Senin, 19 September 2022

Saatnya Merdeka dari Kejahatan Siber. Dear Kamu, Jadi Nasabah Bijak dan Cerdas itu Mudah Kok!

Sampai kapan penipuan yang mencatut nama BRI akan terus memakan korban? Padahal, deret kasus tersebut sudah berkali-kali kita temukan di berbagai media sosial maupun media mainstream. Namun, masih saja ada yang terjebak. Yuk mulai jadi #NasabahBijak

***  

Kamu bekerja siang dan malam hingga mampu menabung di bank sebesar Rp 100.000.000. Rencananya, uang tersebut akan kamu gunakan untuk biaya pernikahan, rumah tangga serta persiapan kelahiran anakmu kelak.  

Namun, karena kecerobohanmu yang mau membagikan data pribadi ke nomor tak dikenal, uangmu di rekening ludes diambil oknum tak bertanggungjawab. Sungguh, itu akan menjadi pengalaman menyedihkan seumur hidup. Kehilangan aset yang telah dikumpulkan bertahun-tahun karena aktivitas bernama soceng.  

Berikut akan saya ilustrasikan melalui Raden, tokoh buatan yang kisahnya diambil dari berbagai pengalaman yang pernah saya baca di media maistream maupun media sosial.  

***  

Whatsapp milik Raden berdering beberapa kali, menandakan ada pesan masuk melalui ponsel. Saat di cek, terdapat satu pesan berprofil logo BRI masuk. Kontan, ia segera membuka dan membacanya. Ternyata, ada beberapa kalimat tertulis berikut lampiran dan link hidup di bawahnya.

Heran, Raden segera membalas dan menanyakan maksud pesan tersebut. Si pengirim pesan mengatakan bahwa beberapa waktu lagi biaya administrasi BRI akan mengalami perubahan dari yang semula Rp 6500,- menjadi Rp 150.000,-. Apabila nasabah tidak ambil tindakan segera, maka biaya administrasi akan ditarik otomatis dari tabungan. 

Perubahan biaya administrasi secara mendadak tanpa adanya informasi sebelumnya tentu saja membuat Raden terkejut. Apalagi potongan administrasi dengan nominal Rp 150.000 per bulan bukanlah angka yang kecil. 

Mulanya Raden merasa ragu dengan isi pesan tersebut. Namun begitu menyihirnya kata-kata si pengirim pesan, membuat Raden mau menuruti perintahnya dengan mengisi data pribadi, data akun hingga One Time Password (OTP) yang dikirimkan oleh pihak bank asli.  

Tak berapa lama, muncul notifikasi SMS yang menyatakan bahwa Raden telah menarik uang sebesar Rp 99.000.000 dari rekening. Kontan SMS tersebut membuat Raden panik minta ampun, sebab ia tak pernah menarik uang sepeser pun hari itu. 

Keesokan harinya Raden datang dan melapor ke kantor BRI terdekat. Kemudian, ia mendapat informasi dari pihak bank bahwa tabungannya raib. Raden telah menjadi korban kejahatan siber bernama Soceng atau Social Engineering.

Social Engineering merupakan kejahatan di dunia maya yang bertujuan memanipulasi atau menggiring seseorang agar mau menyerahkan data pribadi, data akun hingga data finansial kepada pelaku. 

Raden sendiri memang sebentuk tokoh fiktif yang saya buat sendiri. Namun, ilustrasi kisah tersebut saya ambil dari kasus-kasus kehilangan uang di rekening yang marak terjadi. 

Jika mencari kata kunci “Kasus penipuan atas nama BRI” saja, kita bisa dengan mudah menemukan sekitar Sekitar 366.000 hasil (0,37 detik). Ada berbagai macam ulasan yang bisa dibaca terkait penipuan bernama soceng ini melalui kanal media mainstream. 

Soceng sendiri dikenal dengan istilah begal rekening. Jadi, begal bukan hanya bicara tentang penjahat yang mengambil paksa barang korban di jalanan. Begal juga bisa berwujud di dunia maya melalui aksi penipuan online agar korban mau menyerahkan data-data penting lalu menggasak isi rekening. 

Pelaku soceng biasanya akan berpura-pura menjadi pihak resmi dari suatu lembaga misalnya perbankan, koperasi, e-commerce atau lembaga keuangan lainnya. Dengan demikian, memiliki sikap skeptis dan ragu saat menerima pesan atau telepon mencurigakan adalah fardu ain alias wajib.

Agar lebih aware, mari kita kenali 4 modus Soceng yang beberapa waktu ini tengah menghantui para nasabah. Dengan mengetahui modus di bawah ini, harapannya masyarakat bisa lebih teredukasi ketika mendapatkan pesan atau telepon dari orang tak dikenal.

Info Perubahan tarif transfer 

Ilustrasi Raden merupakan contoh soceng dengan modus info perubahan administrasi/tarif bank. Biasanya peluku soceng akan memberikan lampiran atau link yang diarahkan menuju website tertentu.

Pada website tersebut, korban akan diminta mengisi data diri maupun akun bank pada suatu formulir. Perlu diketahui bahwa formulir tersebut hanya akal-akalan para pelaku soceng yang dikemas seolah-olah resmi dari pihak bank atau lembaga tertentu.

Tawaran menjadi nasabah prioritas 

Menjadi nasabah prioritas BRI memang sangat menggiurkan. Apalagi nasabah prioritas mendapatkan berbagai keistimewaan dari bank seperti  

  1. Pemberian hadiah di hari ulang tahun,  
  2. Mendapat undangan eksklusif 
  3. Layanan bepergian eksklusif 
  4. Jasa perencanaan ke luar negeri 
  5. Potongan harga di berbagai tempat  
  6. Mendapat layanan jasa perencanaan keuangan 

Adanya keuntungan yang menggiurkan inilah yang kemudian menginisiasi para pelaku soceng untuk melakukan aksinya dengan berpura-pura menjadi pihak bank dan menawarkan upgrade menjadi nasabah prioritas kepada masyarakat. 

Tawaran menjadi nasabah prioritas biasanya dibagikan melalui media sosial maupun chat whatsapp dari oknum soceng. Yang perlu kita pahami adalah jangan mudah percaya pada chat yang bukan dari sumber resmi BRI. Nasabah bijak harus punya sikap selidik agar tak mudah terhipnotis rayuan manis pelaku soceng. 

Akun layanan konsumen palsu 

Saat mengalami masalah pada aplikasi mobile, tak jarang nasabah akan melakukan komplain atau bertanya melalui media sosial. Nah, komplain via media sosial sangat riskan dijadikan santapan empuk pelaku soceng.

Pelaku seringkali menggunakan akun palsu yang mengatasnamakan lembaga tertentu dan mengarahkan nasabah untuk membuka link  yang disebar pelaku melalui komentar maupun DM di media sosial.

Jangan salah, tiap kali saya melihat kawan melakukan komplain atau bertanya via twitter terkait layanan bank, saya sering menemukan komentar-komentar yang menggunakan akun bank palsu dan mengarahkan calon korban untuk klik tautan yang mengarah pada chat whatsapp.

Tawaran jadi agen laku pandai 

Laku Pandai merupakan program pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan untuk membantu masyarakat yang selama ini belum tersentuh jasa perbankan karena beberapa faktor. 

Nah, keuntungan menjadi Agen Laku Pandai yaitu mempunyai hubungan yang erat dengan bank yang bersangkutan, sehingga lebih mudah dalam pengajuan kredit dari bank tersebut karena data-data termasuk jenis usaha yang sudah diketahui oleh pihak bank. 

Adanya keuntungan tersebut membuat para pelaku soceng mencari korban dengan berpura-pura menawarkan cara menjadi agen laku pandai dengan proses cepat dan instan. Sama seperti yang lain, korban pada akhirnya akan diarahkan untuk mengisi data diri dan memberikan OTP yang masuk melalui SMS.

Nah, itu dia 4 modus yang akhir-akhir ini digunakan para pelaku soceng karena riskan menimbulkan kerugian baik dari pihak nasabah maupun bank. Poin utama yang perlu kita tekankan agar menjadi nasabah bijak yakni dengan menjadi skeptis dan tak mudah percaya pada siapapun yang bermulut manis dan meminta data pribadi.

Social engineering atau begal rekening termasuk bagian dari kejahatan siber. Ngerinya, kejahatan siber bisa mengancam siapa saja, termasuk keluarga, teman atau bahkan kita sendiri bila tidak cerdas dan bijak dalam mengolah emosi dan menyimpan data pribadi.

Kejahatan siber sangat berkaitan erat dengan perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat sehingga menginisiasi para oknum untuk melakukan penipuan melalui media teknologi. 

Berdasarkan laporan data anomali trafik BSSN (2022) yakni periode Januari hingga 13 September 2022, BSSN mencatat lebih dari 852 juta anomali traffic. Dengan tiga jenis anomali terbanyak berturut-turut yaitu infeksi malware 55,6 persen, kebocoran informasi 15,20 persen, trojan 10,21 persen.

Mungkin, beberapa waktu ini kita sering membaca banyak data pribadi pelanggan bocor akibat ulah para hacker. Jelas ini berbahaya bagi individu, terlebih, bisa saja data tersebut berhubungan dengan akun bank.

Kejahatan siber memiliki beragam bentuk. Kita bisa menemukannya dengan mudah melalui mesin pencari jenis-jenis kejahatan siber. Namun melalui artikel ini, saya hanya akan menguraikan mengenai kejahatan siber yang berhubungan dengan dunia keuangan karena riskan menimbulkan kerugian  material.

Skimming

Skimming merupakan kejahatan pencurian data pengguna ATM untuk membobol rekening. Demi melancarkan aksi ini, pelaku kejahatan menggunakan alat khusus bernama scammer atau skimmer.

Scammer biasanya diletakkan pada mulut slot mesin ATM sehingga sulit untuk diidentifikasi secara instan oleh orang awam. Saat nasabah memasukkan kartu debit atau kredit ke mesin ATM maupun Electronic Data Capture (EDC), scammer akan dengan cepat merekam informasi dari kartu tersebut.

Tak heran, PIN dan data-data yang ada pada kartu debit maupun kredit nasabah langsung bisa dicuri oleh pelaku skimming. Nah, untuk menghindari kejahatan siber tersebut, nasabah perlu cermat dengan,

  1. Memastikan tidak ada kejanggalan pada mesin ATM atau EDC. 
  2. Melakukan transaksi di mesin ATM yang dijaga ketat, seperti dilengkapi dengan pencahayaan, CCTV, dan satpam. 
  3. Melakukan transaksi di ATM kantor cabang resmi bank penerbit ATM.
  4. Tidak memberi informasi kartu ke sembarang orang meskipun mengaku dari pihak bank.
  5. Buatlah nomor PIN menggunakan kombinasi angka yang kuat dan lakukan pengubahan PIN secara berkala. 
  6. Tidak melakukan transaksi di ATM yang sepi dan jauh dari fasilitas publik
  7. Bertransaksi secara cardless atau transaksi online melalui mobile banking dan sebagainya.
Sudah banyak kasus-kasus skimming di Indonesia. Dan tentu saja, kerugian bukan hanya mendera para nasabah tetapi juga pihak bank yang harus mengganti dana nasabah yang terkena skimming dengan total Milyaran Rupiah.

Praktik Fraud


Pernah mendengar istilah praktik Fraud sebelumnya? Ada beragam definisi yang membahas mengenai praktik Fraud. Melalui ulasan ini, saya akan mengambil definisi dari Sawyer's (2004) yang saya cuplik dari website milik bbs.binus.ac.id.

Menurut Sawyer’s, fraud adalah suatu tindakan pelanggaran hukum yang dicirikan dengan penipuan, menyembunyikan, atau melanggar kepercayaan. Fraud dalam dunia perbankan rentan dilakukan oleh pihak internal yang mengetahui data rahasia nasabah mulai dari PIN hingga OTP.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kerugian perbankan akibat kecurangan atau fraud di tengah digitalisasi sebesar Rp 4,62 triliun sepanjang tahun 2020 lalu.
Nah Kawan, dalam hubungannya dengan nasabah seperti kita, meskipun yang meminta PIN ATM merupakan pihak internal bank, baik manajer, teller maupun satpam, jangan pernah kita mau memberikannya ya. Sebab, itu bisa memicu tindakan Fraud.

Sudah banyak sekali kasus-kasus Fraud yang dilakukan oleh pihak internal bank untuk menggasak rekening nasabah. Mirisnya, jumlah yang digasak pelaku juga tak sedikit sehingga bank pada akhirnya harus mengganti kerugian tersebut.

Phising

Phising adalah sebuah kejahatan digital yang bertujuan untuk mencuri informasi dan data pribadi melalui email, DM media sosial, pesan teks berisi tautan yang mengaku sebagai instansi perbankan.

Phising bisa terjadi pada siapa saja, pada ayahmu, ibumu, teman-temanmu bahkan kita sendiri. Penipuan bermodus Phising seringkali terjadi, herannya, masih banyak yang terjebak. 

Kala mendapatkan SMS, Chat WA, maupun email yang memaksa pengguna untuk mengklik sebuah tautan, maka jangan pernah melakukannya. Ditakutkan, kita diarahkan untuk mengisi form palsu atau link tersebut langsung mengarahkan pada rekening.

Vhising (Voice Phising)

Vishing atau Voice Phising merupakan teknik penipuan dengan cara meyakinkan seseorang melalui sambungan telepon agar mau membagikan data pribadi, data rekening hingga OTP. Biasanya, penelpon akan mengaku dari lembaga tertentu seperti bank, kemudian mengarahkan nasabah untuk membagikan data secara tak sadar.

Vhising sama seperti Phising, hanya saja ia menggunakan pesan suara. Biasanya penipu mengaku sebagai pihak lembaga tertentu dan mngarahkan nasabah agar mau memberikan data pribadi, rekening maupun OTP.

Penipu meminta OTP

Penipuan yang dilakukan dengan cara meminta kode OTP kepada para korbannya. Biasanya, korban dijanjikan mendapat hadiah dari undian tertentu kemudian, si penipu akan meminta kode OTP yang dikirim via SMS. 

Modus meminta OTP dengan embel-embel mendapat hadiah sering terjadi di sekitar kita, bahkan ibu pernah mengalaminya. 

OTP merupakan kode yang bersifat sementara. Biasanya dikirimkan melalui SMS, WhatsApp, maupun email. Kode OTP bisa terpakai biasanya dalam waktu singkat yakni antara 30 detik hingga 5 menit.

SIM Swap

SIM swap adalah mengambil alih nomor ponsel untuk dijadikan sarana bagi pelaku kejahatan untuk mengakses akun perbankan korban. Beberapa waktu ini, kita digemparkan dengan informasi bahwa 1,3 miliar data SIM bocor dan dijual oleh hacker ke pihak tertentu. 

Tentu, adanya informasi kebocoran data SIM ini mengendapkan rasa khawatir masyarakat akan keamanan data-data perbankan. Terlebih, banyak orang telah menggunakan e-banking untuk bertransaksi. 

Social Engineering

Social engineering merupakan kejahatan siber dengan cara memanipulasi korban agar bisa mendapatkan informasi data-data pribadi atau akses yang diinginkan dengan cara memanipulasi si korban dengan cara yang halus. Ulasan lebih lanjut mengenai modus penipuan ini sudah saya jelaskan di awal.

*** 

Tujuh jenis kejahatan siber yang saya urai di atas hanya mewakili dari puluhan jenis kejahatan siber yang riskan terjadi di era digital. Saya yakin, hampir setiap orang memiliki pengalaman menghadapi SMS maupun chat WA yang mengatasnamakan pihak tertentu untuk dimintai data.

Pengalaman ini dialami oleh Ibu saya. Tepat perayaan 17 Agustus 2022 lalu, ibu dihubungi oleh nomor tak dikenal yang mengatakan bahwa ibu berhak mendapatkan hadiah uang tunai senilai Rp 2000.000 dari undian di marketplace dalam rangka HUT Indonesia. 

Tentu mendapat berita tersebut ibu begitu bahagia minta ampun karena beliau memang sering berbelanja di marketplace yang dimaksud. Saya bahkan masih bisa membayangkan wajah sumringah ibu kala itu, hiks

Waktu itu si penelepon mengatakan akan mengirimkan hadiah sebesar Rp 2.000.000 ke rekening BRI, karena sebelumnya ibu mengatakan cuma punya rekening tersebut ke penelepon.

Setelah panjang lebar berbicara, si penelepon kemudian meminta ibu mengirimkan nomor OTP yang masuk melalui SMS. Anehnya, SMS yang masuk bukan dari marketplace atau BRI, melainkan nama sebuah aplikasi pinjol.  

Melihat nama SMS OTP berkaitan dengan pinjol, ibu mulai curiga, akhirnya beliau datang ke kamar saya dan menanyakan perihal undian tersebut kepada saya. 

Sebagai orang yang sudah katam dengan berbagai modus penipuan (karena sering membaca dan nonton video pengalaman netizen) tentu saja saya mengatakan ke ibu bahwa itu penipuan berkedok menang undian.

Saya menyimpulkan, si penipu hanya ingin meminta OTP agar bisa bertransaksi di suatu pinjaman online dengan nomor ibu saya. Informasi menang undian hanya pemanis agar ibu dengan senang hati menyerahkan OTP yang masuk ke ponselnya. 

Karena mulai kesal, saya berinisiatif bicara dengan si penelepon dan mengatakan bahwa ini praktik penipuan karena tidak mungkin marketplace meminta OTP dengan nama pinjaman online. Tiba-tiba, sambungan telepon terputus dengan sendirinya. 

Andai waktu itu ibu tidak datang ke kamar saya, mungkin beliau sudah terkena bujuk rayu si penelepon untuk memberi OTP atau bahkan data-data pribadi beliau. Sungguh, hari itu saya berterima kasih pada Tuhan karena bisa mencegah ibu bertindak lebih jauh. 

Sejak hari itu, saya selalu memberitahu Bapak, Ibu dan adik-adik saya untuk selalu berhati-hati bila mendapat chat, SMS atau telepon dari orang tak dikenal. Bisa jadi, itu penjahat siber yang sedang mencari mangsa. 

Bagi masyarakat yang sudah katam dengan aksi-aksi penipuan semacam ini mungkin terdengar biasa saja. Bahkan, di beberapa media sosial, modus penipuan tersebut dijadikan bahan konten “Prank balik penipu”. Namun, bagaimana jika yang ditelepon adalah orang awam? 

Alih-alih mendapatkan hadiah maupun tawaran yang bagus, justru uang di rekening lenyap karena dicuri oleh pelaku kejahatan siber ini. Oh No! Jangan sampai itu terjadi pada kita semua Kawan! Berat, dijamin gak bakalan sanggup menanggung rasa sesalnya.

Memangnya perilaku-perilaku seperti apa sih yang rentan disalahgunakan oknum penjahat siber?

Terkadang kita tidak menyadari bahwa perilaku-perilaku sepele yang kita lakukan dapat melancarkan aksi kejahatan siber. 

1. Memberitahu data pribadi secara iseng di media sosial

Masih ingatkah kamu dengan permainan Add yours di story instagram yang beberapa waktu lalu sempat booming, misalnya seperti pertanyaan,

“Siapa nama panggilan masa kecil kamu?”

“Siapa nama ibumu?”

"Berapa usiamu saat ini?"

"Siapa nama pasanganmu?"

"Dimana kamu dilahirkan?"

"Bagaimana keunikan tanda tanganmu?"

Menjawab pertanyaan dari Add Yours di atas terkesan sepele memang, namun bila diperhatikan, semua jawaban mengarah pada data pribadi seseorang. 

Ingat, kejahatan siber bukan hanya bicara soceng. Penipuan yang berpura-pura sebagai keluarga dekat juga bisa terjadi karena si oknum telah mengetahui seluk-beluk si korban. seperti mengetahui panggilan saat masih kecil atau mengetahui nama suami, istri, bapak hingga ibu kandung. 

Salah satu contoh kasusnya seperti tweet netizen twitter di bawah ini, akun atas nama @ditamoechtar_ membagikan penipuan yang dialami sahabatnya karena mengetahui nama panggilan si sahabat saat masih kecil.

Terlihat sepele bukan? Namun ternyata aktivitas tersebut riskan dimanfaatkan oknum penipu untuk meminta atau meminjam uang kemudian menghilang. 

2. Memosting dokumen atau kartu yang berisi Nomor Penting

Beberapa waktu lalu ketika sedang ramai-ramainya vaksin Covid-19, beberapa kawan memosting sertifikat vaksin ke story Whatsapp, Instagram maupun Facebook tanpa di-blur bagian NIK maupun bagian penting lainnya. 

Tak hanya soal sertifikat vaksin saja, sering saya menyaksikan teman-teman membagikan tiket perjalanan Kereta Api maupun Pesawat ke media sosial, padahal ada data pribadi seperti NIK dan rute perjalanan yang menurut saya riskan dimanfaatkan untuk praktik kejahatan siber.

3. Mudah percaya dan panik

Dosenku pernah panik setelah ditelepon oleh orang yang mengaku dari kepolisian yang mengabarkan bahwa putranya mengalami kecelakaan.  Si oknum mengaku mendapat nomor dari ponsel si anak dan membutuhkan persetujuan operasi dengan membayar biaya Rp 3 juta.

Mungkin karena modus seperti itu pada tahun 2017 masih terbilang baru jadi dosenku mudah percaya saja dengan oknum tersebut, hingga akhirnya beliau dibantu oleh dosen lain untuk memastikan bahwa putranya baik-baik saja di Jakarta. Alhamdulillah, beliau tidak jadi terkena penipuan tersebut.

Sikap mudah panik dan percaya sangat rentan dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan siber karena si korban tak bisa berpikir jernih dan logis. Dengan nada intimidasi dan meyakinkan, si oknum penipu akan membuat korban termanipulasi.

4. Minimnya literasi keuangan dan Digital

Benarkah tingkat literasi masyarakat Indonesia rendah? Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2019, tingkat literasi masyarakat Indonesia beradadi urutan nomor 62 dari 70 negara.

Literasi sendiri berarti kedalaman pengetahuan seseorang terhadap suatu subjek ilmu pengetahuan. Dengan kondisi literasi yang rendah, membuat daya serap terhadap pengetahuan tidak sebanyak negara lain yang suka membaca.

Tak heran, kondisi ini membuat masyarakat Indonesia masih mudah dikendalikan oleh informasi-informasi bernuansa hoaks. Termasuk beragam bentuk penipuan yang mengatasnamakan lembaga tertentu.

Semakin kedepan, literasi keuangan dan digital sangat penting dikuasai oleh tiap orang. Dengan menguasai keduanya, masyarakat bukan hanya mendapat insight baru mengenai produk-produk keuangan yang semakin terdigitalisasi, tetapi juga terhindar dari modus-modus pelaku soceng.

5. Mudah tergiur dengan informasi semu

Mendapat kabar menang undian via telepon atau SMS memang menyenangkan. Permasalahannya, itu asli atau salah satu bentuk penipuan? Pelaku Soceng sering kali memanfaatkan SMS untuk menginformasikan kemenangan-kemenangan semu. Misalnya SMS seperti ini,

Gambar di atas merupakan 3 dari 15 SMS penipuan yang masuk ke ponsel dan tak pernah saya gubris. Saya yakin, tiap orang pernah mendapatkan pesan-pesan kemenangan semacam ini. Kalau tidak percaya, coba cek bagian kotak masuk hehe

Mudah tergiur dengan informasi menang undian, diskon besar hingga cashback yang belum jelas kebenarannya merupakan perilaku yang disukai pelaku kejahatan siber. Bila terjebak, mereka akan menggiring korban untuk melakukan aktivitas yang merugikan.

Dengan demikian, bila mendapat SMS atau telepon dari orang tak dikenal mengenai informasi semu, kita perlu segera melakukan cek dan ricek. Bila perlu, hapus atau blokir nomor tersebut.

Dear Nasabah, menjadi bijak dan cerdas itu gampang kok. Kita hanya harus lebih jeli, tak mudah panik, tak mudah tergiur, punya sikap skeptis dan tenang. Selain itu, perbanyak membaca serta update informasi melalui berbagai kanal media. Sebab, segala bentuk pengalaman penipuan biasanya dishare melalui internet.

Saya mengenal modus-modus penipuan baru justru dari sharing netizen di facebook atau twitter. Netizen biasanya suka bercerita dalam bentuk thread atau postingan singkat. 

Semakin sering membaca dan update info, maka kita bisa semakin paham modus-modus yang tengah marak. Melalui pengalaman-pengalaman yang dibagikan, nilai-nilai kewaspadaan kita kian bertambah. 

Nah, agar kita menjadi lebih membuka awareness, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di bawah ini, 

1. Perdalam segala literasi, termasuk literasi keuangan dan digital

Nah, bagaimana caranya supaya literasi keuangan dan digital bisa semakin kuat? Caranya adalah dengan banyak membaca, observasi dan juga mendengarkan pengetahuan mengenai keduanya melalui berbagai platform.

Seiring dengan berkembangnya teknologi, memperdalam literasi keuangan dan digital bisa melalui berbagai cara, semisal melalui ulasan di blog pribadi, webinar keuangan, postingan pada media sosial, video youtube dan tiktok, hingga podcast. Berikut beberapa manfaat literasi keuangan untuk nasabah,
  1. Mengetahui berbagai macam produk keuangan
  2. Mengetahui cara memanfaatkan produk keuangan untuk meingkatkan kesejahteraan
  3. Terhindar dari berbagai modus penipuan
  4. Mampu mendistribusikan aset yang dimiliki secara merata

2. Jangan mudah panik saat menerima informasi

Salah satu perilaku yang rentan dimanfaatkan penjahat siber adalah mereka yang mudah panik dan percaya pada informasi instan. 

Dengan demikian, saat mendapat informasi yang mencurigakan, kita harus tetap tenang dan menggunakan logika. Cek dan ricek kebenaran informasi melalui orang-orang terdekat.

3. Jangan mudah posting data Pribadi

Sebagai manusia, keinginan untuk eksis di media sosial memang bukanlah hal yang salah. Hanya saja, kita perlu bijak memilih mana hal yang bisa dipamerkan dan mana yang tidak.

Demi keamanan, hindari posting data berupa Kartu Keluarga, KTP, Sertifikat Vaksin, Tiket Perjalanan, Passport, hingga NPWP agar tidak disalahgunakan oleh orang lain. 

4. Jangan mudah klik atau tergiur link mencurigakan

Seringkali kita mendapat chat atau SMS mendapat hadiah maupun diskon tertentu yang berupa link hidup. Sebagai nasabah bijak, jangan pernah tergiur dengan sebaran link semacam itu apalagi sampai membagikannya ke orang lain. 

Ketika mendapat sebaran link tertentu, sebaiknya segera hapus atau jangan pernah klik sama sekali.  Ditakutkan, itu metode untuk mengambil alih rekening maupun akun media sosial yang kamu gunakan. 

5. Pastikan bertransaksi di ATM yang aman

Meskipun sudah banyak nasabah BRI yang mengaktivasi mobile banking, namun masih ada yang menggunakan ATM untuk bertransaksi. Demi menghindari kejahatan skimming, pastikan bertransaksi di ATM yang berlokasi ramai.

Bila perlu, dekat dengan bank maupun kantor polisi supaya terhindari dari kondisi yang tak diinginkan. Jujur, selama bertransaksi di ATM, saya selalu memilih lokasi yang dekat fasilitas publik seperti kantor polisi atau ke kantor cabang BRI terdekat agar lebih aman. 

6. Jangan mudah membagikan OTP, PIN dan NIK ke Orang lain

Melalui penjelasan sebelumnya, kita sudah mengenal Skimming, Fraud hingga Voice Phising. Nah, berkenaan dengan tips bijak bertransaksi, jangan pernah bagikan informasi seperti PIN hingga OTP meskipun kartu ATM sedang trouble. Biarkan hanya kamu dan Tuhan yang tahu mengenai OTP maupun PIN rekening bank kamu. 

7. Pastikan selalu kontak layanan-layanan resmi

Cermat dan berpikir panjang adalah sikap wajib yang harus dipunya nasabah bijak. Ketika mengalami masalah dan mengontak layanan BRI, pastikan dulu itu berasal dari akun yang asli dan bercentang biru. 

Sebab, di beberapa akun media sosial, sering kali akun bodong menyamar menjadi akun bank akan mengarahkan nasabah menuju link tertentu. Bagi nasabah yang paham, jelas tak akan tertipu, namun bagi yang awam, akun palsu bisa membahayakan. 

Saat membutuhkan bantuan, jangan ragu untuk menghubungi langsung layanan BRI yang tervalidasi. Untuk media sosial BRI, pastikan yang memiliki centang biru ya Kawan!

8. Gunakan antivirus dan fitur pengaman aplikasi

Gunakan juga fitur-fitur pengaman pada aplikasi atau perangkat yang sebenarnya sudah disediakan, seperti Autentifikasi dua faktor (2FA), One Time Password (OTP), End-to-end encryption, setelan privasi, peringatan masuk akun, dan lainnya. Kenali dan aktifkan fitur-fitur tersebut untuk menambah keamanan saat berinternet.

Autentifikasi dua faktor merupakan merupakan salah satu contoh pengaman ganda untuk melindungi akun kita supaya tidak mudah diretas oleh orang lain. Saya menggunakan autentifikasi 2 faktor ini untuk semua akun yang saya miliki termasuk media sosial.

9. Tidak install sembarang aplikasi

Sebagai pengguna smartphone, ternyata kita juga harus berhati-hati soal install aplikasi di play store maupun download data via internet. Dikutip dari Detik.com, ada sekitar 17 aplikasi berbahaya di Google Play Store yang menyebarkan malware banking untuk membobol rekening pengguna. 

Malware tersebut menggunakan virtual network computing (VNC) untuk merekam layar perangkat korban dan mengambil informasi sensitif seperti kredensial online banking, alamat email dan password, serta PIN yang kemudian digunakan untuk membobol rekening korban.

10. Mengaktifkan sms dan email notifikasi dari BRI

Dengan mengaktifkan fitur SMS dan Email notifikasi, kita akan otomatis diberitahu ketika terjadi transaksi. Jadi, kita bisa segera cek apabila ada transaksi yang mencurigakan sehingga segera ditindaklanjuti. Apakah kamu sudah mengaktifkannya juga?

11. Sering-seringlah cek histori transaksi (cetak rekening koran)

Rekening koran merupakan rincian transaksi keuangan secara menyeluruh dari suatu rekening, dapat berupa rekening milik individu maupun rekening milik badan usaha. Cetak rekening koran sangat penting untuk mengetahui histori transaksi yang nasabah lakukan selama kurun waktu tertentu, biasanya minimal 3 bulan.

Momen ketika saya hendak cetak rekening koran ke cabang BRI terdekat
beberapa waktu lalu (Dok.Pri)

Dengan mencetak rekening koran tiap periode, maka kita bisa tahu transaksi yang kita lakukan. Tak heran, bila ada transaksi mencurigakan, kita akan segera mengetahuinya. Saya pribadi biasanya melakukan cetak rekening koran tiap 6 bulan sekali untuk mengetahui data transaksi di tabungan saya.

Nah, bagi kamu yang sudah menggunakan BRIMO, kamu juga bisa kok cek Rekening Koran melalui aplikasi tersebut, begini caranya,

  • Buka aplikasi BRIMO.
  • Masukkan user ID dan password.
  • Klik login. Kamu akan langsung masuk ke menu Home.
  • Silakan klik opsi Rekening.
  • Klik Mutasi pada nomor rekening yang ingin dicek.
  • Kamu akan langsung melihat 5 transaksi terakhir. Untuk melihat rekening koran secara menyeluruh maka ubah periodenya.
  • Ubah tanggal awal dan akhirnya sesuai dengan kebutuhan.
  • Jika sudah, klik Simpan Dalam PDF.

***

Yap, demikianlah 11 hal yang perlu kita lakukan agar terhindar dari kejahatan siber yang mengancam. Sudah saatnya masyarakat sadar pentingnya menjaga data dan privasi sehingga tak ada lagi yang menjadi korban. Sedih bercampur kesal rasanya tiap kali membaca berita mengenai soceng yang merugikan nasabah.

"Siapapun bisa jadi korban dari kejahatan siber, terutama orang tua dan individu yang tidak update informasi"

Tak menafikkan bahwa kejahatan siber mengintai orang-orang yang minim literasi dan gagap teknologi. Beberapa diantaranya orang tua dan anak-anak remaja. Dengan demikian, setiap orang memiliki peran sebagai Penyuluh digital agar kejahatan siber bisa dilawan.

Nah, siapakah sebenarnya para Penyuluh Digital ini? Pada dasarnya Penyuluh Digital adalah gerakan bagi seluruh pekerja (Insan Brilian) BRI agar dapat menjadi garda terdepan dari digitalisasi BRI mulai dari sosialisasi produk digital, sosialisasi risiko dan keamanan produk digital sampai dengan menjual produk digital yang dilakukan baik secara online maupun offline.

Dengan demikian, para Penyuluh Digital memiliki peranan cukup penting dalam membagikan informasi kepada nasabah BRI yang meliputi,

  1. Ajakan kepada masyarakat agar memanfaatkan layanan perbankan digital BRI seperti BRImo, aplikasi pengajuan fasilitas dan layanan kredit BRISPOT, laku pandai Agen BRILink, hingga aplikasi BRIAPI sehingga lebih aman, cepat dan nyaman.
  2. Memberikan edukasi secara mendalam, terutama kepada ibu rumah tangga dan orang tua supaya melakukan transaksi secara digital dengan aman dan nyaman.
  3. Melakukan sosialisasi berkenaan keamanan data nasabah sehingga masyarakat sadar akan perlindungan data pribadi, data rekening, untuk menghindari segala jenis kejahatan siber yang sedang marak mencari korban.

Yang perlu dipahami, kita semua bisa lho menjadi bagian dari Penyuluh Digital untuk membantu masyarakat yang belum teredukasi.

Kita bisa memanfaatkan platform apa saja, entah blog, instagram, youtube, tiktok sehingga berkontribusi memberi awareness pada masyarakat agar selalu waspada pada kejahatan siber.

Bila perlu, saat menemukan secara langsung orang yang sedang terkena soceng maupun kejahatan siber lainnya, kita bisa langsung memberikan arahan untuk tidak membagikan OTP, PIN dan data lainnya.

Sudah banyak kok orang-orang baik yang menggagalkan penipuan online dengan memberikan informasi yang benar pada calon korban. Kita bisa mencarinya dengan mudah melalui video tiktok, youtube hingga ulasan-ulasan di mesin pencari. 

Berikut ini merupakan salah satu video edukasi dari youtube BRI yang berjudul "Anti Tipu-Tipu Club". 

 

Dear semua, jadi nasabah bijak dan cerdas itu mudah kok! Merdeka dari kejahatan siber, kitalah yang punya andil di dalamnya. Termasuk dengan menjadi Penyuluh Digital yang mau membagikan pengalaman hingga literasi keuangan yang menggugah kesadaran pembaca untuk selalu berhati-hati.

For all, saya siap menjadi Penyuluh Digital, menjadi nasabah bijak dan cerdas agar mampu melawan kejahatan social engineering (soceng) melalui tulisan blog maupun platform lainnya. Kamu juga harus!

Referensi : 

  • Instagram Nasabah Bijak
  • Instagram BRI
  • Website BRI
  • https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/05/09/kerugian-akibat-kejahatan-siber-capai-us69-miliar-pada-2021
  • https://lokadata.beritagar.id/chart/preview/jenis-kejahatan-siber-di-indonesia-2019-2020-1590136655
  • https://hariansinggalang.co.id/penyuluh-digital-transformasi-kekinian-bri-di-usia-126-tahun/
  • https://economy.okezone.com/read/2022/06/22/320/2616233/kejahatan-soceng-semakin-marak-ratusan-nasabah-lapor-ke-ojk
  • https://economy.okezone.com/read/2022/06/22/320/2616220/kejahatan-soceng-bikin-perbankan-rugi-rp246-5-miliar
  • https://katadata.co.id/redaksi/ekonopedia/62c302e9912b6/mengenal-laku-pandai-dan-peluang-bisnis-jadi-agen-bank

44 komentar:

  1. Kajahatan Siber terus marak terjadi ya, Mbak. Makanya kita harus terus waspada. Nah, yang kasihan, kalau orang yang tidak mengerti. Alih-alih mau dapat ahdiah, malah tabungan yang terkuras.
    Makanya perlu sekali jadi Nasabah Bijak. Karena kejahatan siber ini bisa dihindari, dari diri kita sendiri. Misalnya, jangan langsung percaya saat ada iming-iming hadiah, termasuk tidak memberikan data pribadi pada siapa pun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget Pak. Soalnya incaran mereka ya data pribadi tersebut. Kalau engga, minta dikirimin pulsa dan sebagainya

      Hapus
  2. Kejahatan siber perbankan yang mulai merajalela akhir-akhir ini, memang harus dilawan dengan meningkatkan literasi keuangan dan digital, ya Mbak. Jadi, keberadaan penyuluh digital ini dibutuhkan banget untuk mengedukasi masyarakat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget Bund. Literasi keuangan dan digital prnting banget sih. Kalau engga diperbanyak, prngetahuan jadi terbatas

      Hapus
  3. memag saat ini kejahatan siber bahaya banget yaa... sering banget baca artikel kalau orang-orang ketipu dengan imingan hadiah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Koh. Ntar ujung-ujungnya kalau engga ke mengarahkan website, minta uang untuk pulsa dan sebagainya

      Hapus
  4. Wah iya, jangan sampai jadi korban kejahatan cyber
    Kita harus jadi nasabah bijak untuk melindungi data data pribadi kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyappp, betul banget mbak Dee. Biar dana kita aman kan jadi tenang hehe

      Hapus
  5. Semoga terhidar deh saya dari kejahatan siber ini. Sekarang orang nipu makin kreatif dan canggih. Banyak yang dibekali kecerdasan tapi tidak diiringi hati yang baik. Hmm

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa mbak. Terutama yg sering kena tuh biasanya orang tua yang gak paham sih.

      Hapus
    2. Kadang aku heran sama yang suka nipu kayak gitu, kok pinter banget yah tpi sayang salah menggunakan kepintarannya

      Hapus
  6. Pernah dapat juga tuh WA yang tentang perubahan administrasi dari 6500 jadi 150.000. Asli siwer dengan surat yang dilampirkan,seakan-akan asli lho.
    Untungnya pikiran logisnya ga ilang, masa iya bank akan membebankan administrasi semahal itu perbulannya, so imposibble

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa. Rata-rata modusnya sih itu Bang. Soal kenaikan biaya administrasi yang mencapai 150 rb. Mahal beut dah. Kan gak mungkin bisa semahal itu

      Hapus
  7. Saya buka nasabah BRI tp kmarin saya jg sempat dapat kiriman seperti itu.. Langsung deh saya balas, anda penipu ya? Saya laporin polisi yaa.. Wkwkk
    Tp kalau ada warga yg kurang mengerti literasi digital bisa jadi korban jg yaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwwk ya makanya itu mbak. Lucu kali penipu yang ngirim chat tuh. Kudu waspada pokoknya mah

      Hapus
  8. Sebagai nasabah bijak harusnya kita tetap waspada dengan maraknya kejahatan siber yang tengah beredar ya. Apalagi seperti kode OTP yang sering disalahgunakan. Pastikan situs resmi yang kita akses dan memberi info agar tidak terjebak penipuan online.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap, betul banget mbak. Sudah banyak kejadian orang2 kena tipu kaum soceng ini sih

      Hapus
  9. nah bener nih, kita juga harus jadi nasabah yang bijak ya.. kejahatan siber ini ternyata sama ngerinya nih sama di dunia nyata huhu :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak. Sama2 bikin ludes uang yang kita punya di tabungan huhu

      Hapus
  10. Cyber crime memang cukup susah dikendalikan ya mbak kalau dilihat. Memang sebagai nasabah tugas kita selalu waspada, karena kalau tidak teliti gampang kena sms atau chat bodong

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang bisa mengendalikan ya kita2 ini sih kak. Utamanya bisa banget ngasih edukasi ke mereka yg blm paham literasi keuangan

      Hapus
  11. Kejahatan siber makin merajalela ya. Jadi ingat suami saya juga pernah kena tipu yang mengatasnamakan BRI untungnya nggak sampai tabungan ludes tapi ya tetap saja rugi jadi pelajaran juga sih biar lebiu berhati2 lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Marak banget sih soceng yang mengatasnamakan BRI. Kudu waspada pokoknya mah

      Hapus
  12. Harus hati hati ya, biasanya korbannya ibu ibu atau orang tua yg gak tahu tentang informasi ini, jadi tugas kita harus lebih sering sharing ke orang orang yg belum tahu nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu mbak. Biasanya kaum soceng ini emang memgarah ke orang2 yang kurang apdet informasi dan gaptek sih. Nyasarnya orang tua sama perempuan

      Hapus
  13. makin maju teknologi makin banyak yaa penipun online atau pun soceng, harus rajin-rajin update info nih dan tingkatkan literasi perbankan, jangan sampai dana hilang melayang karena penipuan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak wulan. Sebenarnya kalau diperhatikan, banyak kok pengalaman yg udah disharing via medsos. Utamanya kayak di tiktok atau youtube

      Hapus
  14. iya, mba, buanyak banget yang mencatut nama BRI. mungkin karena saking luas nasabahnya yaa.. jadi mereka kira peluang menipunya juga besar. kudu makin pinter nih kita sebagai nasabah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak Nabila. Kmrn aja aku dapat SMS yg sama dan ada link2 gitu. Tapi aku memang gak pernah gubris sih. Cuma ibuku itu hampir kena gegara iming2 menang undian

      Hapus
  15. wah banyak sekali ya jenis kejahatan siber ini, yang mungkin istilahnya baru saya ketahui setelah membaca artikel mba, sungguh bermanfaat mba artikelnya. saya pernah mengalami beberapa kali telepon tak dikenal mengaku atas nama bank, saya sudah langsung ngeh dan tidak saya ladenin. seringnya tidak saya angkat, karena memang jarang sekali mengangkat telepon yang tidak dikenal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah mbak Mei. Iya, ada beberapa istilah dalam kejahatan siber mbak.
      Nah, emang kudu gitu mbak. Kalau dirasa gak jelas yg nelpon, gak usah digubris

      Hapus
  16. wah banyak sekali ya jenis kejahatan siber ini, yang mungkin istilahnya baru saya ketahui setelah membaca artikel mba, sungguh bermanfaat mba artikelnya. saya pernah mengalami beberapa kali telepon tak dikenal mengaku atas nama bank, saya sudah langsung ngeh dan tidak saya ladenin. seringnya tidak saya angkat, karena memang jarang sekali mengangkat telepon yang tidak dikenal.

    BalasHapus
  17. penipuan perbangkan ini lagi marak ya, banyak cara kejahatan dunia cyber ini, harus tetap waspada kadang kita suka ada lengahnya apalagi misal kalau lagi panik ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya mbak. Panik jadi perilaku yg diharapkan kaum soceng ini sih.

      Hapus
  18. Ceritanya aku baru aja jadi nasabah BRI jadi aware setelah baca postingan ini, semoga kejahatan siber bisa dibasmi sampai ke akarnya transaksi Perbankan lebih aman dan nyaman

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa mbak Indri. Semoga saja sih biar para nasabah juga bisa tenang dan merasa nyaman nyimpen uangnya di bank

      Hapus
  19. Penipuan siber yang mengatasnamakan bank ini membuat semua resah. Karena kebanyakan nasabah BRI ini terletak di pedesaan dan banyak juga yang merupakan tabungan dana pensiun.

    Semoga dengan membaca artikel mengenai menjadi nasabah bijak, kita semua bisa lebih waspada akan fenomena ini dan tidak reaktif terhadap sebuah berita yang belum jelas, sperti share via wag.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget Mbak Lendy. Minimal ngasih edukasi ke keluarga yang belum paham mengenai kejahatan siber biar mereka lebih aware sih dan perlu waspada hehe

      Hapus
  20. Kalau dipikirkan iya juga kak, banyak yang mengatasnamakan lembaga keuangan. Semoga banyak yang lebih waspada dan hati-hati lagi dalam menerima setiap informasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Banyak banget dan masih ada aja yg terjebak sama modus soceng mbak

      Hapus
  21. Makin canggih teknologi, makin beragam pula jenis kejahatan ya kak. Apalagi di duni perbankan. Ada saja modusnya. Setahuku sih paling sering ya skimming dan otp itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Soceng, skimming dan OTP sering banget jadi kejahatan siber yang ngancam nasabah

      Hapus
  22. Saya dapat wapri ini juga. Saat itu agak jengkel dan bayangin kalau ada orangnya di depan pengen saya tampar aja sambil mengatainya bodoh. Wkwkwkwk.
    Jangankan naik jadi 150 ribu, naik lima ribu saja jagat twitter dan medsos lainnya akan rame.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Rp 150 ribu termasuk gede bangetlah. Makanya pas ada berita BRI mau naikkan biaya administrasi segitu besar ya bikin orang was-was. Taunya soceng

      Hapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam