Kamis, 09 Februari 2023

Kereta Api dan Beberapa Memori Tentangnya

Kenangan apa yang pernah kamu dapatkan ketika naik kereta api? 

Saat itu aku masih kecil, entah usia berapa aku lupa. Namun yang pasti, waktu itu ketika aku pergi ke rumah simbah, bapak dan ibuku selalu memilih transportasi kereta api ketimbang bus.

Alasannya? Selain lebih cepat dan murah, naik kereta api tak membuat kami mabuk darat layaknya naik bus atau mobil. 

Masih ingat rasanya suasana kereta api kala itu. Kereta bernama KRD yang akan mengantar kami dari Pekalongan ke Kota Kendal terasa sesak dan brisik. Waktu itu mungkin sekitar tahun 1998-2002-an.

Penjual makanan, minuman, copet bahkan orang tak punya tiket dengan bebasnya keluar masuk gerbong. Biasanya, tiap hendak naik kereta, kami harus berada di stasiun 1 jam sebelumnya karena bakal uyel-uyelan minta ampun. 

Melalui tulisan ini, aku ingin sedikit menelusuri memori masa lalu ketika naik kereta api KRD Jurusan Pekalongan-Kendal. Kereta api saat itu benar-benar jauh dari kata tertib seperti zaman sekarang.

Karcis atau Tiket

Jika zaman sekarang tiket bisa didapatkan dalam bentuk boarding pass atau e-tiket di ponsel, zaman dulu kami menggunakan tiket yang terbuat dari karton.
Bentuk karcis pada zaman dahulu (gambar : dokumen pribadi)
Karcis tersebut biasanya berwarna-warni tergantung kereta yang dinaiki. Setelah penumpang membeli tiket, kondektur akan berkeliling dan melubangi tiket, tanda itu sudah digunakan.

Suasana Mendetail

Jika kereta zaman sekarang begitu tertata. Penumpang yang membeli tiket duduk di tempat sesuai yang dipesan, kereta zaman dulu tidak. Karena pendataan penumpang belum canggih, banyak penumpang gelap naik ke kereta.

Para pedagang bebas keluar masuk kereta meski tak membawa tiket. Pernah aku duduk  bersama pedagang makanan yang membuat kursi jadi penuh dagangan. Aturan duduk kala itu tidak jelas. Siapa pun asal datang lebih awal, bisa duduk di sembarang tempat.
Ilustrasi suasana kereta api zaman dulu (Sumber gambar : kaskus)
Jadi, andai aku punya tiket tapi didahului oleh orang lain, maka aku tak akan bisa mendapatkan tempat duduk. Lucunya, bisa jadi orang yang duduk di kursi justru penumpang gelap. Sebab, jika membludak, kondektur tak akan berkeliling untuk memeriksa.
Suasana kereta api sekarang yang sudah teratur. Ini kereta eksekutif (Dok.Pri)
Pernah ada satu momen dimana aku dan keluarga terpaksa harus berdiri karena tak dapat tempat duduk. Aku berdiri dari stasiun Weleri hingga stasiun Gringsing karena kondisi kereta yang demikian sesak. Aku sampai harus memegang erat celana kain yang bapakku gunakan agar tak terpisah karena sesaknya manusia.

Makanan

Bicara soal makanan, karena di kereta pedagang bebas keluar masuk, jadi penumpang akan membeli makanan melalui pedagang keliling. KAI pada masa itu sudah menyediakan makanan tapi untuk kereta eksekutif bukan ekonomi.

Padahal, zaman dulu, pengen banget bisa merasakan makanan khas KAI, tapi karena kondisi finansial yang kurang membuat aku dan keluarga memilih membeli makanan di tempat lain yang lebih murah.

Masih ingat rasanya waktu itu aku melihat salah satu penumpang dari kereta eksekutif yang berhenti di stasiun membeli makanan ala KAI. Aku cuma bisa membatin, "Kapan ya bisa merasakan naik kereta eksekutif dan membeli makanan dengan uang sendiri?"
Sapi lada hitam dan segelas kopi yang aku beli di KAI dengan harga
Rp 48.000 saat pejalanan ke Jakarta
Setelah bertahun kemudian, aku ternyata berkesmpatan untuk naik kereta api kembali dan bisa membeli makanan ala kereta yang dulu tak sanggup aku beli. Memang, harganya cukup mahal, tapi untuk membeli pengalaman, menurutku itu cukup worth it.

Bisa naik Lokomotif

Pengalaman naik kereta yang saat ini tak lagi bisa aku rasakan yakni naik bagian lokomotif atau kepala kereta. Dulu, aku dan bapakku pernah naik lokomotif sehingga berkesempatan melihat Pak masinis menjalankan kereta.

Kalau sekarang sepertinya sih udah gak bisa lagi. Selain karena bisa mengganggu masinis yang bertugas, itu bukan tempat seharusnya bagi penumpang. Membahayakan juga kalau menurutku pribadi.
Ilustrasi lokomotif atau Kepala Kereta (Sumber gambar : website INKA)
Salah satu keunggulan bisa naik di lokomotif, aku bisa melihat seperti apa POV yang biasa dilihat oleh masinis. Mungkin kalau waktu itu ponsel udah ada, aku bakal memiliki dokumentasinya cukup banyak.

***

Sebenarnya masih banyak berbagai hal yang ingin kuceritakan melalui artikel ini berkenaan dengan naik kereta api. Jujur, sampai saat ini, kereta masih menjadi moda transportasi favorit yang kerap aku gunakan ketika pergi ke kota lain.
Menikmati perjalanan dengan kereta api (dok.Pri)
Entah kenapa, naik kereta itu berasa santai dan jadi momen healing tersendiri. Apalagi, sekarang ada kereta baru jenis Panoramic. Tentu, bisa menyuguhkan pengalaman luar biasa bagi penumpang.
Asyiknya naik kereta api bisa melihat pemandangan untuk healing pikiran (Dok.Pri)
Aku cuma berharap, semoga aku bisa menjajal berbagai hal berkenaan dengan naik kereta api yang sebelumnya belum pernah aku coba. Misal, naik kereta Panoramic atau Luxury. Kira-kira kapan ya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam