Rabu, 16 Agustus 2023

Menjaga Hutan Gambut dari Monster Bernama Karhutla

Proses pengeringan lahan gambut di Siak (dokumentasi pribadi)

"Panas yang terjadi akhir-akhir ini bukan hanya mengganggu kenyaman manusia, tetapi juga berpotensi memunculkan karhutla di wilayah rentan. Bila itu terjadi, maka kerugian bukan hanya bicara ekonomi maupun kesehatan tetapi juga kekayaan alam berupa flora dan fauna"

Temperatur di ponsel menunjukkan angka 35 derajat Celsius. Kota Pekalongan panas bukan main. Saking panasnya, saya sampai harus menyalakan kipas angin tanpa henti.

Jika diamati, Rata-rata temperatur menunjukkan angka 30-34 derajat. BMKG mengatakan bahwa kenaikan angka tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni 

  • Adanya pergerakan atmosfer yang tak biasa di wilayah Asia.  
  • Adanya gerak semua matahari yang terjadi setiap tahun.  
  • Terjadi perubahan iklim yang diakibatkan  oleh pemanasan global 
  • Dominasi monsun Australia yang membuat Indonesia mengalami musik kemarau.  
  • Pengaruh intensitas maksimum radiasi matahari dan kurangnya tutupan awan.  

Di wilayah Pantura seperti Kota Pekalongan, kenaikan suhu udara berpengaruh pada ketidaknyamanan karena tubuh akan terasa gerah. Namun di wilayah Sumatra, Kalimantan dan Papua yang notabene terdiri dari lahan gambut, kenaikan suhu berisiko memunculkan  monster mengerikan  bernama karhutla.  

Namanya monster, ia akan selalu menjadi momok menakutkan bagi siapa pun. Tercatat sepanjang Januari 2023 telah terjadi kebakaran hutan dan lahan seluas 50.570 hektare (ha). 

Bila dibandingkan dengan tahun 2022, sebesar 59.142 ha, angka tersebut memang tergolong lebih kecil. Namun itu tak menutup fakta bahwa Indonesia belum mampu melawan monster tersebut. 

Salah satu kejadian karhutla yang baru-baru ini cukup mencuri perhatian adalah terbakarnya Taman Nasional Gunung Rinjani yang terletak di Nusa Tenggara Barat, Lombok. Mulanya, masyarakat melapor bahwa terdeteksi spot api di jalur pendakian Aik Berik. 

Setelah ditelusuri ternyata kebakaran telah meluas dan menggosongkan hutan yang ada di wilayah tersebut. Menurut petugas Taman Nasional, ada sekitar 205 hektar lahan terdampak karena itu membakar vegetasi berupa pinus, perdu, semak, ilalang hingga bak-bakan. 

Baca jugaBicara Karhutla dan Pandemi. Bagaimana Bila Keduanya Berkaitan?

Saat ini, kebakaran memang belum bisa dipastikan penyebabnya, entah karena alam atau ulah manusia. Namun yang pasti, kejadian tersebut menimbulkan berbagai kerugian bukan hanya bagi alam tetapi juga manusia dan segala makhluk hidup yang tinggal di dalamnya.  

Di Indonesia sendiri, karhutla kerap terjadi di wilayah Sumatra, Kalimantan dan Papua, hal ini terjadi karena ketiga provinsi tersebut merupakan area gambut.

Pada tahun 2015 merupakan puncak keparahan dimana hutan di Riau mengalami karhutla sebesar 50.000 hektar lebih. Akibatnya, beberapa penerbangan harus mengalami pembatalan hingga terjadi sesak nafas massal akibat asap yang mengepul. 

Karhutla tahun 2015 telah membawa ingatan buruk bagi semua orang. Tak pelak, beberapa kelompok masyarakat mulai melarang adanya tindakan menyalakan api sekecil apapun itu. Hal tersebut dilakukan agar lahan gambut tak terlambar dan karhutla parah tak terulang. 

Mengenal Lahan Gambut dan Manfaatnya Bagi Kehidupan 

Indonesia merupakan negara dengan kepemilikan gambut yang cukup luas setelah Kongo dan Brazil. Gambut sendiri merupakan jenis tanah yang terbentuk dari pembusukan zat-zat organik yang mengendap selama ratusan tahun. 

Tak heran, ketika menginjakkan kaki di atas tanah gambut, tubuh akan merasa pusing karena teksturnya yang empuk layaknya spons. Nah, sama seperti spons yang jika diberi air tak mudah terbakar, lahan gambut pun demikian. Ketika gambut masih sehat, volume air yang merembes di dalamnya akan banyak.  

Namun bila gambut telah rusak, ia akan mengering sehingga mudah terbakar. Salah satu problematika pelik yang menyebabkan karhutla yakni alih fungsi lahan gambut menjadi lahan pertanian sawit. Tak sedikit oknum yang melakukan pembakaran ilegal terhadap hutan gambut. 

Pada tanggal 11 Agustus 2023 lalu, saya bersama kawan-kawan Eco Blogger Squad berkesempatan menimba ilmu bersama Kak Iola Abas selalu Koordinator Nasional Pantau Gambut.

Iola Abas dari Pantau Gambut
Mengenal gambut bersama Kak Iola Abas

Gathering kali itu bertajuk "Bersama Bergerak Berdaya Indonesia Merdeka dari Kebakaran Hutan dan Lahan" yang menjelaskan tentang peran penting gambut serta bagaimana gambut bisa mudah terbakar sehingga menyebabkan karhutla. 

Mengapa gambut yang semula basah bisa kering dan mengalami kerusakan? Perlu diketahui bahwa gambut merupakan lahan yang mengandung kadar asam cukup tinggi. Kadar asam yang tinggi itulah yang membuat ia sulit untuk ditanami pepohonan. 

Tak heran, beberapa orang memilih membakarnya atau membuat kanal-kanal untuk menyurutkan air di dalamnya sehingga bisa ditanami pohon industri seperti sawit, akasia dan sebagainya. 

Jika dilihat dari sisi industri, pembukaan lahan di kawasan gambut ini memang memberi ladang cuan, namun bagaimana dari sisi ekologi? Ternyata dampaknya cukup mengerikan. Pembukaan lahan di kawasan gambut berisiko menurunkan kawasan hutan alam. 

Padahal, hutan gambut tropis termasuk garda utama pencegah perubahan iklim. Ia juga memiliki peran penting yang tak dapat disepelekan seperti,

Bercerita sedikit mengenai salah satu peran lahan gambut. Beberapa waktu lalu ketika saya bertandang ke Riau, saya menyaksikan sendiri bagaimana masyarakat yang berada di Kawasan Taman Nasional Danau Zamrud mencari nafkah dengan menjadi petani ikan air tawar seperti toman, tapah, baung, lele, dan gabus.

Kawasan Taman Nasional yang masih lestari dengan hutan gambut tropis yang cukup tebal menyediakan berbagai fasilitas bagi nelayan di sana untuk memenuhi kehidupan.

 Apa yang Bisa Kita Lakukan untuk Menjaga Gambut?  

Sebagai orang yang lahir di wilayah Pantura yang notabene tak memiliki tanah gambut, seringkali muncul banyak pertanyaan di benak, salah satunya “Apa yang harus aku lakukan untuk menjaga tanah gambut yang ada di Provinsi Sumatra, Kalimantan dan Papua?”

Sebenarnya, untuk membuat gambut bisa kembali utuh membutuhkan waktu yang tak sedikit. Perlu bertahun-tahun dan didukung banyak pihak karena dana yang diperlukan  juga tak main-main.

Tantangan dalam mencegah karhutla (Dok : Pantau Gambut)

Gambut yang telah rusak bisa dibenahi melalui kegiatan pemulihan. Tentu, ketika pemulihan dilakukan tak boleh ada manusia yang melakukan pembalakan maupun pembukaan lahan baru. Aturan mengenai pembukaan lahan di kawasan hutan  harus dibenahi. 

Untuk saat ini, bila karhutla terlanjur terjadi, ada beberapa upaya yang dilakukan pemerintah daerah yang bekerjasama dengan masyarakat dan petugas dari berbagai lembaga melalui upaya dibawah ini, 

Hal-hal yang perlu kita ketahui mengenai pegendalian karhutla (Sumber : Pantau Gambut)

Meski demikian, bila api yang membakar sudah cukup parah maka diperlukan teknologi water bombing yang lebih besar. Tak pelak, itu membutuhkan dana yang besar pula. Berdasarkan informasi dari gathering EBS beberapa waktu lalu, untuk melakukan water bombing, bisa menghabiskan dana milyaran Rupiah.

Gak main-main kan tantangan memadamkan karhutla bila sudah terlanjur meluas. Gak heran, karhutla selalu jadi monster mengerikan tiap waktu. Terlebih ketika musim kemarau tiba. Dengan temperatur udara mencapai 30-35 derajat Celcius, berisiko memercikkan titik-titik api. 

Apa yang Bisa Kita Lakukan untuk Menjaga Hutan Gambut?

Baiklah, itu dia beberapa usaha yang bisa dilakukan pemerintah setempat bila terjadi kebakaran hutan dan lahan. Selain mereka, peran kita juga penting lho. Berikut ini merupakan aktivitas yang bisa kita lakukan untuk mendukung pemulihan lahan gambut #UntukmuBumiku

  1. Memberi edukasi melalui media sosial yang dimiliki 
  2. Melakukan donasi pohon melalui Lembaga terpercaya 
  3. Melakukan aktivitas-aktivitas ramah lingkungan 
  4. Ikut mendukung program-program penghijauan dan restorasi 
  5. Bila kamu seorang pendaki atau pecinta alam, jangan pernah menyalakan  api di lahan gambut. 
  6. Tidak merokok dan membuang pentingnya sembarangan. 
Pernah mendapati cerita tentang oknum pendaki yang melakukan kegiatan menyalakan api untuk memasak. Pendaki bijak, tidak akan melakukan pembakaran sembarangan meski untuk mengolah makanan. Mereka paham bahwa menyalakan api berarti harus memadamkan secara tuntas.

Masalahnya, tak semua pendaki memahami itu. Ada kasus yang diungkapkan pihak Basarnas bahwa beberapa kebakaran terjadi akibat nyala api dari pendaki. Api kecil sisa pembakaran membakar semak-semak kering kemudian meluas.

Jujur saja, saya merasa cukup geram dan sedih membacanya. Oleh karena itu, menjadi pendaki bijak merupakan salah satu upaya yang bisa kita tanamkan untuk mencegah terjadinya karhutla. Terlebih untuk wilayah gambut seperti di Sumatra, Kalimantan dan Papua yang mudah terbakar.
Gambut, terlihat seperti tanah biasa padahal tidak. Ia empuk seperti spons ketika diinjak

Lahan gambut memang tidak tersedia di 38 Provinsi di Indonesia, namun itu dimiliki oleh kita bersama, sehingga menjaganya merupakan kewajiban kita sebagai warga negara bukan hanya mereka yang tinggal di wilayah tersebut.

Baca juga : Gambut sebagai Rumah Bagi Keragaman Fauna Indonesia 

Saatnya Team Up For Impact melalui cara-cara sederhana yang kita mampu. Bila kita hanya bisa memberi awareness melalui media sosial, lakukan! Siapa tahu, melaluinya banyak mata dan hati yang terbuka sehingga bisa lebih hati-hati terhadap pemercik karhutla. Dengan demikian, monster tersebut tak perlu datang untuk menakuti.

15 komentar:

  1. Hai, Terima Kasih artikelnya bagus sekali. BTW Salam sesama blogger saya pingin berteman dan follow blog sampean :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Kak Hilman sudah mampir ke blog dan tulisan saya. Salam kenal ya.

      Hapus
  2. sama kak di Surabaya juga belakangan kerasa makin panas. setuju sih, kita bisa membantu sesuai dengan kapasitas kita, salah satunya dengan mengedukasi melalui media sosial. cuma kadang tuh yang agak susah mengedukasi org yg bener2 nggak peduli sama lingkungan. aku pernah baca komen org ttg polusi 'bodo amat lah sama polusi yg penting gue hidup nyaman' duh kesel banget bacanya

    BalasHapus
  3. Sebagai orang Pontianak yang sangat bersahabat dengan gambut, masalah karhutla menjadi sesuatu yang urgen, karena setahun pasti dua kali terdampak asap yng sangat mengganggu pernafasan dan penglihatan. Semoga semua bisa diatasi dengan tuntas

    BalasHapus
  4. Huhu.. Sedih banget sih ya kalo sampe semua aspek kehidupan termasuk ekonomi "dibakar habis" sama karhutla. Memang bukan harus adanya kesadaran aja, tapi juga tindakan cepat dari berbagai pihak.

    BalasHapus
  5. Di MAlang aja gak sesejuk dulu, ini gara2 pemanasan global ya?
    Ngeri banget kalau ada kebakaran hutan karena dampaknya gak hanya dirasakan di wilayah tersebut tapi juga ke daerah lain, dan berefek negatif juga bagi bumi.

    BalasHapus
  6. Kemarin saya lihat Mbak Najwa Shihab ngomongin perkiraan kondisi bumi di tahun 2050 dan itu ngeriii.
    Saya benaran berharap ada tindakan tegas dari pemerintah untuk oknum pembakar hutan.

    BalasHapus
  7. Yuk bisa yuk untuk cegah karhutla ini, karena kalau gak diatasi dengan cepat bisa-bisa hutan kita, lahan gambut yang ada makin menipis. Hayuk kita bisa untuk bersama mengatasi ini

    BalasHapus
  8. Peningkatan suhu yang terjadi memang meresahkan, Mbak. Bogor aja nih ya yg terkenal sebagai kota hujan anehnya sekarang malah jarang hujan, meskipun masuk musim penghujan.

    Memang salah satu yg menyedihkannya kebakaran hutan dan lahan juga memunculkan dampak ke pemanasan global juga.
    Udah saatnya emang kita mesti kompak bersama melakukan aksi untuk melindungi bumi, termasuk mencegah kebakaran hutan dan lahan yang masih terus terjadi.

    BalasHapus
  9. Wah Pekalongan biasanya sejuk loh kak. Kok bs ya skrg udh 35 derajat di sono. Smg dgn langkah konkret pemerintah serta berbagai pihak bs menyelamatkan negara kita dr karhutla ya kak. Apalagi soal lahan gambut ini, perlu dilestarikan tuh.

    BalasHapus
  10. karhutla memang menjadi isu serius akhir-akhir ini yang disebabkan suhu ekstrim di beberapa wilayah. ini perlu adanya kesadaran pemerintah serta berbagai pihak untuk menjaga lahan gambut, mengingat sekarang degradasi lahan gambut di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun.

    BalasHapus
  11. Gambut harus diprioritaskan ya mulai sekarang. Jangan sampai habis karena seringnya terjadi kebakaran di hutan Indonesia ini

    BalasHapus
  12. karhutla tuh emang jadi momok paling nyeremin Dari bencana di hutan ya, Karena sekali ada api, bisa cepet menjalar Dan hangus semua deh isi hutannya, padahal numbuhin segala macam tumbuh an Dan fauna nya tuh butuh waktu lama. Harus jadi kesadaran bersama jaga lahan hutan Dan lahan hijau

    BalasHapus
  13. Karhutla tahun ini memang mengerikan yaa..
    Karena gelombang el nino dan juga musim kemarau yang berkepanjangan ditambah lagi dengan campur tangan manusia-manusia yang tidak bertanggunjawab.

    Bersama bergerak berdaya untuk terus lindungi hutan Indonesia terutama lahan gambut dengan aksi-aksi kecil yang mengajak semua orang untuk melakukan hal yang sama dengan panduan dari TeamUp For Impact.

    BalasHapus
  14. hiks sedih yaa, kahutla ini :( semoga hutan Indonesia bisa lebih aman dari kebakaran hutan dan pembukaan lahan.. semoga pemerintah lebih support lagi terhadap alam..

    BalasHapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam