Selasa, 31 Maret 2020

Mimpiku Bertandang ke Papua, Menyisir Kampung Hijau Tobati dan Enggros

Kampung Tobati-Enggros, sebentuk keindahan surga di Indonesia bagian timur
(Sumber gambar : Jayapurakota.go.id)
Kau tahu Bora-bora, sebuah pulau di Polinesia yang terkenal dengan keindahan alamnya. Banyak artis-artis dunia yang sudah bertandang kesana untuk menghabiskan liburan romantis bersama pasangan maupun keluarga. Ya, itulah dia Bora-bora.

Namun siapa sangka, di Indonesia bagian timur ternyata ada tempat yang serupa dengan Bora-bora. Sebuah destinasi hijau nan indah yang terletak di Teluk Youtefa, Kota Jayapura bernama kampung Tobati-Enggros. Aku pernah bermimpi untuk menjejak kesana. Mengarungi laut sebening kristal dan gugusan hijau pulau yang menyelimuti kedua kampung itu. Kapan terealisasi? Entahlah.

***
Gemuruh air terlihat ketika seorang mama berjalan terapung di area bakau yang tengah surut. Airnya tak dalam, hanya sebatas dada orang dewasa. Dia berdiri sambil memegangi Wah—sebutan perahu bagi penduduk setempat—dengan kedua tangannya. Sesekali, si mama berambut ikal ini mengurai wajah penuh konsentrasi, dia mengais-ngais, atau lebih tepatnya meraba dengan kaki telanjangnya ke dasar air. Kemudian, setelah yakin bahwa ia merasakan sebuah benda yang dicari tersentuh kakinya, badan si mama akan membungkuk sedikit untuk mengambilnya.
Para mama yang berjalan terapung di wilayah bakau yang sedang surut.
(Sumber gambar : Youtube Netmediatama)
Sebuah pemandangan biasa di Kampung Tobati. Para mama yang tengah berenang menyusuri bakau tatkala laut surut. Mereka bukan berendam karena merasa kepanasan, tetapi mencari Bianor---sejenis kerang ukuran besar---yang hidup di wilayah bakau. Di kawasan teluk Youtefa, terdapat 2 kampung yang berdekatan. Tobati dan Enggros. Tak heran 2 kampung ini saling terhubung satu sama lain dalam beraktivitas.

Sekadar informasi, kebiasaan bekerja masyarakat di kampung Tobati-Enggros dibedakan berdasarkan lokasi. Para lelaki akan pergi melaut sedangkan para perempuan bekerja disekitar kampung atau berkecimpung dalam rimba bakau untuk mencari sumber makanan yang tumbuh disana.
Bianor merupakan kerang yang hidup di wilayah hutan bakau di Tobati-Enggros
(Sumber gambar : youtube Netmediatama)
Saking melekatnya hutan bakau terhadap sosok perempuan, sampai-sampai masyarakat adat setempat menamai deretan bakau yang ada sebagai hutan perempuan. Ya, para perempuan di kampung Tobati-Enggros memiliki peranan penting dalam merawat lingkungan melalui lokalitas khas Suku Tobati-Enggros. Hutan bakau menghasilkan sumber daya hayati yang melimpah. Kepiting, udang, Bianor, ikan, dan berbagai tumbuhan jamu hingga kayu bakar merupakan hasil bumi yang dicari oleh masyarakat kedua kampung itu.
Mangrove, tanaman yang penting bagi kehidupan (Dok.Pribadi)
Manfaat-manfaat Mangrove atau bakau bagi kehidupan (Dok.Pribadi)
Bicara tentang Mangrove atau bakau, sesuai informasi dari Econusa, wilayah Papua Barat merupakan pemilik hutan mangrove terluas dengan keanekaragaman hayati yang melimpah. Hingga saat ini bahkan mencapai 438.252 hektar. Jika luas hutan manggrove di seluruh Papua di gabungkan, mungkin saja hutan perempuan menjadi salah satu sumber keanekaragaman hayati yang potensial. Sebab, ia dijaga dengan benar oleh masyarakat. Luar biasa bukan kasih sayang masyarakat terhadap alam?

Namun demikian, meski hutan perempuan dijaga ketat, beberapa waktu ini masyarakat sempat dibuat geram dengan hadirnya sampah-sampah yang mengotori area Hutan Perempuan. Sampah-sampah itu bukan berasal dari pembuangan masyarakat Tobati dan Enggros, melainkan sampah kiriman dari Kota Jayapura. Ada sampah plastik, botol-botol minuman, kasur hingga peralatan rumah tangga terdampar di akar-akar bakau. Sungguh pemandangan yang membuat siapa saja sedih. Sebab, dari perairan yang mengitari kampung hingga hutan bakau itulah sumber rezeki masyarakat.

Kampung Tobati-Enggros dikenal sebagai kampung nelayan karena memang letaknya yang berada di teluk. Rumah-rumah bukan berdiri tegak di atas permukaan tanah, melainkan berada di permukaan air dengan kayu-kayu sebagai peyangganya. Tak heran, dengan lokasi pemukiman warga yang berada di atas air, kampung Tobati-Enggros juga biasa disebut sebagai kampung terapung. Meski demikian, bukan berarti mereka tak memiliki daratan ya, sebab teluk Youtefa dikelilingi pulau-pulau hijau yang indah.

Sebagai kampung apung, Tobati-Enggros memiliki cerita kehidupan yang sangat beragam. Masyarakatnya tak hanya mengandalkan sumber daya dari laut untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Tetapi juga mengembangkan budidaya sayur, bunga dan tanaman buah melalui hidroponik. Saat menjejak ke pemukiman warga, mata akan dibuat berbinar karena melihat pot-pot tanaman bunga dan sayuran tersusun rapi di halaman rumah.
Meskipun di atas air laut, bukan berarti masyarakat tak bisa menanam tanaman
(Sumber gambar : Indonesiakaya.com)
Sebenarnya, menanam dengan teknik Hidroponik dimulai ketika air tawar mulai masuk ke kampung Tobati-Enggros dengan mudah. Sebelumnya, air tawar jumlahnya terbatas. Hanya cukup untuk kebutuhan minum dan cuci saja. Lalu, ketika air mulai mampu mencukupi kebutuhan lainnya, tercetuslah ide untuk bertani secara hidroponik. Dialah mama Neli yang menginisiasi teknik tersebut melalui komunitas di Tobati-Enggros.

Berdasarkan sejarah, kampung Tobati  sendiri pernah dijadikan sebagai pusat pemerintahan pertama di tanah Papua. Ya itu terjadi puluhan tahun silam, ketika Belanda menjajah Indonesia dan menduduki teluk Youtefa. Saat itu, Tobati merupakan satu-satunya tempat yang sudah memiliki penduduk sedangkan wilayah lainnya masih berupa rimba yang sangat pekat. Dengan adanya kondisi itu, tak heran Tobati menjadi tempat yang begitu penting bagi kehidupan politik di bagian timur Indonesia.

Saat ini pemerintah tengah membangun berbagai fasilitas fisik yang mampu menunjang kehidupan masyarakat seperti Jembatan Hamadi-Holtekamp---yang beberapa waktu lalu telah berubah nama menjadi jembatan Youtefa atas permintaan masyarakat adat. Jembatan itu terlihat begitu megah, membentang merah menghubungkan  kawasan utama Kota Jayapura dengan Distrik Muara Tami.

Tobati dan Enggros, sebagai wilayah yang diyakini merupakan leluhur dari masyarakat Papua, keduanya memiliki ragam keunikan yang tak boleh dilewatkan. Salah satunya kuliner bernama Fodfod dan Oseng Bianor yang sempat membuat saya mengecap lidah karena tergoda dengan kelezatannya.

Bagi sebagian besar orang akan merasa asing dengan nama kuliner yang satu ini. Memang, ketika dicari di mesin pencari pun, ulasannya begitu terbatas sehingga belum terindeks layaknya kuliner Papeda yang juga berasal dari Papua. Fodfod adalah sebutan turun temurun dari masyarakat Tobati-Enggros.

Perlu diketahui, Fodfod merupakan makanan dari singkong yang dibentuk bulat-bulat layaknya bakso. Di kampung Tobati dan Enggros, ia dijadikan makanan pengganti sagu atau nasi. Dalam video youtube milik Netmediatama, Fodfod dimakan bersama dengan Bianor yang telah dimasak oleh para mama. Melihat Fodfod dimakan bersama-sama di teras berkayu itu, rasanya ingin ikut menikmatinya.
Pernahkah kamu mendengar istilah zamrud khatulistiwa? Sobat, istilah tersebut bukan tanpa sebab ditorehkan sebagai bagian dari Indonesia. Dengan kepemilikan hutan hujan tropis terbesar setelah Brasil, tentu saja negara ini layak disebut sebagai permata hijau di wilayah khatulistiwa. Nah, berkenaan dengan destinasi wisata hijau, mungkin tak semua orang memahami maksudnya.

Menurut KBBI wisata itu berarti  bepergian secara bersama-sama dengan tujuan untuk bersenang-senang, menambah pengetahuan, dan lain-lain. Jika digabungan menjadi satu, destinasi wisata hijau memiliki arti bepergian untuk tujuan refreshing atau menambah pengetahuan dimana tujuannya merupakan tempat yang masih memiliki nuansa hijau berupa hutan.
Sumber gambar : Econusa.id
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, total luas hutan Indonesia adalah 120.599.794 hektar. Well, dari total  luas keseluruhan, wilayah Papua masih menjadi nomor wahid sebagai pemilik wilayah hutan hujan tropis terbesar yaitu  Papua Barat seluas 8.784.787 Hektar (pada tahun 2014) dan Papua sebesar 29.368.482 hektar. (pada tahun 2012). Apabila ditotal luasnya menjadi 38.153.269 hektar. (Data BPS)

Sekilas, melalui angka tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa daratan di Papua masih terselubung oleh pekatnya hutan. Apabila dilihat melalui udara, Papua akan terlihat begitu hijau karena hutannya yang masih alami dan rimbun.

Papua destinasi wisata hijau. Rasanya sebutan tersebut memang layak diberikan pada provinsi ini. Dengan besarnya hutan tropis yang dimiliki, ia bukan hanya terlihat hijau layaknya batu zamrud, tetapi juga menyimpan harta karun berupa flora dan fauna eksotis yang langka. Tak heran, banyak orang berangan ingin bertualang, menembus hijaunya rimba hanya untuk menguak keberadaan flora dan fauna yang ada.

Mungkin kita sering mendengar bahwa Papua sangat lekat dengan fauna Burung Cendrawasih. Memang itu benar. Burung yang termasuk dalam anggota famili Paradisaeidae dan dari ordo Passeriformes  ini merupakan satwa endemik yang tersebar di wilayah Papua. Sebagai burung langka yang cantik, fauna ini sempat diburu secara ilegal oleh orang tak bertanggungjawab. Namun demikian, kita tak boleh membiarkan itu terjadi. Penangkapan Cendrawasih harus segera ditindak tegas oleh hukum!

Berbicara memgenai fauna, di Papua tak hanya tentang si burung surga ini lho!
Sumber gambar : Hutanpapua.id
Ada fauna endemik lainnya yang menjadi ciri khas dari propinsi Papua yakni Penyu Belimbing, Penyu Hijau, Kakaktua Raja, Burung Kasuari, Kakaktua Jambul Kuning, Nuri Bayan, Rangkong Papua, Kus-kus Tutul dan masih banyak lagi. Papua memang kaya. Ia sangat  layak dijaga oleh kita semua agar keberadaan flora, fauna dan hutan itu sendiri tetap lestari.
Hari ini mungkin kita bisa bermimpi menikmati laut sebening kristal, hutan sehijau emerald dan bercengkrama dengan flora fauna khas yang ada di Papua. Namun bagaimana dengan esok, 5 tahun, 10 tahun atau bahkan 30 tahun kedepan? Entahlah. Melihat semakin besarnya hutan di Papua yang mengalami kerusakan akibat deforestasi, muncul rasa khawatir di dalam diri.
Sumber gambar : Pesona Indonesia
Bagi masyarakat adat, hutan itu laksana ibu yang memberi kekuatan dan cinta kasih pada seorang anak. Hutan menawarkan plasma nutfah dan berbagai sumber kehidupan. Kondisi Hutan Papua saat ini cukup menghawatirkan. Padahal, hampir seluruh masyarakat menggantungkan hidup mereka pada hutan.

Mungkin kita bisa membandingkan luas hutan Papua saat ini berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang aku tulis sebelumnya dengan data pada infografis dibawah ini. Berdasarkan data BPS total hutan saat itu sekitar 38.153.269 hektar. Bisa dibayangkan betapa besarnya luas hutan  yang mengalami deforestasi hingga angka menyentuh 25.532.488 hektar.
Sumber gambar : Econusa.id
Kondisi tersebut harusnya menampar kita sebagai warga negara Indonesia. Ya, karena Papua itu Indonesia, Papua milik kita bersama. Tugas untuk menjaganya bukan hanya terpaut pada peran pemerintah saja, tapi juga kita sebagai masyarakat biasa. Demi menekan angka deforestasi, pemerintah Papua mengeluarkan Perdasus Konservasi untuk melindungi hutan dan ekosistem lainnya. Perda ini juga mengakui hak-hak masyarakat adat yang merupakan pionir bagi kelestarian hutan di Papua.

Konservasi itu membutuhkan kolaborasi. Nah, selain pemerintah Papua sebagai pengambil kebijakan, ternyata ada sebuah yayasan nonprofit bernama Econusa yang menjadi jembatan komunikasi antara pemangku kepentingan di Indonesia Timur dengan mempromosikan nilai-nilai kedaulatan pengelolaan sumber daya alam dan konservasi kepada para pembuat kebijakan di daerah dan pusat.

Econusa memiliki misi untuk menjaga kemandirian masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan tidak memihak. Dalam mewujudkan itu, Econusa kemudian menginisiasi generasi muda di seluruh Indonesia, terkhusus di wilayah Indonesia timur untuk menjaga alam melalui kegiatan-kegiatan edukatif seperti kampanye menjaga Papua melalui media sosial, aksi bersama bersih pantai, School of Eco Diplomacy, melaksanakan Lokalatih media sosial untuk advokasi lingkungan hidup, hingga sosialisasi perihal Papua (Mari Cerita Papua) ke masyarakat.
Bagiku pribadi, Papua menjadi salah satu alasan aku membeli sebuah koper untuk persiapan traveling suatu hari nanti. Tempat ini masuk list destinasi impian yang akan aku kunjungi ketika menjelajah negeri. Layaknya aku melihat Bora-bora yang terkenal cantik dan eksotis. Aku melihat Kampung Tobati-Enggros sebagai gambaran yang sama. Berbicara memgenai Kampung Tobati-Enggros, berikut merupakan kegiatan yang kuimpikan apabila bisa menjejak kesana,
Sumber gambar : Indonesiakaya.com
1. Naik perahu berkeliling pulau.
2. Belajar hidroponik ala Mama Tobati-Enggros.
3. Ikut mencari Bianor, ikan, udang dan kepiting bersama para mama.
4. Menikmati sajian kuliner khas Kampung Tobati-Enggros termasuk Bianor dan Fodfod.
5. Berkunjung ke Jembatan Youtefa.
6. Mengikuti kegiatan-kegiatan adat masyarakat Tobati-Enggros.
7. Menulis kisah tentang aktivitas masyarakat dan mempublikasikannya.

Realita bahwa hutan Papua saat ini tengah terancam keberadaannya karena deforestasi sebenarnya membuat banyak pihak sedih, termasuk aku. Apalagi mendengar Kampung Tobati dan Enggros---kampung yang ingin kudatangi---mulai tercemar sampah-sampah dari kota. Sampah-sampah plastik hingga rumah tangga yang mengotori hutan perempuan dan sekitarnya.

Meskipun begitu, asa untuk memperbaiki tetaplah ada. Kerusakan berasal dari tangan milik kita, maka harus diperbaiki pula dengan tangan milik kita. Edukasi cinta Papua dan tanah air sejak dini, setidaknya mampu memberi gambaran nyata pada anak muda. Ya, itu yang aku percayai.

Sobat, itulah tujuh hal yang ingin kulakukan ketika bisa berkunjung ke Pulau Papua, tepatnya di wilayah wisata alam teluk Youtefa. Papua memang sungguh indah, memiliki berjuta cerita yang tak akan pernah padam. Pantaslah jika tiap orang termasuk aku memiliki mimpi untuk bertandang kesana. Mengenai keinginanku menjejak ke Kampung Tobati-Enggros, itu masih menggebu-gebu tersimpan di dalam batin. Semoga mimpi itu segera terealisasi. Amiin.

Sumber bacaan dan Referensi :
  • https://www.instagram.com/econusa_id/
  • https://www.econusa.id/
  • https://noni.web.id/4-destinasi-wisata-hijau-papua-impian-saya/
  • http://lintaspapua.com/2018/12/03/semakin-tinggi-pohon-sagu-semakin-berisi-dan-siap-ditebang/
  • https://www.mongabay.co.id/2019/12/22/nasib-hutan-perempuan-kampung-enggros/
  • https://kabarpapua.co/kampung-enggros-dan-tobati-potensi-agrowisata-baru-di-kota-jayapura/
  • https://www.wikiwand.com/id/Rumah_Kariwari
  • https://www.wisata.jayapurakota.go.id/kampung-tobati/
  • https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/pantai-bersejarah-nan-cantik-di-bumi-papua
  • https://www.bps.go.id/statictable/2013/12/31/1716/luas-kawasan-hutan-dan-kawasan-konservasi-perairan-indonesia-berdasarkan-surat-keputusan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-s-d-desember-2018.html
  • https://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/forest_spesies/tentang_forest_spesies/kehutanan/
  • Youtube Netmediatama di https://www.youtube.com/watch?v=HV3dcMtpNYs&list=LL_MwAstq5bqpy9-Os8gJmJw&index=6&t=0s

24 komentar:

  1. selayaknya harta karun, Papua destinasi wisata hijau jangan sampai hilang. Pesona Hutan dan keaneka ragaman hayatinya biarkan lestari dan seiring sejalan dengan traveling yang bertanggung jawab. nice mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas bener banget. Saat ini hutan yang jumlahny msh banyak di Indonesia ini ya Papua. Jangan sampai hijaunya hilang karena tindakan kita sendiri.

      Hapus
  2. Moga deh ada lomba hadiahnya ke Papua. Pengen banget Ikutan. Kalau menang bisa jalan gratis hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas Amir, pengen banget bisa jalan2 ke Papua dan Propinsi lainnya :)

      Hapus
  3. Wow..tak hanya alamnya yg keren..mama2 Papua pun pejuang ekonomi yg kereen.. Nurul..ikut dong kalau monmain ke sana... Oya, cakep tulisanmu ini.. semoga sukses ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin Mbak, semoga ada rezeki bisa main bareng kesana.
      Terima kasih ya Mba Mechta 😍

      Hapus
  4. Duh kok ikut ikutan mupeng ya semoga ini menjadi destinasi yang akan terwujud ya kak. Kan rejeki nggak ada yang tahu bukan...Aamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak, semoga saja. Lagian aku juga jarang banget denger mengenai destinasi ini hehe

      Hapus
  5. Papua ini menarik dan bikin penasaran yah, jadi pengen banget ke sana. Moga suatu hari bisa main ke sana bersama keluarga. Aku pengen banget liat kehidupan di sana dan menghirup udara segarnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin Mbak, semoga nggih. Mari kita saling mendoakan :)

      Hapus
  6. ingin banget ke papua dan liburan agak lama gitu menelusuru keindahan alamnya yang luar biasa

    BalasHapus
  7. Aku juga mau pada suatu saat ke papua, maunya ke raha ampat, indah banget pemandangan di sana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya hampir setiap sudut Papua itu indah Mbak hehe

      Hapus
  8. Jangan sampai deh Papua yg sehijau gini alamnya dirusak gara2 diubah jadi pusat industri. Kalaupun mau dioptimalkan sebagai destinasi wisata, senoga tetep terjaga kualitas alamnya

    BalasHapus
  9. Bora bora inget upin ipin ka . hehehe

    Indah banget ya emang papua walaupun cman baru bsa liat gambar di google dan di artikel kaya gini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku malah gak tahu Mbak di Upin Ipin wkwk
      Aku dengar pertama Bora2 dari film Triple X :D

      Hapus
  10. AKu jadi tau banyak tentang Papua berkat mampir ke blog ini.
    Dari mulai informasi mengenai hutan bakau hingga hutan alam di tanah Papua yang harus tetap kita jaga dan lestarikan.
    Semoga semuanya ini tetap terjaga demi kebaikan dan warisan anak-cucu kita nanti.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaa begitu ya Mbak, semoga bermanfaat ya.

      Aamin...

      Hapus
  11. Ah saya jadi kangen ke tempat masa kecil saya dulu. Memang Papua ini masih banyak pohon2 hijau yang besar. Jadi tinggal disana itu rasanya sejuk banget. Saya aja betah dan kamgen mau kesana lagi. Makanya seneng ada lomba dari econusa nih jadi hilang kangennya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mba Ade ternyata udah pernah pengalaman kesana ya? Keren berarti ya kak Papua itu. Bikin kangen 😁

      Hapus
  12. jadi kangen ke papua.. kapan ya aku kesana.. duh duh abs ini dah siapin jalan-jalan lagi.. makasih infonya ka muti

    BalasHapus
  13. Aku belum pernah ke Papua Mbak.
    Semoga aku pun bisa menyusuri keindahan Papua bersama yang tersayang ea ...
    kudu siapin segalanya nih di Papua, termasuk kenalan hehehe biar gampang ngakses

    BalasHapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam