Rabu, 25 Oktober 2023

Menjadi Muda-Mudi yang Peduli Bumi, Gimana Sih Caranya?

Sampah makanan berupa buah apel (Sumber : Pixabay/Filmbetrachter)

Setiap orang bisa menjadi pahlawan. Tak perlu menjadi Superman yang punya kulit sekuat baja atau Batman yang punya senjata modern untuk menumpas kejahatan. Melalui aktivitas ramah lingkungan pun, kita bisa menjadi pahlawan. Ya, pahlawan bagi bumi.

***

Makanan merupakan sesuatu yang penting bagi tubuh kita. Melalui makanan, tubuh mendapatkan asupan energi sehingga badan bisa bertumbuh. Namun, perlu diketahui, selain sebagai sumber energi, makanan ternyata bisa jadi benda yang berbahaya.  

Itu terjadi ketika jumlahnya bertumpuk dan membentuk sampah organik di TPA. Ya, sampah makanan yang membusuk, mengeluarkan gas yang disebut metana. Gas-gas metana yang mengendap di udara akan mengunci panas sehingga menyebabkan global warming.  

Permasalahannya, jumlah sampah makanan yang ada di Indonesia ternyata mencapai angka yang mencengangkan. Berdasar data dari Program Lingkungan PBB (UNEP) melalui Katadata, Indonesia menghasilkan 20,93 juta ton sampah makanan setiap tahunnya.

Sumber data : Katadata

Sampah-sampah makanan itu tercipta mulai dari tahap produksi hingga konsumsi rumah tangga. By the way, pernah gak sih kalian ke pasar dan menemukan tumpukan wortel, kentang, sawi atau sayuran yang wujudnya kurang bagus, dibuang begitu saja ke sampah?  

Coba deh kamu berbelanja ke pasar atau ke sumber utama pertanian, kamu pasti akan mendapati proses penyortiran sayur atau buah.

Sayuran yang dijual di pasar yang sudah melalui penyortiran (Dok.Pri)

Produk yang bagus akan dipisah dan dijual dengan harga yang tinggi sedangkan produk mutu sedang akan dijual dengan harga lebih terjangkau. Lalu, produk yang jelek akan dibuang begitu saja.  

Bila ada yang peduli, produk mutu jelek akan  dimanfaatkan untuk makanan ternak atau pupuk kompos. Namun bila tak ada orang peduli, ia akan dibuang begitu saja. 

Akhirnya, produk-produk jelek itu (ugly food) akan berakhir di TPA dan menimbulkan masalah baru yakni sampah makanan yang menyebabkan global warming melalui Gas Rumah Kaca yang dihasilkan.  

Nah, berbicara tentang makanan, pada 20 Oktober 2023 lalu, kawan-kawan Eco Blogger Squad berkesempatan untuk mengikuti gathering online bertajuk “Semangat Orang Muda Menjaga Bumi Indonesia

Narasumber dalam Gathering Online EBS 

Dalam gathering tersebut, ada 3 narasumber keren dihadirkan yakni Amalya Reza selaku Manajer Bio-energi di Trend Asia, Jaqualine Wijaya sebagai CEO dan CO-Founder di Eathink Movement serta Cerli Febri Ramadani selaku Sentra Kreatif Lestari Siak (SKELAS). 

Salah satu narasumber pada gathering kali ini juga membahas cara memilih makanan yang sustainable agar menghindari food waste. Sungguh perbincangan pada gathering ketiga EBS 2023 ini sangat menarik dan mengalir. Apa saja sih yang didiskusikan? Check this out!  

Eathink Movement 

Eathink merupakan bisnis sosial yang mendukung konsumen makanan untuk menjadi lebih berkelanjutan dengan membagikan informasi ketahanan pangan, menyediakan program pembelajaran serta produk yang relevan untuk membangun kebiasaan konsumsi makanan yang sehat dan berkelanjutan. 

Mulanya Eathink ini merupakan komunitas yang dibentuk tahun 2018 saat Jacualine berkuliah. Ia membentuk komunitas bersama teman-teman di jurusan Teknologi Pangan dan diberi nama Food Sustainesia untuk mengedukasi isu-isu pangan.  

Tahun 2021, Kak Aline me-rebranding nama Food Sustainesia menjadi Eathink Movement—sebuah sosial bisnis, kemudian mulai menyebarkan literasi dan edukasi melalui workshop dan kelas-kelas mengenai pangan berkelanjutan.  

Yang dimaksud pangan berkelanjutan menurut Kak Aline, bagaimana pangan bisa tersedia secara terus menerus dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Keseimbangan elemen lain, seperti ekosistem perlu diperhatikan dalam pangan berkelanjutan.

Agar pangan berkelanjutan bisa tercapai, 3 faktor menjadi begitu krusial untuk dipahami.  

Yang pertama, pertanian berkelanjutan, itu erat kaitannya dengan tingginya emosi dan juga deforestasi. Saat hendak membuka lahan pertanian misalnya, biasanya pembukaan lahan menjadi pilihan. Tentu, pembukaan lahan ini berimbas pada tingginya angka penggundulan hutan.  

Pun dengan emisi, ditengarai emisi dari sektor pertanian di Indonesia mencapai 13% dari keseluruhan sedangkan di ranah global 1/3 emisi dihasilkan dari produksi pertanian, terutama pertanian berbasis hewani.  

Yang Kedua, tantangan pangan bernutrisi. Di Indonesia, masih ada beberapa daerah yang mengalami malnutrisi dan stunting akibat pemenuhan pangan yang tidak tepat.  

Makanan-makanan yang menjadi asupan, belum sesuai standar pemenuhan gizi yang benar sehingga menimbulkan masalah. Nah, selain malnutrisi, ternyata over nutrisi juga terjadi di Indonesia. Untuk over nutrisi alias obesitas, diet yang sehat menjadi hal utama, tapi kenyataannya, diet sehat belum sepenuhnya terjangkau oleh masyarakat.  

Yang ketiga, food loss dan food waste. Indonesia termasuk salah satu negara yang menghasilkan food waste.

Ironisnya, kebanyakan food waste berasal dari rumah tangga. Sedangkan food loss terjadi saat proses produksi makanan dari tahap produksiproduksi di wilayah hulu hingga ke hilir.  

Dari banyak hal, konsumen memegang peranan kunci dalam memilih makanan yang berkelanjutan. Ada 4 cara yang bisa kita lakukan sebagai konsumen,  

  1. Mulai pilah makanan yang lebih sehat dan ramah lingkungan.  
  2. Perhatikan selalu label yang ada pada makanan, kenali nutrisi yang dibutuhkan.  
  3. Hindari food waste dengan melakukan aktivitas “makan secukupnya” atau “habiskan makanan tanpa sisa”. Jika terlanjur ada, maka cari cara untuk mengolahnya kembali menjadi lebih bermanfaat.  
  4. Ubah narasi baik mengenai makanan bernutrisi, misalnya makanan yang bersumber dari produk lokal masyarakat seperti tempe, tahu dan sebagainya. Narasi-narasi positif ini dimaksudkan untuk mengubah cara pandang masyarakat.  

Yup, demikianlah penjelasan mengenai konsep pangan berkelanjutan ala Eathink Movement yang dibawakan oleh narasumber pertama, Kak Jaqualine Wijaya. 

Kantin Sekelas Siak 

Skelas merupakan pusat inovasi yang diinisiasi oleh anak-anak muda di Kabupaten Siak untuk meningkatkan ekonomi masyarakat lewat ekonomi kreatif yang didasarkan pada kemampuan masyarakat lokal dan berbasis ekonomi lestari. 

Skelas sendiri memiliki tiga fungsi,  

  1. Promosi dan komunikasi membangun narasi pusaka lestari 
  2. Inkubasi, akselerasi dan agregator 
  3. Pusat data dan informasi 

Untuk merealisasikan tiap fungsi, maka Skelas melakukan berbagai sinergi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah. Bahkan, pengelolanya sendiri terdiri dari berbagai backgroud. Nah, narasumber kali ini mengundang Kak Cerli sebagai ketua dari Skelas.  

Pada tahun 2012, Menteri KLHK mendeklarasikan Siak sebagai Kabupaten hijau. Dengan demikian, Skelas mendukung deklarasi tersebut melalui aktivitas sosial berbasis lingkungan.  

Saat ini, bekerjasama dengan pemerintah daerah, Skelas berkolaborasi memberi inkubasi pada UMKM-UMKM lokal. Nantinya, UMKM itu diarahkan untuk mengembangkan produk agar lebih menarik. Misalnya soal packaging.

Halaman depan kantin Skelas yang berada di area Tangsi Belanda

Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan untuk datang langsung ke Skelas. Bertempat di area Tangsi Belanda, tempatnya terlihat sejuk. Jika masuk di dalamnya, kita bisa menemukan berbagai produk dari UMKM lokal mulai dari kuliner hingga seni kriya.

Beberapa produk kuliner yang dipajang pada etalase di Skelas

Salah satu program yang diinisiasi oleh Skelas yakni KUBISA (Inkubasi Bisnis Lestari) berupa program pelatihan maupun pendampingan bagi pelaku usaha untuk mengembangkan bisnisnya.  

Trend Asia 

Sebuah organisasi masyarakat sipil independen yang bergerak sebagai akselerator transformasi energi dan pembangunan berkelanjutan di Asia. Trend Asia sudah berdiri sejak 4 tahun yang lalu, tepatnya tahun 2019.

Sumber : Presentasi saat gathering EBS

Ada 3 fokus utama yang dibahas dalam Tren Asia yakni menyoal energi, urban dan solusi. Terkait energi, Kak Amel mengatakan bahwa Trend Asia bermaksud mendorong transisi energi dari fosil ke energi terbarukan.

Urban merupakan area di mana terdapat permukiman manusia yang padat dan berkaitan erat dengan infrastruktur yang terbangun. Mudahnya, urban merupakan wilayah perkotaan. Membicarakan kehidupan masyarakat di perkotaan yang mengonsumsi banyak energi. 

Adanya isu-isu energi yang dibutuhkan masyarakat urban menjadi fokus bagi Trend Asia sehingga masyarakat urban bisa terlepas perlahan dari energi kotor sehingga perlu dicari solusi paling ampuh untuk memenuhi kebutuhan listrik namun meminimalisir munculnya GRK.

Salah satu solusi yang ditawarkan yakni dengan mengganti energi fosil menjadi energi terbarukan seperti energi dari angin, cahaya matahari hingga gelombang laut yang biasa disebut bio-energi.

Saat ini, co-firing masih dipilih sebagai upaya mengurangi penggunaan batu bara. Sayangnya co-firing justru memunculkan masalah baru yaitu penggunaan biomasa yang berasal dari kayu. Tahu gak? kayu-kayu itu didapat dari hutan, sehingga potensi deforestasi untuk pengambilan kayu sangat besar.

Gak heran, solusi yang bisa diusahakan oleh pemerintah adalah melakukan transisi energi melalui potensi energi alam yang dimiliki Indonesia. Memang, teknologi untuk transisi enegi tidaklah murah, namun secara perlahan bila diusahakan, itu bisa tercapai mengingat Indonesia juga berniat mencapai NZE di tahun 2060. 

Menjadi Muda-Mudi Pelindung Bumi, Lets go!  

Ada banyak cara yang bisa lakukan untuk mendukung upaya-upaya anak muda agar bumi bisa lebih baik. Bayangkan saja, dengan temperatur seperti saat ini, kita sudah kelabakan. Bagaimana jika itu berlangsung hingga beberapa tahun kedepan?

Melihat bagaimana narasumber dari EBS melakukan aksi-aksi baik bagi lingkungan, kita juga bisa lho menjadi pelindung bumi dengan cara kita sendiri. Gampang kok sebenanrnya, tinggal kuatkan niat hidup ramah lingkungan dan jadikan kebiasaan. So, apa saja aktivitas menjaga bumi yang bisa kita lakukan? This it!

  1. Tidak Membuang Sampah Sembarangan
  2. Menghargai makanan
  3. Tidak Membakar Sampah
  4. Menghemat Energi
  5. Memanfaatkan Produk Daur Ulang
  6. Menanam Pohon
  7. Mengurangi Sampah
  8. menyebarkan berita baik tentang lingkungan
  9. Bergabung dengan komunitas lingkungan
  10. Ikut aksi-aksi menjaga lingkungan

Baiklah, demikianlah aktivitas-aktivitas yang bisa kita lakukan sebagai generasi muda yang peduli bumi. Jika belum bisa melakukan langkah-langkah besar, maka hidupkan dahulu niat baik untuk mencintai lingkungan. Semua bisa dimulai dari rumah, dari diri kita sendiri.

39 komentar:

  1. Sayuran yang kualitasnya kurang bagus, memang sebaiknya tidak dibuang ya, Mbak. tapi diolah kembali untuk hal bermanfaat. Kompos dan makanan ternak. Jadi bagusnya, kalau perkebunan sayuran dan buah, punya tempat sendiri untuk mengolah kembali sayuran atau buah yang tidak layak dikonsumsi manusia. Nanti kan bisa menampung tenaga kerja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya, betul sekali Pak. Kalau semisal bisa, ada alokasi untuk ternak atau dijual ke tempat-tempat yang punya ternak biar gak mubazir

      Hapus
  2. ternyata banyak hal sederhana yg bisa kita lakuin yaa kalau memang kita mau peduli menjaga bumi ini, buktinya anak2 muda itu aja bs loh berkiprah kaya gitu, kita jg brati bisaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Kak. Mulai dari rumah kita bisa lebih aware terhadap lingkungan

      Hapus
  3. Ampun deh, masalah food waste ini masih jadi PR kita bersama. Ternyata tinggi juga ya negeri ini apalagi sektor rumah tangga. Padahal kalo kita bisa ambil aksi juga bisa berkontribusi. Misalnya hal sederhana menghabiskan isi piring masing2 atau mengolah sampah kek bikin kompos gitu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya mbak. Kalau aku pikir, bisnis perhotelan juga menyumbang food waste. Nah, kalau rumah tangga, beberapa udah ada yg melakukan recycle

      Hapus
  4. buat saya pribadi yang udah bukan anak muda, minimal menerapkan ngabisin makan kepada anak-anak. soal sisa prepared food sayur atau buah, so far tetep saya buang sih. PR juga ini buat saya karena belum menerapkan sistem pembuangan sampah organik itu loh yang dirumah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Eka. Penting banget ternyata menanamkan pemahaman pada anak-anak terkait makan tanpa sisa

      Hapus
  5. buat saya pribadi yang udah bukan anak muda, minimal menerapkan ngabisin makan kepada anak-anak. soal sisa prepared food sayur atau buah, so far tetep saya buang sih. PR juga ini buat saya karena belum menerapkan sistem pembuangan sampah organik itu loh yang dirumah.

    BalasHapus
  6. mau tidak mau kita semua memang harus menjaga bumi karna bumi lah yang menyediakan semua kebutuhan kita dan sebagai anak muda lebih baik ikut komunitas peduli lingkungan kana sudah pasti kita akan berkumpul dengan orang yang satu tujuan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sekarang banyak kok komunitas yang peduli sama lingkungan kak. Minimal kita suport mereka ya

      Hapus
  7. Aku juga prihatin banget dengan kebiasaan tidak menghabiskan makanan lho. Apalagi kalau acara prasmanan, sukanya lapar mata, eh ternyata nggak dihabiskan. Malah cuma diicip2 aja, jadinya terbuang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu sih mbak yang masih jadi masalah di kita

      Hapus
  8. Iya nih food lost sama food waste di Indonesia masih banyak banget. Salah satu cara paling mudah untuk mengolah bahan makanan yang terlanjur jadi food lost atau food waste itu dikomposin

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak bener banget. Untungnya sekarang udah mulai ada yang care mengenai food waste dan food lost sih kak

      Hapus
  9. nah ini bener banget,, sayuran yang kualitasnya gak bagus atau rusak bisa banget untuk pakan ternak atau diolah jadi kompos, di daerahku juga gitu. jadi sayuran yang gak laku dijual atau rusak gak terbuang mubazir

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget mas. Biasanya kalau yang jelek sayurannya tapi masih bisa diolah, bakal diolah biar gak mubazir

      Hapus
  10. Urusan bahan makanan jangan sampai ada yg mubazir. Sebisa mungkin kalau masih bermanfaat jadi pupuk, maka bisa dilakukan ya. Dan tentunya, bijak dalam mengambil makanan agar tidak berlebihan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak bener banget. Meminimalisir terjadinya sampah makanan yak

      Hapus
  11. Masalah pangan ini memprihatinkan ya. Di sisi lain ada yang kekurangan, di sisi lain ada sisa makanan dan menjadi sampah.

    Soal sampah makanan ini juga menumpuk dan menjadi penyumbang kerusakan bumi. Saatnya kita gerak, jangan buang makanan. Ambil seperlunya aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, miris banget kalau bayangin orang kekurangan makanan dan di kita, makanan dibuang begitu aja. Sedih

      Hapus
  12. Keren nih Eathink Movement yang tadinya bermula dari sebuah gerakan mahasiswa jurusan teknologi pangan yang kemudian berubah jadi komunitas dan lama-kelamaan menggerakkan lebih banyak bidang dalam ceruk pangan.

    BalasHapus
  13. Kita salah satu negara yg berkontribusi dlm food waste terbesar di dunia. Sangat disayangkan sih ya. Di sisi lain bnyk masyarakat yg stunting. Miris bgt emg.

    Smg mslh ini lekas selesai dan hutan2 di Indonesia masih dijaga trs kelestariannya. Emg sih hutan di Indonesia akan smkn mengecil krn kebutuhan pemukiman hingga industri. Tp smg msh ada aturan khusus utk melarang hutan lindung digunduli.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah ini, kadang kalau baca mengenai kasus stunting, jadi mikir banget kok bisa?

      Hapus
  14. Banyak hal sederhana yang ternyata bisa banget kita lakukan dalam berkontribusi menjaga bumi tetap baik ya kak. Dalam hal makanan contohnya . Jangan mubazir, tetap memperhatikan pengolahan dan produksinya apalagi memperhatikan emisi nya nanti.

    BalasHapus
  15. peduli pad alingkungan memang harus semakin ditumbuhkan dalam jiwa setiap orang, khususnya pada agenerasi muda. Setidaknya dengan makan sesuai porsi, dan tidak menyisakan makanan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bang. Makan secukupnya biar gak buang sampah makanan

      Hapus
  16. Setuju banget sama konsep yang makan secukupnya dan habiskan makanan. Ini gak lain untuk mengurangi sampah makanan yang ada. Agak miris juga kalau Indonesia penyumbang sampah makanan yang besar :")
    Makanya emang perlu melakukan hal-hal yang kita bisa dimulai dari diri sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget Mbak Mita. Sebenanrnya hal kayak gini simpel kok, asal ada niat aja

      Hapus
  17. Yampun mbak tulisannya lengkap betul, ternyata anak muda ini gak main-main yahh soal menjaga lingkungan, dedikasinya sangat luar biasa. Semoga kita yang masih muda juga sama semangatnya seperti mereka untuk mencintai Bumi 💖

    BalasHapus
  18. Penting banget ini sih ditauin sama anak muda. Apalagi mereka yg konsumtif abis. Kudu join sih sama tiga komunitas keren di atas.

    BalasHapus
  19. sebagai muda mudi yang peduli, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menjaga keberlangsungan Bumi ini, semoga kita bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
    utamanya nih ya concern soal makanan yang seringnya masih sisa begitu juga pada proses produksinya :(

    BalasHapus
  20. Banyak cara sederhana yang bisa dilakukan oleh muda mudi dalam menjaga bumi
    Salah satunya dari pemilihan makanan

    BalasHapus
  21. Sangat menginspirasi yaa..
    Karena saat ini anak muda pun uda mulai bergerak menjaga bumi. Biasanya kalau anak muda yang bergerak dan speak up, semua generasi bisa ikut mendukung.

    BalasHapus
  22. Kalo udh baca masalah iklim serem ya mbaaaa. Berasa banget kacaunya. Mana panasnya ampuuuun 😔.

    Yg paling bisa aku lakuin saat ini mengenai sampah makanan. Aku udh mulai bisa memperkirakan berapa banyak makanan yg hrs aku masak untuk 1 hari. Jadi jgn sampe sisa. Kalopun sisa, aku hrs tau bisa diolah jadi apa esok harinya. So ga kebuang. Sediiih banget kalo udh harus buang makanan. Keinget aja saudara2 di suatu tempat msh susah makan, kok ya malah buang makanan di sini :(.

    BalasHapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam