Rabu, 21 Februari 2024

Bagaimana Jika Sekeluarga Beda Pilihan Politik?

Beda pilihan politik dalam keluarga 

Bagaimana bila sekeluarga beda pilihan politik? Sekilas mungkin jawabnya gampang, ya gapapa, masa gak boleh beda. Namun bagaimana bila kamu berada di keluarga tipikal saklek ngefans sama tokoh tertentu. Agak sulit, Guys!

Perbedaan pilihan politik sebenarnya hal wajar. Terlebih, setiap orang menerima informasi berbeda-beda mengenai tokoh politik. Idealnya, bagi sebuah keluarga, asas 'rahasia dan bebas' tetap harus ditegakkan untuk menghindari konflik.

Jujur, aku mengalami itu dalam keluargaku. Bukan, bukan. Lebih tepatnya adikku yang mengalami itu. Sebab, adikku masih usia SMA, dia belum bisa memilih sesuai keinginannya. 

Sebenarnya bukan karena gak tahu mau milih siapa. Namun, orang tuaku menghendaki adikku memilih paslon tertentu. Sebenarnya, bisa aja dia milih si Y tapi bilang ke ortu milih Z. Namun, ia tak boleh berbohong. 

*** 

Pada tanggal 14 Februari 2024 merupakan Pemilu Presiden dan legislatif. Ada 3 pasangan calon presiden yang punya kelebihan dan kekurangannya. Setiap paslon akan terbuka mengenai program melalui beberapa debat capres yang diadakan.

Dengan demikian, setiap orang bisa punya pandangan mengenai masing-masing pasangan calon. Meski demikian, perbedaan pandangan dan pilihan itu ternyata masih bisa jadi perdebatan.

Entah itu di media sosial bahkan pada anggota keluarga sendiri. Aku sendiri masih mengusung asas pemilu yang rahasia dan bebas sehingga keluargaku pun tak kuberi tahu pilihanku.

Lha gimana ya? Aku cuma gak mau ribut urusan beda pilihan doank. Hari gini, ngapain sih ribut masalah politik, apalagi di dalam keluarga. Malu rasanya. 

Tapi ternyata gak segampang itu Ferguso! Namanya orang tua kali ya, jadi punya ego agar selalu ditaati, bahkan untuk urusan di luar fungsi. 

Aku sendiri tak terlalu saklek pada figur tertentu selama pemilu. Mau nomor berapa pun, asal dia punya kapasitas dan program yang baik untuk Indonesia, aku sih oke-oke aja milih. 

Makanya, aku jarang banget posting yang berbau politik, terlebih jika itu menyangkut pilihan calon presiden atau wakil presiden. Untuk apa gitu, membuat konflik dengan orang lain. 

Soalnya, mau gak mau, ketika kita posting di medsos soal figur politik tertentu, bisa jadi menimbulkan keributan batin. Malas berdebat aja. Biasanya oke-oke aja di medsos, gegara beda pilihan akhirnya jadi gak saling kontak. Ada? Ada donk! 

Di dalam keluarga juga begitu. Ibuku bertanya tentang pilihan politik ke anak-anaknya yang nyoblos. Eh pas tahu adikku beda pilihan dengannya, ribut minta ampun. Tapi, sebrisik-brisiknya ibuku, dia gak nanya ke aku. 

Soalnya aku lebih galak kalau diajak ribut wkwkw. Well, dengan kondisi itulah, aku maupun yang lain biasanya memilih diam. Gak perlu lah dikoar-koarkan. Biarkan asas pemilu Luber dan Jurdil bekerja. 

Nah, kalau kalian sendiri gimana? Apakah perlu rahasia juga soal pilihan presiden ke keluarga  atau orang terdekat. Kalau pun gak rahasia, its okay sih, asal gak bikin konflik yang mencederai persatuan.

Pergi Mencoblos pada Pemilu 2024

Pesta demokrasi telah usai ketika aku menulis tulisan ini. Tapi masih ingat momen ketika aku menaiki motor bersama adikku diantara gerimis menuju ke TPS. Hari itu mendung. Desiran angin yang menerpa cukup dingin.

Mulanya, aku malas untuk bangun dan bergegas menuju TPS, tapi aku ingat bahwa memilih pemimpin dalam pemilu 2024 ini adalah panggilan hati.

Aku dan adik menuju TPS di Kabupaten 
Yah, biarpun nantinya figur yang kupilih tak jadi presiden atau anggota legislatif. Itu bukan masalah, yang penting sudah ikhtiyar. Btw, aku menunggu dipanggil untuk memilih cukup lama juga. 

Mungkin karena yang dipilih bukan hanya pasangan calon presiden dan wakil presiden saja, tetapi juga ada anggota DPD dan DPRD yang jumlahnya bejibun. 

Menunggu dipanggil di TPS (dok.pri) 
Sebelumnya, ketika berada di kursi untuk menunggu dipanggil, aku melihat ada salah satu pemilih yang kesulitan melipat surat suara. Aku yakin karena besar ukuran surat suaranya.

Aku dan adikku selesai memilih sekitar pukul 11 siang. Syukurlah karena hujan sudah reda. Setelah selesai memilih, aku sempatkan untuk membeli es cendol favorit, yang aku sukai sejak SD. 

Well, itu dia cerita aku memilih dalam Pemilu 2024 pada 14 Februari lalu. Inti dalam tulisan ini adalah siapapun yang menjadi figur favorit, kita harus memilihnya dengan niat dan doa-doa terbaik.

Aku sudah memilih di Pemilu 2024
Usahakan tidak perlu mengumbar pilihan bahkan  pada orang terdekat (keluarga, kerabat, teman atau tetangga). Ditakutkan itu bakal memicu konflik yang gak diharapkan. 

Emang ada yang ribut gegara pemilu? Ada. Aku bahkan sering menemukan itu lewat beranda media sosial. Orang bisa saling benci hanya karena beda pilihan capres. Malesin banget gak sih? 

15 komentar:

  1. emng sering yah, dalam satu keluarga menemukan pilihan politik yang berbeda. Kita berharap, walaupun berbeda tapi tetep harus damai dong. Siapapun dia kita harapkan bisa memimpin negara dengan baik

    BalasHapus
  2. Beda pilihan politik gak masalah. Namanya juga negara demokrasi. Samaa kak. Aku juga gak bahas capres siapapun di medsos, kan luber dan r nya adalah rahasia.

    BalasHapus
  3. kalau daku agak malas jalannya karena jalanan becek hehe. Namun alhamdulillah, daku datang ke TPS dong.
    Walau memungkinkan berbeda pandangan politik, tetep namanya bersaudara gak akan pernah pupus ya

    BalasHapus
  4. sepakat, pilihan politik boleh beda tapi pertemanan, persahabatan, bertetangga dan keluarga enggak perlu ribut dan konflik ya, saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada

    BalasHapus
  5. Kalau dulu, dalam keluarga saya tidak ada perbedaan pilihan, Mbak. Wajib 1 pilihan karena Bapak saya ABRi. Nah, sekarang sudah beragam, dan sekarang ini kami juga tinggal berdekatan, jadi saling bisik-bisik apa pilihannya. Dan saat berbeda, tidak apa. Namanya juga demokrasi hehehe.

    BalasHapus
  6. Berbeda pilihan itu wajar, kita gabisa memaksakan kehendak karena setiap orang punya pemikiran sendiri

    BalasHapus
  7. Nah iya, setuju sekali, beda pilihan jangan sampai merusak hubungan antar orang. Sudah cukup pengalaman tidak baik di waktu pemilu sebelumnya . Jangan ada lagi konflik karena beda pilihan.

    BalasHapus
  8. Musim Pemilu jadi pemecah hubungan keluarga, pecah persahabatan, bahkan seringkali kebersamaan dalam keagamaan juga tak luput dari perbedaan pilihan. Paling miris, semua memaksakan kehendak masing-masing

    BalasHapus
  9. Susah memang yaa.. kalau ada kaitannya sama keluarga.
    Maksudnya tentu baik, karena mungkin dari pandangan seseorang paslon tertentu adalah pilihan terbaik. Hanya seringkali cara menyampaikannya yang seolah-olah paslon lain gak ada yang baiknya. Nah, ini nih.. yang bikin kita sebagai manusia ada kecenderungan untuk "melawan".

    Kadang melawan tuh bukan karena kita berbeda pendapat aja loo..
    Tapi bisa jadi menegur seseorang karena penyampaiannya ga seperti yang kita maksud.

    BalasHapus
  10. Sekeluarga beda pilihan politik itu wajar
    Nggak apa apa berbeda, toh hak Masing-masing ya mbak
    Aku pun pernah beda pilihan politik dengan suamiku

    BalasHapus
  11. Ya ampuun no more agree sih sama postingan ini, karena udah gerah juga lihat sesama blogger pun banyak yang debat di sosmed, debatnya udah ga sehat pulak hehe.. jadi bener, yuk laah jangan jadi konflik yang sampe kemana2

    BalasHapus
  12. Sama kok kak, aku kalau Pemilu emang milih diem nggak bilang-bilang pilih siapa apalagi di sosial media karena memang nggak baik untuk kesehatan mental aku apalagi kalau pilihanku beda sama mayoritas yang followan sama aku. Males aja kudu debat eheheh. Tapi bener sih kau di lingkungan keluarga itu kadang emang suka ditanya milih siapa nih kenapa ya mau nggak mau Akhirnya jawab tapi tetap sih kalau di keluargaku pilihan terakhirnya tergantung kita sendiri Terserah mau milih siapa

    BalasHapus
  13. Sama dengan mbak De, aku pun dan suami beda pilihan, namun dengan beda pilihan tidak membuat kita bertengkar. Karena itu hal sangat wajar, menghargai hak masing-masing. (April)

    BalasHapus
  14. Keluarga kami beda pilihan, yang muda selalu menentang yang tua. Tapi kami juga anak mudanya selalu mengingatkan jikalau politik ini hanya sementara. Jangan sampai merusak tali silaturahmi, untung saja yang tuanya menurut. Jadi adem ayem deh.

    BalasHapus
  15. Alhamdulillah di keluarga kami meski beda pilihan namun itu bukan menjadi masalah besar. Jadi milih mana yang sesuai kata hati aja. Bebas aja pokoknya mah kalau urusan pilihan dalam pemilu. Tapi emang ribet juga kalau sampai beda pilihan jadi masalah dalam keluarga. Hehe

    BalasHapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam