Senin, 05 Juni 2023

Bersama Bergerak Berdaya dengan Berdonasi Lingkungan dan Kampanye di Media Sosial

Bersama bergerak berdaya untuk pemulihan lingkungan (Dok.pri)
Apa yang bisa kita dapatkan dari Rp 10.000 yang kita miliki di dalam dompet? Jawaban tiap orang mungkin bervariasi. Ada yang bisa mendapatkan gorengan, bubur ayam, sandal, sabun dan lain sebagainya. Namun, pernah gak berpikir bahwa dengan Rp 10.000 kita bisa Bersama Bergerak Berdaya untuk mendukung pemulihan iklim? 

***

Semua bermula ketika aku membaca cerita tentang Mbah Sadiman melalui kanal berita di ponselku. Berita tentang beliau yang memperoleh penghargaan dari pemerintah karena jasanya sebagai perawat alam. Mungkin tak banyak orang mengenal figurnya. 

Mbah Sadiman merupakan figur penjaga alam dari Dusun Dali, Desa Geneng, Wonogiri, Jawa Tengah. Selama 25 tahun lebih beliau menjaga bukit di sepanjang Gunung Lawu dari kerusakan melalui aksi penghijauan. Beliau menanam bibit-bibit Beringin hingga pohon-pohon itu bertumbuh besar.  

Melalui rasa cinta yang tulus, Mbah Sadiman membuat Dusun Dali tak lagi kekeringan. Air yang terjebak melalui akar-akar beringin itulah yang membuat dusunnya selalu mendapat pasokan air yang berlimpah.  

Cerita tentang Mbah Sadiman benar-benar membuatku terinspirasi. Bahkan, aku beberapa kali membuat tulisan tentang beliau saking terharunya. Apa yang membuatku terharu? Tentu saja sikap pantang menyerah dan perhatian yang beliau berikan pada sesama makhluk Tuhan meski mendapat kendala yang besar. 

Mbah Sadiman tengah merawat bibit-bibit beringin sebelum di tanam (Foto : ublik.id)

Selama 25 tahun menanam Beringin, Mbah Sadiman mendapat kendala yang cukup banyak. Mulai dari aksesibilitas, keterbatasan tenaga yang membantu hingga cercaan masyarakat. Bagaimana tidak? Ada orang yang mau bolak-balik naik ke gunung hanya untuk menanam Beringin—pohon yang dianggap tak bernilai jual dan memiliki unsur magis. 

Namun demikian, kendala-kendala itu tak menyurutkan niat Mbah Sadiman untuk menghijaukan kembali bukit Gendol di sepanjang pegunungan Lawu itu. Beliau hanya berkeinginan membuat tanah yang semula gersang itu kembali hidup dan memiliki manfaat bagi setiap makhluk hidup di sana.  

Semangat Mbah Sadiman yang mau menanam pohon beringin begitu menginspirasi. Andai, figur hebat seperti beliau banyak ditemukan di dunia ini, mungkin saja bumi masih bersenandung dengan bahagia bersama kita, memberi manfaat tanpa menawarkan luka berupa bencana atau perubahan iklim.  

Cerita tentang Mbah Sadiman hanya satu dari sekian banyak cerita yang bisa dibagikan di media sosial. Di bagian Indonesia yang lain, tepatnya di Provinsi Riau, ada cerita perjuangan masyarakat adat yang mendiami kawasan Sungai Apit, di Kampung Penyengat yakni Suku Anak Rawa. 

Konon, Suku Anak Rawa sudah mendiami kawasan Sungai Apit sejak lama. Mereka sangat bergantung pada alam karena pada masa itu hutan masih lestari dan menawarkan keanekaragaman hayati yang begitu kaya. Misalnya saja soal makanan, suku Anak rawa menggantungkan hidup dari hasil hutan dan melaut.  

Para nelayan perempuan dari Suku Anak Rawa di Kampung Penyengat (Dokumentasi Pribadi)

Hari itu, aku berkesempatan untuk bertandang ke Kampung Penyengat di Kabupaten Siak. Aku dan beberapa teman media menuju ke sebuah pelabuhan dimana Suku Anak Rawa bisa mencari penghidupan.  

Pelabuhan itu sangat sederhana. Berisi kapal-kapal ikan berukuran sedang. Ada sebuah dermaga yang terbuat dari kayu menjulang ke arah laut. Saat aku dan lainnya berjalan menuju ke ujung dermaga, bertemu lah dengan para perempuan kuat yang tengah menggendong beberapa karung.  

Ternyata, di dalamnya ada kerang ukuran sangat besar dan udang ronggeng. Di Penyengat, mereka menyebut udang ronggeng itu sebagai rokan. Kebahagiaan begitu terpancar di wajah mereka tatkala salah satu kawan berniat membeli kerang-kerang tersebut. 

Kerang hasil melaut para perempuan Suku Anak Rawa (Dokumentasi Pribadi)

Salah satu perempuan Suku Anak Rawa berbaju coklat berkata bahwa biasanya mereka bisa mendapatkan hasil tangkapan lebih dari itu. Namun karena ombak yang besar dan musim yang tak menentu membuat hasil tangkapan sedikit. Meski begitu, mereka selalu bersyukur atas limpahan yang alam berikan.  

Perubahan Iklim itu Nyata, Bukan Sekadar Isu Belaka!

Sejak beberapa tahun belakangan, perubahan iklim menjadi isu paling krusial untuk dibahas. Ya, ini berkaitan dengan maraknya kejadian bencana. Semisal, banjir di Eropa hingga gelombang panas di Kanada yang menewaskan hampir 700 orang. 

Berdasarkan laporan dari IPCC kenaikan suhu di muka bumi ini sudah mencapai 1,5 derajat Celsius dimana itu merupakan ambang batas agar makhluk hidup masih bisa bertahan.  

Hal yang perlu kita pahami, perubahan iklim terjadi akibat terendapnya gas-gas rumah kaca di atmosfer seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dinitro oksida (N2O), hidrofluorokarbon (H CFCs) perfluorokarbon (PFCs) dan sulfur heksafluorida (SF6) secara berlebihan yang kemudian menimbulkan peningkatan suhu secara signifikan. 

Meningkatnya suhu di bumi berdampak pada ketidakstabilan ekosistem. Salah satunya menyebabkan es yang ada di wilayah kutub mencair. Bila es terus mencair maka volume air laut juga bertambah.  

Hal ini mempertinggi risiko terjadinya bencana alam seperti banjir bandang, gelombang panas, kekeringan, kebakaran hutan, angin puting beliung dan rob di wilayah pesisir.

Rob, salah satu bencana perubahan iklim yang menghantui
Pekalongan, tempat aku tinggal (dokumentasi pribadi)

Mungkin banyak orang bertanya, bagaimana cara agar gas rumah kaca yang membuat perubahan iklim itu diminimalisir? Jawabannya ada pada gaya hidup minim karbon dan upaya segala pihak untuk menurunkan emisi melalui aktivitas di sektor kelistrikan, transportasi hingga industri.  

Nah, pertanyaan selanjutnya, bagaimana anak-anak muda bisa berkontribusi dengan sadar dan bahagia? Para pemuda era kiwari bisa berkontribusi melawan perubahan iklim melalui aktivitas maupun hobi. Mungkin aktivitas berikut bisa dijadikan referensi,  

  1. Traveling ramah lingkungan 
  2. Makan secukupnya dan mengolah ugly food menjadi lebih bermanfaat. 
  3. Menanam tanaman dan melakukan komposting 
  4. Menulis tentang lingkungan dan membagikannya di media sosial
  5. Membuat video sharing inspirasi mengenai lingkungan dan hutan
  6. Perbanyak literasi mengenai perubahan iklim, hutan dan transisi energi
  7. Ikuti kegiatan bakti lingkungan secara langsung
  8. Berdonasi lingkungan lewat platform terpercaya

Beberapa waktu lalu, ikut dibuat trenyuh oleh kehadiran anak muda yang suka membersihkan sampah di sungai maupun lingkungan yang kotor. Anak-anak muda tersebut menamai diri mereka Pandawa Grup. Mereka terbiasa berbagi cerita mengenai mirisnya sampah plastik dari aktivitas manusia.  

Aksi-aksi seperti mereka merupakan power bagi masyarakat untuk bangkit. Mereka bergerak secara bersama-sama untuk memberdayakan diri terhadap lingkungan. Hasilnya, sungai-sungai yang mereka bersihkan jadi enak dilihat dibanding sebelumnya yang penuh sampah.  

Sayangnya, dukungan yang kuat belum mereka miliki. Terlebih, pembersihan sampah semacam itu membutuhkan dana yang tak sedikit. Anak-anak muda seperti Pandawa Grup setidaknya harus dibantu melalui dana untuk pembelian trash back, konsumsi, transportasi hingga biaya asuransi kesehatan (soalnya nyebur-nyebur di sungai kotor pasti bisa kena risiko sakit kan?) 

Bersama Bergerak Berdaya di Era Kiwari Itu Mudah!

Di awal aku telah menceritakan bahwa terinspirasi dengan tindakan Mbah Sadiman yang mau menanam pohon untuk penghijauan. Mbah Sadiman telah melakukan aksi-aksi lestari menanam beringin selama 2 dekade lebih.  

Masih dari inspirasi soal lingkungan, aksi Pandawa grup dalam membersihkan sampah juga patut diacungi jempol 100. Secara tidak langsung, mereka telah menyebarkan pengetahuan dan vibe bahwa anak muda bisa jadi solusi masalah lingkungan bila melakukannya secara bersama-sama.  

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk mendukung aksi-aksi layaknya Mbah Sadiman dan Pandawa grup? 

Kita beruntung berada di era digital. Sebuah era dimana hanya dengan ponsel pintar dan internet yang kita miliki, kita bisa membeli apapun. Nyatanya, era digital juga bisa membantu kita melakukan penghijauan layaknya Mbah Sadiman lho!  

Sudah setahun ke belakang, aku mulai melakukan berbagai donasi untuk kelestarian lingkungan mulai dari donasi pembelian pohon, donasi untuk pengelolaan sampah hingga donasi untuk pahlawan lingkungan semacam Mbah Sadiman atau Pandawa grup melalui platform donasi online.  

Saatnya #BersamaBergerakBerdaya dengan berpartisipasi memperbanyak penanaman pohon. Caranya gampang, hanya berbekal ponsel, internet, aplikasi kita sudah bisa menyelamatkan lingkungan dengan donasi pohon atau untuk mendanai aksi-aksi penyelamatan lingkungan yang lain. 

Menambah literasi soal lingkungan dan perubahan iklim sekaligus
mengkampanyekan di media sosial (dokumentasi pribadi)

Oh iya, selain berdonasi untuk kelestarian lingkungan, salah satu aksi nyataku bergerak untuk memulihkan bumi adalah dengan mengikuti berbagai kampanye lingkungan melalui tulisan di media sosial dan blog. Tak bisa dipungkiri bahwa semakin besar informasi-informasi tersebarkan, itu bisa membuka awareness bagi yang membacanya.

Kebijakan yang Ingin Kubuat untuk Menjaga Kelestarian Hutan

Beberapa waktu lalu, aku berkesempatan untuk berkunjung ke Taman Nasional Danau Zamrud di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Di sana, aku dan teman-teman media melihat bagaimana Danau Zamrud tak hanya menawarkan kealamian melalui flora-fauna yang bisa dilihat oleh mata, tapi juga potensi ekonomi di atasnya.

Aku menaiki perahu menembus rawa Danau Zamrud (Dokumentasi Pribadi)
Bisa dilihat bahwa rawa-rawa yang kami lewati menggunakan perahu pompong masih benar-benar bersih. Tak ada sampah manusia terlihat mengotori sepanjang perjalanan. Suara burung bersahutan menjadi irama menarik selama kami menelusuri air gambut berwarna kecokelatan. 

Hutan alam sepanjang danau Zamrud yang terlihat rapat dan lestari (dokumentasi Pribadi)

Merasakan sendiri atmosfer Taman Nasional Danau Zamrud mendorong keinginanku untuk melindunginya. Terlebih, Danau Zamrud merupakan Danau Gambut terbesar dua dunia setelah Brazil, tentunya itu menjadi potensi lokasi bagi pemulihan iklim melalui kawasan hutan yang tersisa di Riau yakni 600.000. 

Seandainya aku menjadi pemimpin yang punya wewenang untuk membuat kebijakan, berikut ini beberapa poin kebijakan yang ingin aku realisasikan #UntukmuBumiku

  1. Memperluas Taman Nasional di tiap wilayah untuk tempat hidup flora dan fauna. 
  2. Melarang segala aktivitas pengrusakan yang berhubungan dengan kawasan Taman Nasional atau Suaka Margasatwa untuk melindungi hewan dan tumbuhan di dalamnya. 
  3. Mendukung dan memperdalam pemulihan iklim melalui FOLU Net Sink 2030 
  4. Melarang pembukaan lahan di kawasan hutan alam dan denda besar bagi yang melanggar. 
  5. Mendukung terciptanya hutan adat bagi masyarakat adat yang menjaga kawasan hutan tertentu 
  6. Membuat aturan uji penurunan emisi bagi perusahaan-perusahaan penghasil emisi terbesar melalui laporan rutin yang bertanggungjawab 
  7. Melarang perburuan liar terhadap hewan dan tanaman yang dilindungi dengan denda Rp 5 Milyar dan Kurungan minimal 10 tahun. 
  8. Itu dia beberapa kebijakan yang ingin aku buat andaikan aku menjadi pemimpin yang punya wewenang.  

Harapanku, pada akhirnya krisis iklim yang terjadi di dunia bisa di atasi melalui aturan-aturan tersebut. Tentunya, itu membutuhkan power dari masyarakat dengan bergerak bersama melalui aktivitas ramah lingkungan, sesederhana apapun itu. 

“Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!”

42 komentar:

  1. Uang 10 ribu paling untuk beli nasi uduk sebungkus dengan 2 gorengan bakwan ya Mbak hehehe. Sekali makan habis.
    Tapi bila didonasikan, dan bergerak bersama teman lain. 10 ribu X banyak pastinya akan bisa bersama bergerak berdaya bagi lingkungan.
    Jadi memang harus bersama-sama bergerak untuk terus menjaga bumi ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Pak Bambang, uang Rp 10.000 kalau untuk beli makan memang bisa bermanfaat untuk kita sendiri. Tapi kalau didonasikan jadi bisa bermanfaat untuk banyak orang :)

      Hapus
  2. Wah tangguh sekali ya perempuan dari Suku Anak Rawa. Sudah terbiasa melaut untuk memenuhi kebutuhan hidup. Salut juga untuk Pak Sadiman yang udah 25 tahun menanam dan merawat pohon beringin. Jujur aja sih, ini keren banget. Soalnya prosesnya nggak mudah dan butuh kesabaran yang tinggi.

    Kalo #BersamaBergerakBerdaya versi saya setidaknya setiap makan harus dihabiskan dan mengurangi kantong plastik saat belanja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas Hendra bene banget. Salah satu penjaga alam sebenarnya ya para suku Anak rawa dan orang seperti Mbah Sadiman ini. Tapi kita jga punya cara tersendiri kan ya untuk jaga bumi

      Hapus
  3. Banyak cara untuk ikut peduli, salah satunya dengan berdonasi, biasanya untuk penanam kembali. Sekarang ini mengurangi lapar mata, karena limbah fashion juga menambah efek rumah kaca

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Ternyata utk membuat baju-baju itu, mesin yang digunakan menyerap energi yang sangat besar. Mgkn inilah yang membuat lebih milih baju bekas.

      Hapus
  4. Kesadaran melestarikan lingkungan harus terus ditanamkan ke masyarakat. Senang juga ada orang-orang yang passionnya memang di pelestarian lingkungan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Akhir-akhir ini media sosial sangat berpengaruh mengedukasi anak2 muda. Salah satunya Pandawa grup itu sih.

      Hapus
  5. Cerita inspiratif dari Mbah Sadiman dan suku anak rawa. Betapa mereka peduli dengan lingkungan sekitarnya.
    Kita juga berkewajiban mendukung dalam menjaga bumi kita tetap lestari dengan apapun yang kita mampu, termasuk dengan berdonasi, walau hanya sepuluh ribu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bang. Sekarang kalau berdonasi manfaatnya bisa menyeluruh. Bahkan untuk alam pun bisa.

      Hapus
  6. Daku juga lihat itu di TT Pandawa group mereka bebersih lingkungan.
    Dari situ harus didukung oleh masyarakat dan banyak pihak agar lingkungan ini nyaman kembali untuk kehidupan kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salah satu manfaat medsos sih itu mbak hehe. Luar biasa aku ngelihatnya.

      Hapus
  7. yang bikin ngeri tuh polusi Jakarta belakangan. itu udah nyata banget dampak perubahan iklim. semoga aja ya masyarakat jadi semakin peduli lingkungan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Polisi Jakarta karena penggunaan transportasi tinggi emisi ya mba? Iya sih. Jakarta polusinya ngeri banget kata di media 2

      Hapus
  8. Salut dengan perjuangan Mbah Sadiman untuk menghijaukan kembali bukit Gendol di sepanjang pegunungan Lawu. ini bener bener perlu mendapat apresiasi dan juga dukungn supaya makin banyak yang dihijaukan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bang. Beliau udah sering dapat apresiasi dari banyak pihak. Luar biasa soalnya

      Hapus
  9. Mudah banget ya tinggal donasi udah ikut bergerak bersama untuk kelestarian hutan dan mitigasi perubahan iklim

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Sekarang segalanya bisa dilakukan dirumah. Termasuk mendukung aksi-aksi lingkungan

      Hapus
  10. Kalau aku sih kmrn cobain yang mengonsumsi produk makanan lokal biar rantainya ngga panjang2 dan bisa bikin kita belajar untuk ngeproses sendiri, selain hemat juga yaah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keren mbak. Itu juga bagian dari ikhtiar untuk mendukung produk pangan lokal.

      Hapus
  11. Semoga donasi yang kita berikan benar2 dibuktikan dgn penanaman pohonnya ya kak. Emg miris sih liat hutan2 kita yg ditebang dan ga ditanam kembali. Pdhl si bumi udh gerah bgt tuh. Plus iklim udh ga jls wktnya. Hutan ini emg jd satu2nya paru2 dunia. Hrs kita jaga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bang. Selain itu tanaman jga untuk membiayai para pahlawan lingkungan. Mgkn orang2 seperti Mbah Sadiman di luaran sana banyak dan membutuhkan pendanan untuk aksi-aksi penjagaan lingkungan.

      Hapus
  12. Emang benar perubahan iklim itu nyata. Banyak kejadian fenomena alam yg dulu rasanya tidak mungkin, kini terjadi di depan mata. Bumi emang sudah rusak ya. Yuk bergerak sekecil apapun untuk keselamatan bumi kita. Termasuk berdonasi ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, bener banget mbak. Sebenarnya jika kita secara bersama-sama mau berubah pasti bisa. Tentunya dukungan pemerintah juga penting.

      Hapus
  13. ternyata 10 ribu bisa sangat bermanfaat jika ditangan yang tepat dan semua bergerak untuk donasi bersama untuk lingkungan lebih baik, moga makin banyak pandawa lima lainnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Gak hanya 10 ribu. Bahkan 1000 pun jika dikumpulkan serentak manfaatnya bakalan luar biasa sih.

      Hapus
  14. Mari bergerak berdaya bersama untuk mitigasi perubahan iklim bisa dimulai dengan lakukan hal kecil, donasi pohon jadi salah satu cara.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak. Donasi pohon atau donasi untuk aksi-aksi lingkungan juga bagian penting dari upaya #BersamaBergerakBerdaya

      Hapus
  15. Sangat-sangat menginspirasi! Mengambil contoh dari Mbah Sadiman dan Pandawa grup, kita juga bisa mendukung aksi-aksi kelestarian lingkungan dengan berbagai cara. Di era digital ini, donasi online menjadi salah satu cara mudah untuk ikut berpartisipasi dalam penghijauan dan pengelolaan sampah. Selain itu, aktif dalam menyebarkan informasi melalui media sosial dan blog juga dapat membantu meningkatkan kesadaran akan masalah lingkungan. Dengan bersama-sama bergerak, kita bisa memberikan kontribusi nyata dalam memulihkan bumi dan menciptakan perubahan positif bagi generasi mendatang. #BersamaBergerakBerdaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget kak Kiki. Kita bisa berupaya apapun mulai dari rumah. Sesederhana apapun itu :)

      Hapus
  16. Ikut serta dalam menjaga lingkungan ternyata bisa dilakukan dengan hal kecil, seperti ikut kampanye lingkungan dan menyebarkannya melalui media sosial, menanam pohon, dls. Semoga kita bisa ikut serta menjaga lingkungan ya, Kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak. Semoga saja kita selalu jadi orang yang sadar akan pentingnya lingkungan bersih dan lestari.

      Hapus
  17. untuk lingkungan yang lebih nyaman dan demi kelestarian bumi dari serangan perubahan iklim ekstrem kita memang hrs ikut bergerak sih, plg gak mulai dari hal2 kecil aja dulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mbak Sinta. Sebenarnya banyak kok aktivitas ramah lingkungan yang bisa kita lakukan. Dan semuanya bisa mulai dari diri sendiri di rumah

      Hapus
  18. Kalau aku sekarang lagi fokus buat mengurangi penggunaan sampah plastik. Karena, berdasarkan data di Indonesia sampah plastik semakin menggunung dan penanganannya belum maksimal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya sih Mbak. Aku juga kadang khilaf masih sering pakai kantong plastik. Tapi mulai membiasakan diri juga bawa kantong sendiri.

      Hapus
  19. Keren banget kebijakannya Kak.. entah kenapa negara kita tuh masih banget manfaatin hutan demi alasan perekonomian.. jadi meski udh ada kebijakan dilarang memanfaatkan hutan tetap saja setelah lima tahun revisi dokumen perencanaan status hutan tersebut diubah sehingga bisa dimanfaatkan.. kan sama aja zonk..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak. Sangat disayangkan ketika hutan tidak lagi sesuai fungsinya. Perlu ada aturan tegas perihal penjagaan hutan sih

      Hapus
  20. Cuaca ekstrem memang terasa banget yak... Semoga ada Mbah Sadiman lainnya, biar makin banyak juga yang peduli sama lingkungan. Jujur loh, hutan itu banyak banget manfaatnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Kita juga bisa kok jadi seperti Mbah Sadiman, misalnya melakukan aktivitas2 ramah lingkungan kak

      Hapus
  21. Masyarakat yang tinggal di daerah yang dekat dengan alam, sangat menghargai apapun yang dihasilkan di alam. Dan ini tentunya membuat alam tetap asri dan alami. Belajar banget dari mbah Sadiman dan beberapa influencer yang terkait dengan alam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak. Dan menurutku, orang-orang yang mencintai alam itu patut untuk diapresiasi

      Hapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam