Kamis, 20 April 2023

Seberkas Memori tentang Makanan di Kereta Api

Dok.Pri Nurul Mutiara R.A
Seberkas Memori tentang Makanan di Kereta Api. Saat itu aku masih kecil, entah usia berapa aku lupa. Terngiang, sebentuk memori masa lalu tentang kereta api. Lebih khususnya tentang makanan yang bisa dibeli di dalamnya.

Mungkin, inilah yang membuat aku jatuh cinta naik kereta. Selain karena lebih enjoy menikmati perjalanan, kereta menyiratkan banyak hal, termasuk memori masa lalu. 

Terlahir dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan tentu membuat aku tak bisa dengan mudah membeli ini dan itu saat masa kecil. Jangankan meminta, membayangkan saja rasanya tak sempat. 

Suatu hari, di gerbong kereta KRD yang berhenti---karena menunggu kereta eksekutif jalan terlebih dahulu---aku duduk mengamati dari jendela. Datanglah kereta eksekutif dari arah barat ke stasiun Pekalongan. 
Gambaran kereta KRD yang dulu sering membawaku
dari Pekalongan-Kendal (Source : Facebook Kereta api dari masa ke masa)
Saat kereta tersebut berhenti, di jendela kereta, aku melihat seorang bocah berpakaian necis tengah memegang kotak makan. Itu makanan yang hanya disediakan oleh kereta eksekutif. Makanan yang menurutku terlihat mewah dan keren di zaman itu.

Sebagai bocah yang masih polos, aku hanya bisa memandangnya menikmati makanan dengan lahap, sesekali ia disuapi oleh ibunya. Tiba-tiba perut ini terasa lapar. Aku juga ingin makan makanan yang sama. 

Saking laparnya, aku memberanikan diri meminta makanan ke bapak. Waktu itu bapak hanya membawa uang pas sehingga hanya bisa membeli nasi campur dibungkus daun jati. Mungkin karena alasan inilah yang membuat aku jatuh cinta pada aroma nasi yang dibungkus daun jati.

Nasi daun jati yang bapak beli memang tak semewah nasi kotak yang disediakan oleh kereta eksekutif. Tapi aku tetap bersyukur bisa mengganjal perut yang sudah kruyuk-kruyuk sejak lama.


Saat semboyan 35 dibunyikan oleh masinis, kereta eksekutif di samping kereta KRD yang aku tumpangi mulai bergerak. Mataku masih menatap lekat bocah itu. Kemudian, imaji bocah itu lenyap bersamaan dengan gerbong terakhir kereta yang menjauh. 

Beberapa menit kemudian, keretaku mulai bergerak. Sebuah rasa bahagia muncul karena aku akan jalan-jalan menikmati Kendal bersama bapak dan ibu.
Ilustrasi menunggu kereta sembari menikmati pemandangan
orang berlalu-lalang itu menyenangkan (Dok. Nurul Mutiara R.A)
Sepanjang perjalanan, aku masih membayangkan naik kereta eksekutif. Kemudian, aku bertanya pada bapakku kapan kami bisa menaikinya? 

Dengan tersenyum, bapakku berkata bahwa suatu hari, jika cukup rezeki, bapak mungkin bisa membeli tiket kereta eksekutif. Namun sampai beberapa tahun, bapak tak pernah bisa merealisasikan keinginanku itu.

*** 

Tahun 2016 adalah pertama kali sejak bertahun lamanya aku bisa naik kereta lagi. Ya, itu terjadi ketika aku kuliah di salah satu universitas negeri di Jogja. Kala itu aku menuju Purworejo bersama sahabat, Maria.
Tiket kereta Prameks yang aku tumpangi bersama sahabatku Maria (Dok.Pri)
Sebuah kereta jarak dekat bernama Prambanan Ekspres (Prameks) menemani perjalananku selama 1 jam dari stasiun Lempuyangan menuju stasiun Kutoarjo. (Sekarang Prameks sepertinya sudah tidak ada, digantikan oleh KRL)

Hari itu, kami bermaksud menuju ke rumah Arina, yang juga teman sekelasku di kampus. Perjalanan dari Jogja ke Purworejo cukup ramai dan menyenangkan.

Saat itu aku membayangkan kembali atmosfer naik kereta KRD yang sudah terlewat beberapa tahun silam. Setelah sekian lama, pada akhirnya aku bisa merasakan lagi menjejak ke kota lain melalui ular besi.
Suasana naik Prambanan Ekspres dari Jogja ke purworejo (Dok.Nurul Mutiara R.A)
Oh iya, mulanya, aku kira, ketika naik Prameks, aku bisa menemukan makanan yang dibawa oleh padma padmi layaknya kereta jarak jauh. Tapi ternyata gak ada gaes! Kereta jarak dekat ternyata tak menyediakan itu.

Padahal waktu itu, aku ingin memenuhi keinginanku di masa lalu yakni makan makanan ala kereta Api seperti anak yang ada di kereta eksekutif dulu.

Alhamdulillahnya, ternyata keinginan untuk mencicipi makanan ala kereta bisa aku penuhi ketika aku ke Jakarta dalam rangka awarding lomba kepenulisan blog. 

Kalau tidak salah, waktu itu tahun 2019. Sebuah undangan dari sebuah bank membuatku merasa sumringah. Panitia memintaku untuk mengirimkan data untuk pemesanan tiket kereta dari Jogja ke Jakarta.
Pertama kali merasakan nasi goreng Parahyangan ala Kereta Api (Dok.Nurul Mutiara R.A)
Tanpa pikir panjang, aku mencoba bernegosiasi dengan panitia agar memesankan tiket kereta eksekutif untuk pulang dan pergi. Ya, hari itu aku sengaja tidak memakai pesawat karena memang aku ingin memesan makanan ala kereta api.

Mungkin bagi sebagian orang, membeli makanan ala kereta api itu biasa saja. Namun bagiku pribadi, itu seperti memenuhi keinginan masa lalu yang tak pernah bisa bapakku realisasikan.
Kereta api yang aku naiki dari Gambir ke Stasiun Lempuyangan, Jogja
Melalui kesempatan yang Tuhan berikan, Alhamdulillah aku sudah beberapa kali merasakan naik kereta api eksekutif dan merasakan beberapa makanan yang dijual oleh restorasi kereta.

Well, demikianlah sharing ringanku mengenai pengalaman masa lalu yang baru bisa aku realisasikan beberapa tahun ini.

Untuk beberapa waktu kedepan, aku berencana ingin mengajak adikku traveling ringan ke Semarang menggunakan kereta api. Ya, adikku belum pernah sekalipun naik sehingga aku ingin merealisasikan itu.

1 komentar:

  1. Mkanan KA memang enaaak mba 👍. Aku pun suka. Agak nyesel Krn aku baru2 ini aja mulai naik KA, sejak tiket pesawat melambung tinggi setelah pandemi, jadinya tiap perjalanan yg masih pulau Jawa, aku prefer KA.

    Agustus THN lalu Trakhir naik, ke Jogja, dan pesen makanannya, ga nyeseeel. 😄👍. Next mau cobain nasi gorengnya deh. Kemarin itu aku pesen nasi sei sapi soalnya

    BalasHapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam