Sabtu, 14 Mei 2022

Tenang Menyantap Makanan saat Hari Raya? Santai. Ada New Enzyplex Kok!

“Dispepsia. Apa itu? Mulanya, aku benar-benar asing dengan istilah tersebut. Namun karena suatu kejadian, aku jadi tahu artinya dan selalu berusaha untuk mencegahnya” 

*** 

Malam itu perut bapak terasa panas dan melilit. Beberapa kali bapak mual sehingga memuntahkan makanan yang telah beliau makan. Karena khawatir, akhirnya ibu mengajak bapak untuk periksa ke dokter.  

Untungnya, waktu itu pukul 1 malam sehingga jalanan tidak terlalu ramai. Dengan demikian, ibu bisa membawa bapak ke rumah sakit sesegera mungkin. 

Paginya, ibu mengabari bahwa bapak harus rawat inap di Rumah Sakit Bendan Kota Pekalongan. Dokter masih harus melakukan pemeriksaan agar penyakit bapak bisa diobati.  

Setelah 2 hari menjalani rawat inap, akhirnya dokter memberitahu ibu dan aku bahwa bapak terkena gangguan lambung bernama Dispepsia. Sejak saat itulah aku mengenal gangguan lambung bernama dispepsia.

Berdasarkan informasi dari Alodokter.com, Sindrom dispepsia adalah sekumpulan gejala yang dideskripsikan sebagai rasa tidak nyaman pada perut, seperti perut terasa penuh, kembung, sakit perut, dan nyeri ulu hati. 

Berdasarkan kelompok gejalanya, dispepsia dibagi menjadi dua, yaitu dispepsia organik dan dispepsia fungsionalYang perlu kita pahami, penderita dispepsia biasanya  akan mengalami beberapa gejala di bawah ini, 

  1. Cepat merasa kenyang saat makan 
  2. Mual dan muntah yang tak biasa 
  3. Perut terasa penuh setelah makan dengan porsi normal 
  4. Rasa perih hingga panas seperti terbakar pada lambung dan kerongkongan 
  5. Sering kentut 
  6. Mudah bersendawa 

Selama semalaman, menurut bapak, beliau merasakan beberapa poin di atas. Terutama memuntahkan makanan yang beliau konsumsi dan perut terasa nyeri seperti disilet-silet. 

Sungguh, ketika pertama kali mendapati beliau terlihat begitu kesakitan, aku tahu bahwa dispepsia bukanlah gejala medis yang bisa disepelekan. 

Apalagi, kami sekeluarga memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan lambung. Selain bapak, aku dulu saat SMA juga pernah dirawat karena asam lambung naik. Begitu pun dengan adikku sehingga harus libur sekolah selama seminggu.

Gerd, asam lambung hingga dispepsiam sendiri termasuk gangguan medis yang terjadi karena perubahan perilaku, gaya hidup, serta kondisi lingkungan yang tidak stabil sehingga memicu perubahan pola makan hingga tingkat stres manusia. 

Di Indonesia sendiri, prevalensi pengidap gangguan medis ini mencapai 40-50%. Pada usia 40 tahun diperkirakan terjadi sekitar 10 juta jiwa atau 6,5% dari total populasi penduduk.  

Berdasarkan penelitian berjudul “Hubungan Tingkat Stres dan Keteraturan Pola Makan dengan Terjadinya Dispepsia pada Usia Produktif di Puskesmas Depok III Sleman Yogyakarta” terjadi peningkatan 2 kali lipat yang mencapai angka 28 Juta jiwa atau sekitar 11,3% dari jumlah penduduk. 

Bila dilihat berdasar penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dispepsia merupakan penyakit yang sering terjadi karena berhubungan dengan pola makan. Pun jika ada faktor tingkat stres di dalamnya, muaranya tetap mempengaruhi pola makan sehingga lambung mengalami masalah. 

Gangguan Lambung Saat Ramadan atau Lebaran. Bagaimana bisa? 

Beberapa waktu lalu, tepatnya tanggal 24 April 2022 lalu, aku mengikuti Live IG bertema “How to Manage Dyspepsia During Ramadhan with Enzyme Supplementation” yang dipersembahkan oleh @idfoodblogger dan @enzyplex.Indonesia.

Para narasumber yang dihadirkan memiliki keahlian dibidangnya, 

  • Dr. Jeffri Aloys Gunawan, spPD, CHt, FINASIM (Dokter Spesialis Penyakit dalam Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk) 
  • Dr. Michael Wintrobe Octavianus Reo (Medical Senior Manager PT Darya Varia Laboratoria Tbk) 
  • Fiona (Moderator yang merupakan perwakilan dari @idfoodblogger) 

Dari IG Live tersebut, seolah memanggil kembali ingatanku tentang gejala yang bapak, adikku bahkan aku alami terkait gangguan lambung. Kebetulan, gangguan yang dibahas lebih banyak soal dispepsia. 

Nah, ternyata belum banyak yang mengenal mengenai istilah dispepsia. Lebih banyak peserta yang mengenal istilah Maag. Sebenarnya tidak salah, karena memang istilah medis untuk Maag itu menggunakan kata dispepsia. Yang jelas,  Dispepsia berbeda dengan penyakit Gerd. 

Berdasarkan info yang dinukil dari Halodoc.com, gejala dispepsia meliputi nyeri perut, mual, muntah, rasa tidak nyaman setelah makan, perut kembung, nafsu makan hilang, nyeri di perut atau dada, serta terasa ada makanan yang kembali ke kerongkongan.  

Sedangkan gejala Gerd, ditandai dengan nyeri di ulu hati, berupa sensasi terbakar yang disertai sulit menelan, mual, atau rasa pahit di lidah. Gerd terjadi akibat ketidakseimbangan antara faktor ofensif dan defensif dari sistem pertahanan esofagus dan bahan refluksat lambung.  

Pada beberapa kasus Gerd yang tidak tertangani secara cepat dan tepat, mampu memunculkan risiko kematian. Tentu saja, dengan adanya hal tersebut bukan berarti kita bisa menganggap ringan dispepsia. Kedua gangguan medis ini sama-sama menimbulkan rasa tak nyaman bukan bagi tubuh, apalagi di bulan ramadhan atau lebaran. 

Mengapa saat ramadan dan lebaran gangguan lambung bisa riskan terjadi? 

Oke, kedua momen tersebut berbeda, jadi aku akan mendedahnya satu persatu penyebab gangguan asam lambung bisa terjadi pada kedua momen tersebut. Yang pertama saat berpuasa. 

Ketika kita berpuasa, terjadi perubahan pola makan baik waktu maupun jumlah makanan yang masuk ke lambung kita. Jika tidak puasa, biasanya kita akan makan sesuai waktu yang kita inginkan. Pagi, siang dan malam hari. Namun begitu berpuasa, makanan yang masuk ke lambung hanya terjadi ketika sahur dan berbuka.  

Terjadi perut kosong antara jam subuh hingga menjelang magrib. Ahli gastroenterologi berbasis di California AS, Peyton Berookim, MD menjelaskan, dalam kondisi perut kosong dan tidak ada asupan yang dicerna, asam lambung bisa naik. Bila asam lambung naik, ia rentan melukai lapisan lambung sehingga muncul rasa nyeri tak tertahankan.

Sebenarnya, berpuasa sangatlah baik. Sebab, ketika kita berpuasa, sistem pencernaan akan mengurangi kerja berat. Namun, kita tahu bahwa ketika berpuasa, orang cenderung kalap saat berbuka. Kita mengonsumsi banyak makanan sebagai ajang balas dendam karena beberapa jam tidak makan.  

Masuknya makanan secara over ke lambung berisiko menimbulkan luka pada  karena organ tersebut harus bekerja secara ekstra dan tiba-tiba. Pada saat lebaran juga sama. Kebiasaan menyambut hari kemenangan adalah mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung karbohidrat, gula, lemak hingga pedas.  

Padahal, bila lambung dalam keadaan tidak siap, menerima makanan berat, berlemak dan pedas dalam jumlah banyak, berisiko melukai lambung. Jika sudah begini, maka dengan mudah kita akan mengalami gangguan lambung, entah dispepsia atau asam lambung. 

Berikut ini merupakan kebiasaan-kebiasaan buruk yang rentan memunculkan gangguan lambung saat ramadan atau lebaran, 

  1. Makan terlalu berlebihan 
  2. Membiasakan Pola makan tak sehat 
  3. Stres berat 
  4. Kurang Minum air 
  5. Kurang Mengonsumsi makanan mengandung serat 
  6. Kurang tidur 

Dokter Jeff dalam IG Live mengatakan bahwa di dalam lambung, ada beragam zat yang mengisi lambung, baik yang bersifat ofensif maupun defensif. Zat yang bersifat ofensif ini kurang baik bagi lambung sedangkan zat yang bersifat defensif (berupa enzim pencernaan amilase, lipase, dan protease) mampu melindungi lambung dengan benar. 

Keseimbangan antara zat yang bersifat ofensif dan defensif inilah yang dibutuhkan oleh tubuh. Dengan demikian, bila tubuh kita tak cukup waktu menghasilkan enzim-enzim pencernaan yang bersifat defensif dari dalam, kita bisa memanfaatkan suplemen enzim dari luar tubuh. 

New Enzyplex, Solusi untuk Lambung agar Tetap Waras

Keluargaku termasuk golongan orang yang sangat menyukai makanan pedas, gurih, asam dan bersantan. Gak heran, tiap kali memesan makanan melalui platform online atau datang ke resto, kami akan memilih beberapa makanan dengan kriteria tadi. 

Seperti lebaran beberapa waktu lalu, kami benar-benar memasak makanan yang cenderung berlemak dan pedas. Sebenarnya kami paham bahwa makanan-makanan tersebut berisiko memunculkan gangguan lambung, entah dispepsia atau bahkan asam lambung.

Geprek yang menjadi makanan favoritku dan keluarga (Dokumentasi Pribadi)

Namun demikian, kami tetap menyajikannya. Seperti ada yang kurang saja rasanya bila hidangan-hidangan semacam opor, rendang, sambal goreng ati, dan gorengan tidak tersaji ketika lebaran atau ramadan. 

Aku dan saudara-saudaraku termasuk pecinta pedas. So, tiap kali hendak memesan makanan via aplikasi, pasti yang akan menjadi pertimbangan kami adalah jumlah cabainya. Semakin merah warna sambalnya, semakin menggoda rasanya.

Memang, kami sering mengalami perut panas tiap selesai menyantap makanan-makanan tersebut. Namun, alhamdulillah tidak sampai mengalami gangguan lambung hingga hari ini. Mungkin karena lambung kami sudah terbiasa menerima makanan berlemak, pedas maupun asam. 

Pempek yang kami pesan via online saat lebaran lalu (Dokumentasi pribadi)

Ya, kami juga menyukai makanan yang mengandung asam seperti pempek atau sayur asam. Bila lambung sedang tidak baik-baik saja, aku yakin makanan tersebut bisa jadi sumber masalah. Namun, beberapa kali kami selalu menyiapkan tindakan defensif dengan menyediakan suplemen lambung New Enzyplex

Dokumentasi Pribadi 

Saat makan, tubuh perlu memecah makanan menjadi senyawa yang lebih kecil sehingga bisa diserap dan diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh untuk menjadi nutrisi yang bermanfaat.  

Dalam proses ini, diperlukan zat yang berperan penting, yaitu enzim, untuk membantu kelangsungan reaksi kimia dalam tubuh. Tanpa enzim, proses penyerapan nutrisi tidak dapat terjadi secara maksimal di dalam tubuh. Dengan demikian, agar lambung mampu bekerja secara ringan, diperlukan beberapa enzim tersebut. 

Sayangnya, tak semua tubuh manusia memiliki kemampuan menghasilkan enzim yang sama. Ada yang cepat ada pula yang lambat. Dengan demikian, bagi siapa pun yang membutuhkan pasokan enzim secara eksternal, New Enzyplex bisa jadi solusi suplemen enzim yang tepat.` 

New Enzyplex merupakan suplemen yang berfungsi untuk mengatasi beberapa masalah lambung seperti kembung, perut terasa penuh dan begah, sering kentut, mual-mual, nyeri ulu hati, dan untuk melancarkan buang air besar. 

Suplemen ini mengandung beberapa pasokan enzim yang bermanfaat bagi pencernaan seperti, 

  1. Amylase berfungsi untuk mengubah karbohidrat menjadi glukosa, fruktosa, galaktosa. Di dalam usus, amilase akan memecah molekul zat pati hingga menjadi glukosa, yang nantinya akan diserap ke dalam sirkulasi darah melalui dinding usus halus. 
  2. Lipase berfungsi untuk mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol (zat gula yang mengandung alkohol).  
  3. Protease berfungsi untuk mengubah protein menjadi asam amino. Terdapat beberapa jenis enzim protase, yaitu pepsin (enzim pencernaan utama di lambung), tripsin, dan kimotripsin.  
  4. Deoxycholic Acid berfungsi memecah lemak sehingga mudah dicerna oleh Lipase. 
  5. Dimethylpolysiloxane berfungsi untuk mengurai gelembung-gelembung gas dalam lambung sehingga mudah dikeluarkan oleh tubuh. 
  6. Vitamin B Kompleks berfungsi untuk membantu proses metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. 

Dengan kandungan di atas, maka New Enzyplex memudahkan tubuh kita menyediakan zat-zat yang bersifat defensif sehingga mempermudah proses pencernaan. Bila proses pencernaan mudah, itu artinya kinerja organ-organ tubuh dipermudah termasuk usus dan lambung. 

Tak heran, setiap kali aku dan keluarga makan makanan yang mengandung lemak, rasa pedas dan asam. Kami menyediakan New Enzyplex di tas maupun di tempat obat-obatan. 

Tujuannya untuk mempermudah bila sewaktu-waktu kami membutuhkannya. Kadang ketika perut terasa begah, suplemen lambung semacam ini bisa jadi partner handal. Terlebih ia aman dikonsumsi sebelum maupun sesudah makan.

Oh iya, biasanya aku membeli New Enzyplex ini di apotik terdekat, namun bisa juga memesannya via daring melalui beberapa marketplace atau platform kesehatan online dengan harga yang variatif. Aku sendiri membeli secara offline dengan harga Rp 9400,- 

Kesimpulan  

Gangguan lambung seperti Gerd maupun Dispepsia memang bisa terjadi kepada siapa dan kapan saja. Apalagi dengan lifestyle, pola makan hingga lingkungan masyarakat yang telah berubah. Keluargaku bahkan pernah mengalami gangguan lambung hingga perlu menjalani rawat inap di rumah sakit.  

Adanya pengalaman tersebut sedikit banyak membuat aku dan keluarga tetap aware dengan membiasakan mengonsumsi makanan berserat, makan tepat waktu, lebih banyak minum air mineral, kurangi makanan pedas dan berlemak (tidak terlalu sering mengonsumsinya), dan menyediakan New Enzyplex untuk suplemen lambung

Semoga dengan perbaikan pola makan, entah di hari biasa, bulan puasa maupun hari lebaran, lambung dan saluran pencernaan bisa tetap sehat sehingga kita merasa nyaman saat merayakan momen kebersamaan bersama keluarga. Akhir kata, salam bahagia untuk kita semua!

Referensi : 

  • http://digilib.unisayogya.ac.id/4629/1/NASKAH%20PUBLIKASI_TRIA%20MARESA_1710201223.pdf
  • IG Live @idfoodblogger dan @enzyplex.Indonesia
  • https://www.alodokter.com/sindrom-dispepsia-seperti-ini-gejala-dan-cara-mengobatinya
  • https://www.halodoc.com/artikel/ketahui-jenis-dan-fungsi-enzim-pencernaan-manusia
  • https://www.halodoc.com/artikel/kenali-perbedaan-antara-dispepsia-dan-gerd
  • https://www.alodokter.com/sindrom-dispepsia-seperti-ini-gejala-dan-cara-mengobatinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam