Selasa, 31 Desember 2019

Dia yang Menebar Embun Di Bumi Kemuning

Bapak Suhardi, Salah satu penggerak aktif di KBA Kemuning (Dokumen Pribadi)
Membicarakan tentang Indonesia, memang tak pernah akan ada habisnya. Dari Sabang hingga Merauke, terhimpun beragam kisah yang mampu mewakili jati diri tiap kehidupan masyarakat. Tak terkecuali, salah satu cerita sederhana tentang bangkitnya sebuah dusun di Kabupaten Gunung Kidul bernama Kemuning.

Awalnya, dusun Kemuning tak banyak dibicarakan oleh banyak orang. Jangankan terdengar oleh masyarakat luar wilayah, bahkan ketika saya bertanya pada seorang kawan yang berasal dari kabupaten yang sama, kawan saya hanya menggeleng. Dia tak memiliki cukup informasi untuk dibagikan kepada saya. Alhasil, saya berusaha menelisik keberadaan Kemuning melalui mesin pencari di ponsel.

Lebih jauh mengenai Kemuning, ia merupakan sebuah dusun yang terletak di Desa Bunder, Kecamatan Pathuk, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Yogyakarta. Dusun ini terletak kurang lebih 35 Kilometer dari pusat Kota Yogyakarta yang berada di jalan Malioboro. 

Pada tanggal 13 Mei 2016, Kemuning secara resmi berhasil menjadi salah satu bagian dari 81 Kampung Berseri Astra (KBA) di seluruh Indonesia. Tentu, ini merupakan satu prestasi yang membanggakan. Sebab, untuk dipilih menjadi KBA, sebuah tempat harus memenuhi persyaratan tertentu, termasuk 4 pilar program CSR Astra. Pilar pendidikan, kesehatan, kewirausahaan dan lingkungan.
Program-program yang telah dijalankan KBA Kemuning sesuai 4 pilar kesejahteraan (Dok.Pri)
Masyarakat Kemuning bisa bernafas lega sekarang. Perjuangan mereka untuk bangkit dan dikenal secara luas akhirnya berhasil melalui berbagai promosi. Apalagi dengan hadirnya internet dan media sosial, menambah deret panjang kesempatan bagi dusun ini untuk terus bergerak maju, meninggalkan stereotip sebagai kampung tandus dan terpencil karena lokasinya yang berada di sepanjang pegunungan Sewu.

Kawan, apabila kamu penasaran dengan perkembangan dusun ini dan hendak berkunjung ke dalamnya, kamu harus cermat dalam melihat petunjuk arah yang ada. Sebab, bukan gapura besar nan kokoh yang akan kamu jumpai di pinggir jalan raya. 
Papan penanda untuk memasuki desa yang menuju dusun Kemuning (Dok.Pri)
Tetapi plang berwarna biru berukuran kecil, dan sebuah papan bertuliskan Kampung Berseri Astra berwarna hijau. Andai tak cermat, alih-alih ingin berekowisata sekaligus belajar, kita malah tersesat ke desa yang lain. Apalagi jika menggunakan kendaraan umum seperti bis atau angkot yang notabene berhenti hanya di jalan raya.
***
Saat melakukan perjalanan menuju dusun Kemuning, saya begitu terpesona dengan hadirnya pemandangan hijau sepanjang sisi jalan setapak. Pepohonan kayu putih dan jati terlihat melambai-lambai, mengukuhkan balutan kealamian khas sebuah tempat yang terletak di tengah-tengah hutan, yakni  hutan jati Wanagama dan perkebunan kayu putih.
Perkebunan kayu putih di sisi jalan setapak sepanjang perjalanan menuju Kemuning (Dokumen Pribadi)
Hutan Jati Wanagama di sekitar Telaga Kemuning (Dokumen Pribadi)
Pagi itu, saya dan beberapa orang lainnya menjejakkan kaki untuk pertama kalinya ke dusun Kemuning. Saya merasa termanjakan oleh sikap masyarakat yang begitu ramah. Mereka selalu menyunggingkan senyum tatkala menyambut para tamu yang datang. Bahkan kepedulian mereka begitu tinggi terhadap keselamatan kami. Hal itu tercermin ketika salah satu masyarakat memberikan kami sebuah jarik dan bangle (sejenis tanaman yang dipercaya sebagai penolak bala) sebagai simbol doa.

Masyarakat berharap, aktivitas kami lancar selama menimba ilmu di Kemuning hingga kembali ke rumah masing-masing. Merasakan keindahan dan keramahan itu, hati saya begitu trenyuh. Ada rasa bangga yang mencuat di dalam hati. Ya, inilah Indonesia. Inilah negeri tercinta yang berisi masyarakat dengan segala keramahan dan kebersamaannya. Hebat. Saya seolah kembali pada nuansa kampung halaman yang selalu lekat dengan budaya gotong royong antar warga.

Perkembangan Kemuning yang kian pesat menjadi ekowisata di Gunung Kidul telah mencuatkan beragam tanya dalam diri saya,
Bagaimana awal dusun terpencil seperti ini mampu dikenal dan menebarkan pesonanya melalui wisata alam dan kulinernya?” 
"Bagaimana muncul ide untuk menjadikan Kemuning sebagai salah satu bagian dari 81 kampung berseri milik Astra?"
Ternyata, salah satu jawaban itu berasal dari sosok sederhana bernama Bapak Suhardi. Ya, saat ini beliau dipercaya sebagai ketua dusun oleh masyarakat. Beliaulah salah satu inisiator yang menjadikan Kemuning lebih dikenal secara luas melalui usaha-usaha dan dedikasinya.
Sebelum menjadi bagian dari KBA, awalnya Kemuning hanya sebuah dusun berbatu dan terpencil. Seperti yang kita tahu, Kemuning merupakan dusun yang berada di deretan Gunung Sewu atau lokasi yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari perbukitan kapur/karst. Ia membentang sepanjang wilayah Pantai Selatan (Gunung Kidul) hingga Kabupaten Tulung Agung, Jawa Timur.

Dengan kondisi geografis sedemikian rupa maka tak heran jika tanah di dusun tersebut cenderung keras dan perlu pengelolaan khusus agar lahannya bisa menghasilkan. Meski demikian, Kemuning memiliki satu kekayaan alam berupa telaga.

Mulanya telaga itu hanya dijadikan sebagai sumber pengairan bagi pertanian masyarakat di sekitar. Tetapi mengetahui begitu uniknya telaga tersebut karena berada di tengah-tengah hutan, akhirnya muncul ide untuk mengembangkannya lebih dari sekadar sumber pengairan. Telaga itu kini dimanfaatkan sebagai ekowisata dan sarana memancing bagi masyarakat.
Telaga Kemuning yang terbentuk secara alami. Konon katanya, air telaga ini tak pernah mengering (Dokumen Pribadi)
Saya yang berpose di depan tulisan yang menjadi icon kerjasama Astra dan masyarakat  di hari pertama kedatangan (Dokumen Pribadi)
Bapak Suhardi---selaku kepala dusun---berinisiatif memanfaatkan telaga menjadi semacam icon bagi Kemuning agar semakin dikenal. Berawal dari inisiatif tersebut, beliau lalu mulai memanfaatkan  hasil bumi seoptimal mungkin agar dusun ini juga memiliki kuliner khas. Barangkali nantinya wisatawan membutuhkan oleh-oleh untuk dibawa pulang, bukan?
Bapak Suhardi sedang menjelaskan kepada kami mengenai pilar pendidikan di Kemuning berupa PAUD (Dok.Pri)
Tak sampai disitu saja, sadar bahwa pemerintah daerah juga tengah gencar membangun titik-titik pariwisata di wilayah Gunung Kidul, Pak Suhardi menilai bahwa inilah saatnya Kemuning menunjukkan taringnya sebagai salah satu dusun yang mampu berkembang dan menjadi icon kebanggan bagi masyarakat Gunung Kidul. Dukungan pemerintah plus semangat dari masyarakat, menghidupkan kekuatan untuk terus bergerak menebar embun-embun segar bagi tanah Kemuning.
"Layaknya sebuah mobil yang membutuhkan mesin (penggerak) untuk beranjak, sebuah dusun pun demikian. Untuk menjadi dusun yang maju dan sejahtera, dibutuhkan sosok yang mampu menggerakkan SDA dan SDM. Sosok yang mampu menebar kesejukan layaknya embun di tanah yang gersang, mengidupkan kehidupan"
Terpikirlah sebuah gagasan untuk mencari dukungan agar dusun Kemuning kian terangkat keberadaannya. Tentu untuk membangun fasilitas, dukungan dari banyak pihak menjadi modal utama. Pak Suhardi dan beberapa perwakilan warga kemudian memiliki ide mengajukan Kemuning sebagai bagian dari Kampung Berseri milik Astra melalui proposal.

Melalui proses yang penuh perjuangan, akhirnya pada tanggal 13 Mei 2016, Kemuning resmi menjadi bagian dari Corporate Sosial Responsibility (CSR) Astra. Ya, dusun ini telah menjadi bagian dari 81 Kampung Berseri Astra (KBA) di seluruh Indonesia.
Pada kunjungan saya yang kedua, saya datang bersama seorang partner untuk mewawancarai Bapak Suhardi secara intensif. Kala itu, kami bertemu beliau sedang merawat tanaman di halaman rumah beliau. Pak suhardi berbagi cerita bahwa untuk menggerakkan masyarakat itu tak mudah. Perlu sebuah aksi nyata sehingga secara sukarela masyarakat Kemuning bisa menjalankan 4 pilar kesejahteraan.
Salah satu perilaku teladan yang beliau tunjukkan adalah pada pilar lingkungan. Pak Suhardi selalu menyempatkan waktu untuk menanam berbagai tanaman sebagai sarana penghijauan. Awalnya, tak banyak warga yang mau mengikutinya. Namun setelah melihat kondisi rumah beliau yang terlihat lebih teduh dan asri. Beberapa orang mulai mengikuti jejak beliau dengan menanam berbagai tanaman di halaman rumah masing-masing.
Tanaman-tanaman milik Bapak Suhardi untuk menghijaukan lingkungan sekitar rumah (Dok.Pri)
Pak Suhardi yang memanfaatkan botol-botol plastik sebagai pot-pot gantung, cantik bukan?  (Dok.Pri)
Masih berbicara tentang pilar lingkungan. Selain memanfaatkan botol-botol plastik sebagai pot tanaman gantung, ternyata Pak Suhardi bersama masyarakat Kemuning juga mengelola Bank Sampah Maju Sejahtera. Para pengelola yang tergabung sebagai Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), dengan lihai memilah-milah sampah menjadi beberapa bagian untuk kemudian dijual kepada pengepul.

Uang hasil penjualan sampah, nantinya akan diberikan ke Posyandu sebagai dana tambahan bagi balita dan lansia. Jadi semacam tambahan dana untuk pembelian makanan seperti bubur atau susu (pilar kesehatan). Peran Astra juga cukup krusial dalam hal ini. Menurut Bu Endang yang merupakan bendahara dari Bank Sampah mengungkapkan bahwa Astra turut menyumbangkan beberapa peralatan penunjang seperti sepatu safety, sarung tangan, dan peralatan lainnya.

Menggerakkan orang bukan berarti lepas dari kendala. Pak Suhardi mengakui bahwa mulanya beliau cukup kesulitan mengajak warga secara sukarela memilah sampah hasil rumah tangga mereka. Hal tersebut terjadi karena berbagai alasan. Salah duanya adalah karena kesibukan dan kurangnya kesadaran dalam melakukan penyortiran sampah.
"Saya menanam bibit atau milah sampah biasanya nanti diikuti oleh warga, Mbak. Soalnya kalau mainnya perintah, jalannya bakal sementara. Tapi kalau kita ngasih teladan, mereka akan secara sukarela mengikuti. Toh hasilnya kembali pada mereka dalam bentuk yang lain"
Namun, mendapati manfaat yang cukup besar bagi mereka melalui posyandu, masyarakat akhirnya terbiasa untuk memilah sampah mereka. Ya, beliau mengatakan selalu mencontohkan dulu aksi yang harus dilakukan, hingga masyarakat mengikuti secara sukarela.
Sampah-sampah yang dikumpulkan dari rumah warga yang nantinya akan dipilah, dijual dan dananya diberikan ke Posyandu (Dok.Pri)
Membiasakan bekerja optimal itu memang membutuhkan proses. Apalagi semenjak menjadi KBA, Kemuning termasuk menjadi dusun yang banyak didatangi wisatawan dari luar daerah, sehingga kesibukan tiap orang bakal tak terelakkan. Pak Suhardi berharap kedepannya, dusun ini bisa menjadi semacam tempat wisata bagi mereka yang merindukan suasana desa.

Dalam menggerakkan masyarakat Kemuning, Pak Suhardi memang tak bekerja sendirian. Saat ini, beliau dibantu istri dan putranya. Istri Pak Suhardi bertugas menggerakkan para ibu untuk mengelola UMKM, Posyandu dan Bank Sampah. Sedangkan putra Pak Suhardi yang biasa dipanggil Mas Po bertugas mengelola media sosial KBA Kemuning berupa instagram dan website. Mas Po juga bertugas di bagian dokumentasi ketika Kemuning kedatangan tamu dari luar.

Beberapa waktu lalu, saya dan wisatawan lainnya sempat diajak oleh istri Pak Suhardi berkunjung ke UMKM Oase Gunung Sewu yang tengah memproduksi olahan kuliner berupa Jenang Pister, Lempeng Singkong, Gaplek Geprek, Talas Chip, dan Wedang Secang.

Semua olahan tersebut merupakan hasil bumi dari masyarakat Kemuning. Nah, untuk makan besar, KBA Kemuning menyediakan nasi ingkung Kembul bujono yang mampu merekatkan kebersamaan wisatawan. Jujur, Ingkung Kembul Bujono menjadi favorit saya ketika berkunjung ke dusun ini.
Proses pembuatan Lempeng Singkong yang dilakukan oleh para ibu menggunakan peralatan sederhana (Dok.Pri)
Proses pembuatan Jenang Pister yang menggunakan cetakan waffle (Dok.Pri)
Produk-produk kuliner dari UMKM Oase Gunung Sewu, bentuk pelaksanaan pilar kewirausahaan KBA Kemuning (Dok.Pri)
Kawan, bagi kamu yang memiliki keinginan berwisata kelompok, Pak Suhardi mengungkapkan bahwa Kemuning juga menyediakan 6 paket wisata menginap bagi siapapun yang ingin belajar lebih tentang dusun di tengah hutan ini. Enam paket tersebut yakni Paket Wisata Kampung Percontohan, Paket Wisata Edukasi, Paket Wisata Sejarah, Paket Wisata Live In Kemuning, Paket Outbond dan Paket Wisata Kuliner. (Semuanya bisa dilihat langsung melalui web Oasegunungsewu.com)
Inilah Kembul Bujono khas Kemuning yang mampu menyemarakkan kebersamaan wisatawan yang datang (Dok.Pri)
Bagaimana, tak ada sesuatu yang tak mungkin bukan? Saya percaya bahwa sesuatu yang terlihat memiliki kekurangan akan menampilkan kelebihan pada sisi yang lain. Tinggal bagaimana manusia mau menggali potensi dan mencari solusi dari kekurangan yang ada.

Meskipun Kemuning masuk ke wilayah Gunung Kidul yang dikenal sebagai tempat tandus, kenyataannya dusun ini mampu melejitkan potensi-potensi yang dimiliki. Ya, semua itu tak lepas dari mereka yang mampu menggerakkan sumber daya yang ada. Tanpa adanya penggerak layaknya Bapak Suhardi dan lainnya, dusun ini tak bisa dikenal seperti sekarang ini. Bahkan saya sempat menyaksikan via instagram, Gritta Agatha---salah satu artis muda---pernah berkunjung ke Kemuning. Artis aja sudah main lho ke Kemuning, kamu kapan?
Gritte Agatha saat berkunjung ke Kemuning beberapa waktu lalu (Sumber : instagram KBA Kemuning)
Melalui rasa cintanya terhadap Kemuning, Pak Suhardi akhirnya mampu menjadi embun yang menghidupkan dusun tersebut melalui kelebihan yang dimiliki. Semoga Kemuning menjadi pemercik bagi kampung-kampung yang lain agar terus berkembang dengan sumber daya yang ada meskipun di tengah keterbatasan. Salam!

#IndonesiaBicaraBaik #KitaSATUIndonesia

8 komentar:

  1. Aaaaa keren ya Astra ini. Tp masyarakatnya keren juga sih. Semoga menang ya mbaaak😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin. Terima kasih ya Mba atas Doanya.
      Memang, keren banget masyarakat disana, mereka sudah terbiasa untuk menjalankan 4 pilar yang ada. selain ramah, kuliner yang mereka hasilkan juga enak banget :D
      Kapan-kapan coba main kesana aja mba heheh

      Hapus
  2. tempatnya indah dan asri ya Mba, berarti ini masuk dalam salah satu desa wisata binaan Astra secara langsung ya Mba? dan biasnaya suka terdaftar di Dinpar juga ya, kapan-kapan nyobain ah ke sana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Mei, ini wisata binaan Astra. Dan tempatnya emang asri banget. Cocok buat kegiatan liburan bareng keluarga atau sahabat :)

      Hapus
  3. wah, baru tau ternyata kalau di Jogja ada kampung berseri Astra kak.Jadi pengen kesana hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya nih, Jogja memang ada 2 lokasi yang termasuk bagian dari KBA. Kalau main ke Jogja, bisa lho jalan2 ke dusun ini dek ^^

      Hapus
  4. Aku tanggal 14 kemaren mampir ke Kemuning bisa beli oleh2 olahan singkong. Aku suka lempengnya dan meu tumpengannya. Mantap!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tumpeng Kembul Bujono? Iyaps, itu makanan yang buat aku kangen banget sama Kemuning :)

      Hapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam