Sabtu, 10 Oktober 2020

Memilih Homestay sebagai Akomodasi Berwisata Pilihan Keluarga

Ketika seorang wisatawan memutuskan untuk bertualang ke sebuah tempat, tak dipungkiri berbagai persiapan selalu diutamakan, entah dari segi barang bawaan, tujuan, jumlah orang hingga budget. Tiap orang bisa memilih wisata dengan budget tinggi, sedang ataupun minimalis.

Berbicara mengenai wisata minimalis, saat ini juga banyak wisatawan melakukannya. Apalagi jika membawa anggota keluarga yang cukup banyak. Pilihan wisata dengan harga murah meriah bisa menjadi pilihan yang paling logis.

Nah, apabila memilih wisata minimalis, tak ada salahnya lho kalau homestay menjadi pilihan paling utama sebagai tempat menginap. By the way nih kawan, udah pernah denger belum sih mengenai Homestay? Jika pernah, apa yang kamu bayangkan mengenainya?

"Aku mbayanginnya rumah-rumah berjejer kayak Vila gitu Kak, terus kita tinggal nyewa deh untuk beberapa malam"

Wokay! Awalnya aku juga berpikir demikian. Dan mungkin sebagian besar orang belum pada bisa membedakan apa itu homestay, vila, hotel, motel atau guest house? Its okay. Makanya nih dari sekarang kita belajar membedakan satu sama lain. Soalnya nih, bagi kita yang pengen punya usaha jasa akomodasi penginapan, kita kudu paham perbedaannya.

Beberapa waktu lalu, saya dan blogger Pekalongan diajak oleh Pemerintah Kota Pekalongan (Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga) untuk belajar lebih dalam mengenai Manajemen Homestay. Peserta yang diundang sebagian besar merupakan pemilik tempat inap di Kota Pekalongan.

Usut punya usut, dari sekian banyak peserta ternyata belum ada yang termasuk pemilik Homestay lho. Sesuai dengan apa yang disampaikan pemateri, tempat inap yang disediakan para peserta lebih pantas disebut sebagai Rumah singgah atau Guest House. Lho lantas apa bedanya nih?

Homestay atau Pondok Wisata merupakan usaha penyediaan akomodasi berupa bangunan tempat tinggal yang dihuni oleh pemiliknya dan dimanfaatkan sebagian kamarnya untuk disewakan kepada wisatawan dengan memeberikan kesempatan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari pemiliknya.

Homestay biasanya dimiliki oleh masyarakat di daerah wisata yang bisa dikelola secara pribadi atau kelompok dalam rangka memberdayakan masyarakat lokal. Nah, kalau masih bingung, gampangnya gini deh. Kamu udah pernah ikut KKN atau tahu anak KKN di desamu? Mereka biasanya akan tinggal di salah satu rumah milik warga (Posko KKN). Apabila pemilik rumah turut berada di posko tersebut, maka anak KKN itu sebenarnya tinggal di Homestay.

Sebagai seorang wisatawan, berkeinginan memilih Homestay, Guest House atau hotel sebenarnya merupakan hak dan setiap tempat memiliki kelebihan masing-masing. Meski demikian, apabila kita hendak mengenal budaya suatu daerah atau ingin mengenal lebih jauh masyarakat di suatu wilayah, kita bisa menggunakan Homestay. Why? Berikut merupakan alasan Homestay layak dipilih kita sebagai wisatawan.

  • Alternatif akomodasi selain hotel.
  • Bisa dipakai untuk wisata keluarga
  • Lebih dekat dengan daya tarik wisata
  • Sebagai saran pembelajaran berinteraksi dan berkomunikasi
  • Harga lebih terjangkau
  • Dekat dengan pemilik sehingga bisa menjalin silaturahmi
  • Memberdayakan masyarakat lokal.
Demikianlah alasan kita layak memilih Homestay sebagai tempat menginap tatkala melakukan wisata bersama keluarga maupun secara individu. Dari alasan tersebut, sekilas kita mungkin paham bahwa apa yang ditawarkan masyarakat dalam hotel atau guest house tak akan sama.

Pada kedua jenis akomodasi (hotel dan guest house), wisatawan tak bisa merasakan kedekatan antara pemilik rumah melalui komunikasi, karena jelas, hotel dan guest house hanya menawarkan tempat untuk tidur, makan, mandi tanpa ada si pemilik di lokasi. Apabila wisatawan selesai menginap di hotel, mereka akan langsung pergi tanpa mendapatkan kehangatan berkomunikasi dengan masyarakat di lokasi wisata.
Pada pelatihan Manajemen Homestay, aku belajar berbagai ilmu baru terkait dunia wisata. Apalagi, Kota Pekalongan direncanakan bakal dibangun tempat wisata air terbesar. Tentu, ini bisa jadi peluang bisnis bagi pemilik rumah yang berencana menyewakan rumahnya untuk tempat tinggal wisatawan.

Well, terkait dengan pengembang homestay bagi masyarakat, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan masak-masak. Sebab, homestay menjadi begitu menarik apabila memiliki berbagai fasilitas yang dibutuhkan wisatawan. Nah, apa saja pertimbangan tersebut,
  • Kualitas Sumber daya Manusia yang mengelola Homestay
  • Memiliki Produk, pengelolaan dan pelayanan yang baik.
  • Promosi dan penggunaan teknologi yang baik.
Selain ketiga pertimbangan di atas, homestay juga wajib memiliki aspek-aspek produk berupa fasilitas utama dan pendukung,
  • Memiliki Ruang tamu
  • Memiliki Ruang makan
  • Memiliki Ruang dapur
  • Memiliki Kamar tidur 
  • Memiliki toilet
Sedangkan untuk fasilitas pendukung, homestay harus memiliki,
  • Sarana administrasi dan buku tamu
  • Sarana Komunikasi
  • Sarana utilitas
  • Sarana Keselatan dan Keamanan
  • Pengelolaan Limbah
Selama 2 hari dalam pelatihan, para peserta diberikan berbagai teori hingga praktik mengatur tata letak ruangan, menata tempat tidur hingga pengaturan finansial melalui pembelajaran akuntansi oleh narasumber. Di hari kedua, kami juga diajak untuk  pergi ke Samiran, Boyolali untuk melihat langsung homestay yang pernah menjadi juara 3 even kemenparekraf. Seperti apa perjalanan ke Boyolali, simak terus ceritaku ya!
Pada hari ke 2 sekitar pukul 14.00 kami yang beranggotakan 51 orang berangkat ke Selo, Samiran, Kabupaten Boyolali untuk belajar mengenai homestay. Kebetulan, disana kami akan tinggal dengan pengelola bernama Bu Dayang. Yang aku dengar, Bu Dayang ini termasuk profesional dalam mengelola Homestay di Selo. Beliau merupakan inisiator yang mengembangkan wisata homestay di dusun Selo.

Perjalanan berliku menuju ke lokasi, benar-benar aku dan lainnya rasakan. Bagaimana tidak? Samiran merupakan desa wisata yang berada di kaki gunung Merapi. Tentu saja jalannya berkelok dan menanjak. Kami bahkan harus berganti bus yang lebih kecil demi menghindari kesulitan akses.

Setelah menghabiskan kurang lebih 6 jam perjalanan dari Pekalongan, akhirnya aku dan rombongan sampai juga ke lokasi. Suasananya begitu dingin dan tenang khas pegunungan. Disana, kami sudah disambut oleh para penari yang akan mementaskan Tarian Soreng.
Tarian Soreng yang menyambut kami ketika tiba di Samiran
Sayur Adas yang dimasak dengan pucuk daun labu
Boyolali dikenal sebagai daerah penghasil susu sapi. Tak heran, ketika rombonganku sampai disana, kami disuguhi dengan susu jahe hangat plus kuliner khas Selo, yakni sayur Bobor dengan isi pucuk daun labu siam serta daun Adas.

Di Samiran, aku nantinya akan menginap di salah satu homestay yang bernama Mawar. Homestay tersebut dikelola oleh seorang Ibu bernama Dayang. Beliau merupakan inisiator terbentuknya homestay di Desa Wisata Samiran. Berikut Homestay yang kami singgahi malam itu untuk menginap.
Apabila dilihat, homestay mawar ini sangat nyaman dengan selimut yang tebal (Cuaca dingin) dan gambar tembok yang memukau mata. Kekurangan di homestay ini, belum ada perlengkapan seperti cermin, stop kontak banyak untuk charging dan kapstok untuk menggantung baju. Idealnya, semua itu harus ada demi kenyamanan orang yang tinggal.

Tapi Its allright! Pengalaman hari itu cukup membuat kami bahagia, dan tentunya aku serta lainnya belajar banyak mengenai perbedaan homestay dengan penginapan yang lainnya. Well, kegiatan lainnya selama di Samiran akan aku bahas di artikel selanjutnya, tentu saja di lain kesempatan.

Untuk artikel kali ini aku hanya ingin berbagi pengetahuan mengenai homestay yang selama ini terjadi salah kaprah. Jadi, udah tahu kan bedanya Homestay, Hotel dengan Guest House?

6 komentar:

  1. Info yg menarik, tak tunggu2 postingan semacam ini dari hasil pelatihan. Punya jiwa hotelier krn dulu mmg kerja di hotel a.l, dari kecil orgtua sering terima tamu nginep di rumah/apartemen. Masih nyimpen cita2 punya homestay minimal, atau guesthouse malah kl bisa hotel haha kaya sultan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Mba Jacintaaaa...
      Iya, bagi calon pengelola emang kudu paham bener ama yg beginian, apalagi ntar menyoal syarat pajak penginapan, homestay bakal berbeda dengan penginapan lainnya mba.

      Hapus
  2. Naah...jadi poin penting pada homestay adalah keberadaan pemilik dalam satu bangunan itu ya.. Ok, jadi tahu nih bedanya. Aaah..jadi kangen Dewi Sambi alias Desa Wisata Samiran Boyolali niih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak betul, kayak kalau anak2 KKN itu hehe
      Kemaren pas ke Boyolali, aku ga kr Homestay Dewi Sambil e, bagus ya mba?

      Hapus
  3. Ya Allah, tanpa sadar aku pingin punya homestay ternyata.

    Ketahuilah. Sesungguhnya aku pingin banget punya rumah dan beberapa kanar kusewakan untuk wisatawan. Tapi aku gak paham klo itu ternyata homestay.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaaaaa really mbak? Mau rencana buat homestay? Siapa tahu kapan2 aku bisa menginap di homestaynya mba Agustina 😊

      Hapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam