak Kim setuju. Dibawa lah peti itu oleh Pak Yong untuk dibersihkan sebelum dibakar. 

Sialnya, ketika Pak Yong keluar untuk makan, ada pencuri yang membuka peti si leluhur. Nah, keluarlah arwah si leluhur ini yang menurut Hwa Rim berhawa jahat karena penuh dendam. 

Yup, leluhur Tuan Park merasa tersiksa selama ini karena dikuburkan di sana. Namun, tak ada keturunannya yang pernah datang untuk menyelamatkan dengan memindahkan jasadnya. 

Imbas roh jahat itu keluar, anggota keluarga Tuan Park pun meninggal termasuk Tuan Park karena dibunuh si leluhur. Saat si leluhur akan membunuh bayi Tuan Park, Buku-buku peti si leluhur dikremasi oleh Pak Yong dkk. Dan si leluhur pun akhirnya lenyap. 

Setelah proses kremasi itu. Cerita mengenai Tuan Park pun selesai walau Tuan Park dan beberapa keluarganya meninggal. Intinya, si bayi selamat dan si leluhur gak akan mengganggu lagi di kemudian hari (meski gak dijelaskan secara gamblang). 

Lanjut. Ini masih berhubungan dengan makam leluhur Tuan Park. Namun beda cerita lagi. Jadi, pada proses exhumasi lalu, salah satu penggali kubur mengalami sakit setelah ia membunuh ular aneh yang keluar dari makam. 

Nah, si penggali kubur bertemu dengan Pak Kim dan memintanya untuk membakar tubuh si ular yang masih tertinggal di makam keluarga Park. Datanglah Pak Kim ke lokasi untuk mengambil tubuh si ular.

Di sana Pak Kim sendirian menggali makam, guna mencari tubuh si ular. Tak disangka, Pak Kim terkejut karena melihat si ular berkepala manusia. Di kala keterkejutan itu, ia menemukan  ada peti lain di makam leluhur Tuan Park. 

Yup, ternyata itu pemakaman ganda. Anehnya, peti kedua yang terkubur itu tidak diletakkan secara horizontal, melainkan diletakkan vertikal seperti menanam pohon. Merasa ganjil, dihubungi-lah Hwa Rim, Bon Gil, dan Pak Yong. 

Setelah melihat kondisi peti, Hwa Rim mengatakan pada Pak Kim untuk tak menyentuh peti tersebut, seolah itu benda terkutuk. Namun, Pak Kim bersikeras. Pak Kim merasa kalau peti tersebut tidak wajar dan harus diambil. 

Singkat cerita setelah melalui berbagai diskusi. Mereka memutuskan membawa peti aneh itu dan mampir ke rumah salah satu biksu di desa tersebut. Biksu itu meminta Hwa Rim dkk untuk meletakkan peti di dalam gudang. 

Baca juga : Review Drakor Death's Game : Perjalanan Hidup Mati Seorang Pelaku Bunuh Diri

Setelah selesai dan memberi beberapa mantra. Pak Kim, Pak Yong, Bon Gil pun tertidur di dalam rumah si biksu. Sedangkan Hwa Rim tidur di mobil. Well, saat tidur,  Bon Gil seolah melihat si biksu dengan muka mengerikan, hal itulah yang membuat ia terbangun dan merasa ada sesuatu terjadi. 

Bong Gil berusaha mencari si biksu. Di kandang babi, ia mendapati seseorang tengah diserang secara brutal oleh sesosok makhluk besar mengerikan. Makhluk apakah itu? 

Mendapati itu, Bong Gil menuju Hwa Rim dan mengajaknya ke gudang untuk memeriksa peti. Betapa terkejut keduanya ketika menyaksikan peti sudah berlubang hingga menembus ke atap gudang. Hwa Rim pun meminta Bong Gil membangunkan semua orang. 

Setelah Bong Gil pergi, beberapa menit kemudian Hwa Rim didatangi makhluk tinggi besar yang tak lain adalah Monster Shogun Jepang yang ada di dalam peti. 

Monster berbentuk Shogun Jepang di Exhuma

Setelah melalui dialog yang cukup mendebarkan, monster Shogun itu mengejar Hwa Rim dan hendak membunuhnya. Namun Bong Gil datang dan menghalangi si monster dengan menusukkan besi, tapi tak mempan.

Bong Gil kemudian terlukai oleh si monster Shogun. Saat si monster Shogun hendak membunuh Hwa Rim, ia melihat sebuah pagoda Budha. Itu ternyata mengingatkan ia pada Budha sehingga si monster bertransformasi menjadi api lalu pergi. 

Sejak saat itu Hwa Rim dan lainnya tahu kalau ada ancaman mengerikan di tanah kubur keluarga Park. Di sanalah terpasang sebuah pasak pemecah belah bangsa.

Pasak tersebut merupakan sesuatu yang bisa mengacaukan daratan Korea sehingga harus segera dicari dan dimusnahkan. Seperti apa lanjutan cerita Exhuma. 

Bahaya apakah yang bakal dihadapi Hwa Rim dkk dan apakah endingnya bakal bahagia? Well, kamu bisa saksikan sendiri keseruan dengan menontonnya langsung. 

Kesan-kesan terhadap Film Exhuma

Jujur, aku suka dengan ide pengembangan cerita Exhuma, meski aku perlu menontonnya berulang agar paham jalan cerita sebenarnya. 

Ceritanya relate dengan aktivitas exhumasi yakni pembongkaran makam yang akhirnya membawa bencana bagi beberapa orang yang terlibat.

Meski demikian, aku ingin menyoroti beberapa hal mengenai tokohnya. Awalnya, aku kira tokoh utama dalam Exhuma adalah Hwarin dan Bong Gil. Tapi ternyata tidak kawan, menurutku film ini lebih menyorot peran Choi Min Sik sebagai Kim Sang Deok.

Kim Sang Deok merupakan ahli feng shui. Tiap ada pembongkaran makam, ia akan menganalisa menggunakan sudut pandang fengshui, Maka tak heran bila kalian akan menemukan kalimat elemen bumi dan Yin yang dalam film. 

Kim San Deok dalam Exhuma, aku menyebutnya Pak Kim 

Kim San Deok adalah tipikal bapak-bapak yang peduli terhadap generasi mendatang. Hal itu bisa dilihat dari reaksinya ketika tahu bahwa ada pasak berbahaya yang tertancap di makam leluhur Tuan Park.

Pak Kim tak ingin jika pasak terkutuk itu suatu hari membahayakan generasi mendatang yang tinggal di atas tanah tersebut. Soalnya nih, Pak Kim berpikir mengenai kehidupan 20 bahkan 100 tahun mendatang (meski tak dijelaskan secara gamblang), kan tanah tersebut suatu saat bakal dibangun rumah atau apapun.

Gak heran, beliau lah yang bersikeras untuk mengambil peti si monster Shogun dan berniat membakarnya. Awalnya juga beliau tak menduga bahwa peti tersebut bakal membawa bencana. 

Dalam scene diperlihatkan jika monster Shogun itu telah membunuh biksu di desa tempat makam keluarga Park. Si monster juga membunuh warga setempat yang tengah menjaga kandang babi.

Dipikir aja nih, kalau pasak besi tersebut gak diambil dan suatu hari tanah itu dibangun rumah atau gedung, jangan-jangan warga yang ditinggal di tempat itu bisa dibunuh oleh monster Shogun. Gak mau itu terjadi, makanya Pak Kim berusaha untuk mencari pasak besi tersebut.

Bagiku, cerita Exhuma ini menarik. Penuh dengan teori dan puzzle-puzzle yang perlu direkatkan satu sama lain. Tiap karakter juga memiliki kekuatan masing-masing dalam film. Akting tiap aktor mendalami, sangat keren. 

Jujur saja, aku selalu acungi jempol aktor Korea Selatan ketika bermain peran. Misalnya saja Lee Do Hyun. Di drama korea, dia dikenal sebagai aktor yang kalau nangis, bikin penontonnya ikut nangis, saking menjiwainya. Lalu bagaimana Lee Do Hyun di film Exhuma?

Lee Do Hyun sebagai Bong Gil di Exhuma 

Peran Lee Do Hyun sebagai Bong Gil memang tak banyak bicara, tetapi dia punya peran yang cukup krusial sebagai partner dari Hwa Rim. Dia juga salah satu aktor yang membuat aku tertarik untuk menonton. Yup, he is my favorit man!

Bagian yang aku gak suka dari film ini adalah terlalu gelap. Entah itu memang pemilihan dari produser atau gimana? Tapi bagiku, kondisi gelap itu membuatku jadi tak bisa melihat detail cerita.

Baca juga Review Drakor Mask Girl : Ketika Hukum Tabur Tuai Berlaku

Misalnya nih, bagian Pak Kim menggali kembali makan si monster Shogun, itu tanah kan longsor dan didapati si monster kembali ke tempat semula (setelah menjadi bola api dan menghilang ke langit). Nah, karena gelap banget, aku jadi gak ngeuh, itu di dalam tanah apaan. 

Pada beberapa scene lain juga sama, gelap dan temaram sehingga ada bagian-bagian yang kulewatkan begitu saja. Padahal dalam film, kehilangan scene atau percakapan tertentu bisa membuyarkan semuanya.

*** 

Baiklah itu dia review ala aku mengenai Exhuma, film dari Korea Selatan yang tembus 11 penonton. Untuk aku pribadi, film ini layak untuk diapresiasi karena tak banyak jumpscare mengganggu.

Film ini membuat penontonnya ketakutan secara psikologis. Hantu yang dimunculkan memang tak semengerikan film The Wailing, yang juga mengenai hantu Jepang. Tapi cukup bisa dinikmati. Apalagi endingnya juga gak menggantung, alias close ending (aku spoiler ya).

Oh iya, film ini masuk kategori dewasa ya karena ada adegan yang cukup menggangu seperti tubuh terpotong dan berdarah-darah. So, bagi kalian yang pengen nonton ini, jangan ajak anak-anak. Bisa-bisa mereka trauma nanti.

Rate for Exhuma : 9/10

1 komentar:

  1. Akhirnyaaaaa... aku dapat gambaran tentang film Exhuma. Aku tuh udah pengen nonton sejak film ini rilis, tapi agak takut-takut karena katanya emang menegangkan banget. Pas baca artikel ini, ya sepertinya bener, dan aku gak akan kuat... hahaha. Thanks Mbak udah menuliskannya

    BalasHapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam