Sabtu, 13 Juli 2019

Melangitkan Perilaku Germas untuk Cegah Penyakit Kanker

Hati ini rasanya kaget bercampur perih ketika mendengar kabar duka datang dari seorang kawan. Kawan dekatku, kehilangan sang ibu yang dicintainya karena kanker payudara. Sebelumnya, sang ibu sempat dikabarkan membaik keadaannya, setelah menjalani rawat jalan. Namun siapa sangka, beberapa minggu kemudian, keadaan beliau kembali memburuk dan datanglah berita duka itu.

Rasanya kehilangan orang tersayang itu seperti disayat pisau secara bertubi-tubi. Perih dan tak tertahankan. Tidak ada satu manusia pun yang mau hal tersebut terjadi. Apalagi jika kehilangan itu disebabkan oleh penyakit kanker. Sungguh, terlalu berat rasanya. Akupun tak sanggup membayangkan jika salah satu anggota keluargaku mengalaminya.
Kanker adalah salah satu penyakit mematikan yang masih menjadi momok mengerikan di Indonesia. Berdasarkan data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa ia termasuk Penyakit Tidak Menular (PTM) yang prevalensinya mengalami kenaikan lima tahun terakhir.
Sumber : Kementerian Kesehatan
Secara nasional tahun 2013 prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur di Indonesia sebesar 1,4% atau diperkirakan sekitar 347.792 jiwa (Riskesdas 2013). Jika dirinci berdasarkan jenis kelamin, kanker paru dan hati masih menjadi ancaman serius bagi penduduk laki-laki, sedangkan bagi perempuan, kanker payudara, hati dan leher rahim memiliki angka pengidap cukup tinggi.

Berikut merupakan data yang dilansir dari GLOBOCAN (IARC) tahun 2012 diketahui bahwa kanker payudara merupakan penyakit kanker yang memiliki persentase tertinggi kematian sebesar 12,9%. Disusul kanker paru dengan persentase angka kematian sebesar 30% bagi laki-laki. Cukup tinggi sekali persentasenya. Bisa kita lihat data lengkap estimasi pengidapnya secara global.
Melihat realita berdasarkan data tersebut, jelas menunjukkan kepada kita bahwa kanker bukanlah penyakit yang bisa disepelekan. Ia termasuk penyakit tak menular (PTM) yang mampu merenggut siapapun yang kita cintai. Bahkan mungkin diri kita sendiri. Ya, kanker harus dicegah dan diwaspadai sejak awal, mengingat gejalanya tak begitu nampak. Ia adalah silent killer.

Sebagai perempuan, ada perasaan ngilu dihati ketika mendengar kematian yang disebabkan oleh kanker payudara atau leher rahim. Aku pernah membayangkan, mereka yang menjadi survivor harus menjalani kemoterapi, minum banyak obat dan berjuang gigih menahan rasa sakit yang luar biasa itu, termasuk ibunda kawanku.
Ibunda kawanku bukan satu-satunya orang yang meninggal terkena kanker payudara. Dua artis Indonesia, Renita Sukardi dan Yana Zein juga meninggal dunia karenanya. Memang, kanker tak pernah pandang bulu, siapa pun orang bisa terkena, entah artis, guru, pengusaha, masyarakat biasa, presiden bahkan dokter sekalipun.
Nah, berkenaan dengan kanker, maka kita wajib memahami literasi mengenainya sekaligus mengaplikasikan langkah-langkah pengendalian penyakit tak menular yang satu ini. Melalui tindakan tersebut, setidaknya kita telah berupaya sebisa mungkin untuk mengurangi prevalensi pengidap kanker. Kita mulai dari diri sendiri dengan mengaplikasikan Germas dan mewariskannya ke keluarga maupun oranglain.
Kanker adalah penyakit yang terjadi karena pertumbuhan sel jaringan tubuh yang abnormal sehingga sel abnormal itu kemudian bermutasi menjadi sel kanker. Ada tiga faktor risiko yang bisa membuat orang mengidap penyakit kanker. Faktor genetik, faktor karsinogenik (terpapar zat kimia, radiasi, virus, hormon, dan iritasi kronis), dan faktor perilaku/gaya hidup (Kebiasaan merokok, pola makan yang tidak sehat, konsumsi alkohol, dan kurang aktivitas fisik.).

Seperti yang pernah dikatakan sebelumnya, kanker bisa diidap oleh siapapun. Ia tak memandang umur, gender, atau profesi. Berdasarkan gambar di bawah ini, kita bisa menyaksikan bahwa umur <1 tahun hingga >75 tahun memiliki prevalensi pengidap kanker dengan angkanya masing-masing. Mirisnya, bayi usia <1 tahun memiliki angka lebih banyak dari usia 1-14 tahun.
Mengapa bayi juga bisa terkena penyakit kanker? Berdasarkan informasi yang diambil dari Pusdatin Dinkes 2015, kanker bisa disebabkan oleh faktor genetik, sehingga apabila ada orangtua memiliki riwayat pernah mengidap penyakit ini, kemungkinan besar keturunannya bisa mengalami hal yang sama. Cukup mengerikan memang.

Namun demikian, selain risiko genetik, perilaku hidup tak sehat dan pencemaran lingkungan oleh zat-zat karsinogenik, juga bisa berpotensi memunculkan kanker sehingga pencegahannya perlu kita lakukan bersama. Baiklah, sebelum berbicara lebih lanjut mari kita ketahui terlebih dahulu apa itu karsinogenik.

Karsinogenik merupakan sifat dari zat-zat atau paparan bahan yang dapat memicu kanker (karsinogen). Nah, bisa jadi zat karsinogenik berada di sekitar kita atau bahkan kita konsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Well, demi menghindari terpaparnya tubuh dari zat tersebut secara tak sengaja, kita perlu memahami setiap hal mengenainya.

Berdasarkan informasi dari Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (International Agency for Research on Cancer/IARC) mengatakan bahwa rokok tembakau, sinar ultraviolet (UVA, UVB, dan UVC), formalin, etanol di minuman beralkohol, asbes dan zat-zat kimia industri lainnya bisa memicu terjadinya kanker.

Jika kita amati, beberapa hal diatas merupakan sesuatu yang berada di sekitar kita. Asap rokok, asbes untuk atap, formalin untuk pengawet makanan, sinar ultraviolet hingga zat-zat kimia pada kosmetik atau obat-obatan yang kita konsumsi. Oleh karena itu, menghindari penggunaannya secara berlebihan adalah sesuatu yang harus dilakukan.
Baiklah, mengenai zat-zat karsinogenik pemicu kanker kita sudah memahami sekilas mengenainya. Selanjutnya yang tak kalah penting untuk kita ketahui adalah faktor risiko kanker akibat perilaku atau gaya hidup. 

Di zaman seperti sekarang ini, setiap aktivitas menjadi sangat mudah dan praktis. Apapun yang kita inginkan bisa terpenuhi secara cepat hanya bermodalkan scroll dan klik pada gawai yang kita miliki. Apakah itu salah? Tentu saja tidak. Hanya saja, kemudahan  dan kepraktisan biasanya tidak sejalur dengan peningkatan aktivitas fisik.

Sekadar informasi, aktivitas fisik seperti berolahraga sangat diperlukan oleh manusia untuk memperkuat otot dan mengendalikan sel-sel tubuh agar berfungsi sebagaimana mestinya. Minimal kita bisa melakukan aktivitas ringan seperti berjalan kaki, memancing, menimba air, mencuci piring, memasak, atau bersepeda. Bukankah itu mudah dan merupakan aktivitas harian kita? 

Nah, berbicara mengenai gaya hidup, kebiasaan merokok, makan junkfood, meminum alkohol, kurang konsumsi buah dan sayuran ternyata juga memicu berkembangnya sel kanker lho. Kanker paru dan hati misalnya. Bisa terjadi akibat terlalu banyak terpapar asap rokok dan zat-zat beracun lainnya. Paparan itu terakumulasi lalu mengaktifkan sel-sel kanker dalam tubuh.
Lalu, kekurangan nutrisi yang berasal dari buah dan sayur ternyata juga bisa memicu kanker. Bahkan termasuk faktor risiko dengan persentase paling tinggi pada tiap kategori usia. Tahukah kamu bahwa buah dan sayur mengandung banyak vitamin dan zat gizi yang dibutuhkan tubuh.

Berikut merupakan diagram proporsi faktor risiko penyakit kanker berdasarkan data dari Riskesdas 2013.
Dari gambar diatas, terdapat informasi mengenai penyebab kanker yang terjadi karena pola makan tak sehat. Persentase tertinggi (merah) adalah kekurangan asupan buah dan sayur. Disusul dengan sering konsumsi makanan berlemak, kebiasaan merokok, obesitas, kurang aktif bergerak, konsumsi makanan berpengawet hingga konsumsi makanan yang dibakar.

Miris memang, ternyata kebiasaan makan sayur dan buah bagi masyarakat Indonesia belum dibudayakan secara optimal. Padahal, Indonesia sendiri termasuk negara penghasil bahan makanan sayur dan buah yang berkualitas. Namun justru junkfood dan makanan instan masih menjadi pilihan dikonsumsi.
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Proporsi angka kematian akibat penyakit ini telah meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada tahun 2001 dan pada tahun 2007 sebesar 59,5%.
Meningkatnya angka penderita PTM berdampak negatif pada produktivitas bangsa. Kok bisa? Tentu saja, semakin banyak orang yang sakit, semakin banyak pula mereka yang tak bisa bekerja secara optimal. Nah, jika hal itu terjadi, maka artinya kesehatan masyarakat harus diperbaiki.
Kesehatan itu segalanya. Tanpa adanya ia, manusia tak akan mampu berkarya dan menikmati kehidupan dengan semangat. Coba bayangkan, saat kita telah menyusun impian-impian dalam pikiran, lalu dokter mengatakan bahwa kita terkena penyakit yang cukup parah, masih mampukah hati dan pikiran ini merealisasikan impian itu dengan semangat? Aku rasa tidak, Kawan!

Tujuh tahun yang lalu, ketika aku masuk rumah sakit karena penyakit asam lambung, aku merasa begitu menyesal. Aku sering bertanya pada diri sendiri, mengapa aku tak menjaga tubuhku dengan baik, mengapa aku menyepelekannya? Padahal saat itu H-4 aku akan melaksanakan ujian SMA.

Sungguh, sakit itu tak enak. Merasakan getirnya sakit selama 5 hari di rumah sakit, aku begitu haus akan kesembuhan. Tubuh rasanya lemas. Tak bisa berkarya secara bebas. Tak bisa bersekolah dan bertemu dengan teman-teman. Tak bisa berkumpul dengan keluarga, tak bisa konsen belajar dan tak bisa melakukan kegiatan yang diinginkan.

Setelah mengalami sakit, aku kemudian belajar. Belajar untuk lebih menjaga tubuh dengan menjaga pola makan dan perbanyak aktivitas fisik. Ya, aku  mulai membiasakan perilaku Germas sesuai kemampuanku. Aku mencoba melangitkannya melalui diriku sendiri kemudian mengajak keluargaku untuk bertindak hal yang sama.

Berbicara mengenai Germas, ia merupakan kampanye yang tengah digaungkan bersama antara kementerian kesehatan, dinas kesehatan, relawan kesehatan, dan seluruh masyarakat agar berperilaku sehat demi meningkatkan kualitas hidup.
Kita memahami bahwa kanker merupakan salah satu penyakit tak menular (PTM) yang masih menjadi ancaman serius bagi negeri ini, termasuk kanker paru, hati, Prostat, darah, payudara dan serviks. Untuk pencegahan dan pengendalian kanker di Indonesia, khususnya kanker payudara dan leher rahim, pemerintah telah melakukan berbagai upaya.
Upaya tersebut antara lain deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun dengan menggunakan metode Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) untuk payudara dan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) untuk leher rahim. Aku berharap ada alat yang bisa mendeteksi penyakit kanker jenis lain, sehingga bisa diketahui sejak awal.

Well, melakukan aktivitas fisik, memakan buah dan sayur, mengurangi asap rokok hingga memeriksakan diri ke dokter adalah bentuk pengendalian penyakit tak menular. 
Susah gak sih memiliki kebiasaan hidup sehat itu? Nah berkenaan dengan pertanyaan tersebut, ternyata tidak susah lho, Kawan! Malah aku bisa menjalankan kebiasaan Germas layaknya aktivitas sehari-hari. Ya, berikut ini merupakan aktivitas fisik dan pola makan yang  aku lakukan.
Ya, demikianlah perilaku-perilaku germas yang sudah kumulai dari diri. Kita tak perlu melakukan aktivitas fisik yang berat jika belum mampu, kita tak perlu membeli vitamin mahal untuk menjaga kesehatan tubuh.

Cukup manfaatkan aktivitas dan sumber makanan yang ada di sekitar kita. Penuhi nutrisi dengan buah-buahan dan sayuran yang ada disekitar kita. Hindari menjadi perokok pasif atau aktif, jaga kebersihan lingkungan. Thats it! Meski perilaku sederhana, namun memiliki manfaat yang besar untuk menjaga kesehatan tubuh.
Alhamdulillah, dengan kebiasaan Germas-ku mengonsumsi makanan sehat dan melaksanakan kegiatan fisik sehari-hari, aku jadi jarang terkena sakit. Aku harap ini menjadi caraku untuk mencegah dan melawan penyakit tak menular seperti kanker, stroke, asam lambung. Dan tentu saja, aku telah menularkan ini kepada adek-adekku di rumah.

Ingat kawan, dalam hal apapun mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Sebagai manusia sehat, kita wajib untuk menjaga diri, melakukan kegiatan preventif untuk memerangi penyakit tak menular yang menghantui negeri ini. Semangat sehat Indonesia!



Referensi Informasi :

  • https://www.alodokter.com/waspadai-bahaya-zat-karsinogenik-di-sekitar-kita
  • https://www.cancer.org/cancer/cancer-causes/general-info/known-and-probable-human-carcinogens.html
  • https://tirto.id/kemenkes-kanker-payudara-serviks-paling-banyak-di-indonesia-dfSv
  • https://www.wartaekonomi.co.id/read205639/kemenkesmasyarakat-indonesia-masih-alergi-buahdan-sayur.html
  • https://hellosehat.com/hidup-sehat/nutrisi/kebaikan-nutrisi-pada-buah-dan-sayur/
  • http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-kanker.pdf
  • http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/infografis/20171217/5024679/aktivitas-fisik/
  • http://www.depkes.go.id/article/view/1637/penyakit-tidak-menular-ptm-penyebab-kematian-terbanyak-di-indonesia.html
  • http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20170828/2622644/cegah-ptm-rutin-cek-kesehatan/

19 komentar:

  1. Kalau mengkonsumsi sayur dalam bentuk jus, bagus gak ya, kadang2 suka mules juga perut😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kalau menurutku sih gapapa mba. Cuma ada zat yang mungkin berubah karena pengaruh percampuran gula dan susu :D

      Hapus
  2. Bagus ya Mba, program germas ini. Semoga bisa dirasakan masyarakat luas manfaatnya. Aku juga suka sama senamnya deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, tujuannya juga utk kesehatan masyarakat kok :)

      Hapus
  3. Rokok memang sudah kita ketahui sejak lama. Tapi kalau asbes atap rumah, wah saya baru tahu. Semetara di kampung saya justru lebih banyak yang menggunakan asbes utk atap rumah, khsususnya bagian dapur...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, selain bisa menyebabkan kanker. Penggunaan asbes juga gak baik buat pernafasan. Itu sih info yang pernah tak baca.

      Hapus
  4. Pecel+nasi anget+tempe uyah bawang+peyek kacang+telor dadar ... minumnya teh anget = surga dunia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, itu merupakan cara enak makan sayur :D

      Hapus
    2. Meskipun, sebenarnya lemak dari kacang dan minyak lumayan juga masuk ke tubuh. Tapi ya enak dan lumayan sehat sih mba.

      Hapus
  5. makasih sharingnya, kanker memang menakutkan

    BalasHapus
  6. Di zaman sekarang ini, penyakit kayak kanker ini begitu sering ya kasusnya. Jadinya gak salah deh kalo program Germas harus dilakukan semua orang. Sebab semua orang berisiko kena

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, gaya hidup soalnya. Ya jaman sekarang semua serba instan e mba

      Hapus
  7. Perlu banget nih GERMAS diterapkan di masyarakat ya Mba. Supaya hidup sehat itu dimulai dari diri sendiri. Aku sangat setuju nih program kerja pemerintah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, aku juga setuju banget. Bagus lho ini ajakannya :)

      Hapus
  8. Saya tau banget rasanya kehilangan ibu, pedih banget. Perihal penyakit kanker saat ini memang masih menjadi kendala kesehatan yg mengkhawatirkan.
    Melalui Germas dinas kesehatan mengajak masyarakat untuk lebih aware pada kesehatan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Serem emang mba, aku aja selalu menekankan diri, jangan sampailah sakit parah :(

      Hapus
  9. Dengan Germas ini jadinya kita lebih aware sama kesehatan ya. Harus banyak disosialisasikan nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah lama disosialisasikan sih sebenarnya mba Tian. Dan aku udah memulainya dengan aktivitas fisik yg ringan :)

      Hapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam