Senin, 16 Maret 2015

Budaya

Budaya. Bagaimana ya saya akan mengulasnya. Jika dirasakan budaya itu terlalu luas dan memiliki berbagai macam karakteristik dan sudut pandang. 

Jadi akan membutuhkan waktu lama untuk bisa menulis uneg-uneg tentang budaya. But wait, saya tertarik dengan budaya orang-orang minang di daerah Padang, Sumatra Barat. Oke saya akan mengulasnya,

Tadi malam saya share dadakan dengan teman kos saya yang kebetulan berasal dari kota Padang. Kami bercerita banyak dan bertukar informasi. Nah yang banyak diulas pada diskusi tadi malam adalah mengenai budaya pernikahan orang Padang. 

Guys, seperti yang kita tahu orang-orang padang menganut budaya Matrilineal. Mungkin teman-teman ada yang tahu, ada pula yang belum paham mengenai budaya tersebut. 

Yup saya kasih tahu ya, menurut ilmu sosiologi yang saya pelajari dulu, budaya matrilineal itu kebiasaan masyarakat minangkabau ketika menikah, garis keturunannya itu berasal dari ibu. Artinya semua hal itu dilakukan oleh wanita. 

Misalnya saja nih, saat ada acara lamaran, yang melamar itu pihak mempelai wanita, jadi bukan seperti umumnya kebiasaan kita pihak laki-laki yang melamar. 

Tapi itulah yang dinamakan budaya, sudah turun-temurun dilakukan dan mungkin sudah dianggap sebagai kewajaran.

Pernikahan ala adat minang juga cukup rumit guys, ada rangkaian acara tertentu sebelum melakukan pernikahan yang waktunya cukup lama. Meski ada yang sederhana juga sih. Dan biayanya itu lho cukup fantastis. 

Dan karena  budaya matrilineal itulah. Maka semua tanggungan yang ada berasal dari pihak perempuan. Ya walaupun sebagian besar hal ditanggung oleh perempuan, tapi bukan berarti pihak laki-laki akan melepas semua tanggungjawab yang ada.

Sebagai laki-laki sejati pasti malu kan kalau hanya mengandalkan kehidupan dari si perempuan. 

Harus iya dong. memang ada kelebihan dan juga kelemahan dari budaya tersebut. Kelemahannya mungkin si pihak perempuan akan sedikit kesulitan dalam membiayai segala hal.

Tapi kelebihan disini adalah mengenai warisan. Warisan hanya diberikan pada pihak perempuan. Jadi untuk keluarga yang punya kekayaan, kekayaan itu akan diwariskan ke anak perempuan saja.

Lepas dari itu semua, menurut saya, itulah tingkat keunikan budaya. Terdapat ciri khas disetiap sisi yang ada. Saya suka dengan pengalaman langsung dan share yang tertuju pada pengalaman seseorang. 

Jadi bukan semata-mata teori yang belum tentu tahu aplikasinya seperti apa. Dari diskusi tadi malam itulah saya jadi tahu dan merasakan sendiri seperti apa budaya Matrilineal itu.

Salam dari saya guys Nurul Mutiara Risqi Amalia. Manajemen 2013. Universitas Negeri Yogyakarta. 
Belajar menulis :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam