Minggu, 05 April 2020

Penting Gak Sih Ikutan Organisasi ketika Kuliah?

Saat Sekolah SD hingga SMA dulu, aku termasuk orang yang paling ogah-ogahan ikut kegiatan organisasi, entah OSIS, PMR, Pramuka atau KIR. Pikirku, kegiatan-kegiatan semacam itu hanya membuat capek dan mengganggu aktivitas pentingku yang lain. Apalagi kalau melihat teman-teman yang gabung organisasi sibuknya minta ampun, sampai harus keluar kelas pas jam pelajaran dimulai. Itu menambah deret persepsiku terhadap organisasi kian terjun bebas.

Memasuki perkuliahaan tahun 2013 lalu, adalah masa dimana aku pengen banget berubah. Aku pengen mencoba sesuatu yang baru, yakni ikutan organisasi kampus, gak kayak semasa sekolah SD hingga SMA yang hanya mengejar nilai-nilai akademis. Lagipula, organisasi kampus itu lebih variatif dan terlihat menarik. Bayangkan, di kampusku saja, untuk organisasi tingkat universitas ada sekitar 30-an lebih.  Belum lagi yang tingkat fakultas yang menyesuaikan masing-masing prodi. Jumlah yang banyak bukan?

Aku kuliah di Jurusan Manajemen pada sebuah kampus di Jogja. Suatu hari saat ada kelas, dosenku pernah mengatakan bahwa anak manajemen itu gak boleh pasif, kami harus proaktif nyari kegiatan yang bisa membangun. Termasuk kegiatan organisasi atau kepanitiaan yang diadakan kampus maupun luar kampus.

Beliau berkata bahwa organisasi akan membangun skill praktik kami sehingga terjadi keseimbangan antara skill akademis dan praktik. Anak manajemen gak boleh hanya paham teori tanpa pernah merasakan sendiri konsep-konsep manajemen yang telah diajarkan oleh dosen.
Masih bicara mengenai dosen manajemenku. Salah satu materi  yang harus sinkron antara konsep dan praktik seperti 4 fungsi manajemen menurut George R Terry yang biasa disingkat POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controling). Empat fungsi manajemen tersebut cukup mudah diingat karena materinya ringan, terlebih bagiku yang sejak SMA masuk ke jurusan IPS, istilah tersebut memang sering digaungkan oleh guru ekonomiku.

Setiap masuk mata pelajaran tersebut, POAC menjadi lagu paling merdu yang sering kudengar di depan kelas. Well, mengenai POAC,  aku memang selalu mendapat konsepnya, tetapi, melalui organisasi, semua praktik dari kelas bisa kudapatkan secara nyata. Ya, selama aku mengikuti organisasi di kampus, sedikit banyak POAC menjadi bagian tak terpisahkan.

Mengenai organisasi, tahu gak sih kalau aku ikut salah satu UKM---ditingkat universitas disebut demikian---yang menaugi minat mahasiswa di bidang teknologi. Hah?? Heloooow, aku kan anak manajemen. Ngapain masuk ke UKM berbasis teknologi yang notabene bakal terisi anak-anak fakultas Teknik?

Hmm, soal itu, awalnya aku juga agak ragu, aku ikutan UKM tersebut karena dijerumuskan diajak oleh kakak angkatan. Memang, mulanya aku terlalu polos dan tak mengerti apa soal kegiatan di dalamnya. Tetapi setelah bertahun menjalani tugas sebagai anggota UKM tersebut, aku mulai menikmatinya. Nah, pertanyaannya sekarang, penting gak sih ikutan UKM atau organisasi itu? Dan apa sih yang udah aku dapat sebagai pegiat organisasi kampus?

Baiklah, dalam ulasan kali ini aku akan berbagi pengalaman sebagai sosok yang cukup getol meramaikan sekre organisasiku tercinta bernama "UKM Rekayasa Teknologi".
UKM Rekayasa Teknologi merupakan sebuah organisasi tingkat universitas yang menaungi minat serta bakat para mahasiswa di bidang teknologi. Jika kamu pernah mendengar ada kompetisi mobil listrik atau robot. Nah, di kampusku UKM inilah yang mengurus itu semua.
Aku masuk ke UKM Restek---biasa disingkat demikian---pada tahun 2013 sebagai anggota aktif. Kemudian tahun 2014 berubah menjadi pengurus pada Divisi Teknologi Tepat Guna (divisi yang membahas teknologi terapan seperti alat pemecah kelapa dll).

Pada tahun 2015 aku naik jabatan menjadi wakil kepala divisi Teknologi Tepat Guna dengan kepala divisi berasal dari Teknik Mesin, kemudian, tahun 2016 aku didaulat menjadi Wakil Ketua Umum. Wadidaw banget kan? Heran coba, anak manajemen bisa jadi wakil ketua di organisasi yang 90% isinya anak teknik. 
Yah, awalnya aku juga cukup skeptis dengan diriku sendiri. Tapi mengingat itu merupakan organisasi tingkat universitas, semuanya bisa mungkin. Btw nih, selama aku jadi wakil di UKM Restek, berbagai proses menjadi manusia pemberani memang terbentuk dalam diriku. Jujur, awalnya aku termasuk orang yang introvert dan jaim minta ampun. Tetapi karena lingkunganku berisi manusia-manusia yang ramai, akhirnya aku ikutan terbawa. Jadi ikutan ramai deh.

Selama aku menjalani hari-hariku sebagai wakil ketua, banyak sekali masalah silih berganti. Setidaknya dari pengalamanku itu, aku jadi paham bahwa menjadi pemimpin itu tak mudah. Bayangkan, aku gak ngerti sama sekali perihal karakteristik anak-anak teknik, juga anak-anak dari fakultas lain, namun karena posisiku sebagai wakil, yang notabene mengurusi internal organisasi, aku dituntut untuk memahami perbedaan karakteristik yang dimiliki tiap orang.

Organisasi bernama UKM Restek ini memberi perubahan banyak padaku. Terutama cara pandang mengenai kepemimpinan. Tak mudah menghandle banyak kepala yang memiliki pemikiran berbeda-beda. Tak jarang konflik sering terjadi diantara para pengurus hingga petinggi-petinggi organisasi. 

Nah berkenaan dengan pengalaman berorganisasi di kampus, berikut hal-hal yang telah kudapatkan,

1. Pengalaman sebagai Pemimpin

Menjadi wakil ketua termasuk bagian dari pelajaran memimpin. Aku dituntut untuk pengambil keputusan dalam internal kepengurusan. Untukku yang sebelumnya tak memiliki basik mengatur orang dan organisasi di SMA, awalnya terasa sangat sulit. Berbagai kendala sering kutemui selama menjadi wakil. Namun, aku memiliki orang-orang yang selalu menemaniku sehingga aku bisa menyelesaikan amanahku hingga demisioner. BTW, memimpin itu memang gak mudah lho. Konflik di dalam organisasi---yang notabene pengurusnya berasal dari berbagai jurusan---banyak banget, termasuk soal cinta, eh. Jadi, aku diajarkan untuk kuat menerima kritik, menahan diri dari amarah, memahami oranglain dan gak baper sama lawan jenis, eh.

2. Skill Komunikasi

Soal komunikasi, ternyata bicara dengan tiap orang itu gak sama lho. Masing-masing memiliki etika berkomunikasi yang berbeda. Bicara dengan dosen, dengan pejabat, dengan pihak sponsor acara, dengan orang tak dikenal, dengan rektor, ataupun pengurus misalnya. Kita kudu jago memilih kata dan melihat situasi.

Pengalaman aku pernah menjadi humas di acara Seminar Nasional bertema teknologi. Aku bertugas menghubungi pejabat di Badan Inkubasi Teknologi  di Jakarta. Nah, skill komunikasiku terasah ketika bicara dengan beliau. Itu pertama kalinya aku menghubungi pejabat untuk menjadi narasumber di acara seminar via telepon. Saat itu, aku merasa gugup dan takut bukan main, keringat mengucur  begitu deras.

Setelah bertahun di organisasi, aku mulai terbiasa berkomunikasi dengan banyak orang sehingga sikap nerveus dan rasa takut mulai memudar. Bahkan, mulai hari itu, aku berani ketika harus menjadi salah satu pemateri dikala anak-anak organisasi mengadakan acara. Percaya deh, skill komunikasimu akan muncul ketika berada di organisasi, tentunya dengan berbagai macam proses.

3. Mental Pemberani

Awalnya aku bukan orang yang berani mengungkapkan sesuatu di depan banyak orang. Bayangkan, tiap harus bicara di atas panggung, muncul keringat cukup banyak. Nerveus minta ampun. Pernah satu kali aku menjadi ketua panitia sebuah kegiatan. Saat hari H, aku harus melaporkan progress acara di hadapan pengurus, panitia dan pembina.

Ampun dah, keringat keluar gak karuan. Rasanya seperti mau pingsan. Tapi gak mungkin kan aku pingsan di panggung. Justru bakal buat aku malu nanti. Nah, kebiasaan bicara depan banyak orang itu kemudian memberiku keberanian sedikit demi sedikit. Tak ayal, selama 4 tahun, aku cukup mampu mengatasi sisi introvert dalam diri.

4. Banyak Teman dan Relasi

Ini yang penting juga nih. Organisasi itu mengajarkan kita mencari teman dan relasi. Kebetulan kawan-kawanku di Restek merupakan anak teknik, jadi aku bisa berteman dengan orang yang berbeda karakter dan kebiasaan. Aku jadi kenal banyak orang. Anak dari prodi manapun yang menjadi bagian dari UKM Restek.Dan utamanya, kami bisa berbagi skill dan informasi.

Sebenarnya masih banyak hal lain yang kudapatkan ketika mengikuti organisasi di kampus seperti kesempatan jalan-jalan, menikmati fasilitas organisasi, belajar skill desain, skill menulis, bernegosiasi dan yang lainnya. Kalau boleh jujur, organisasi kampus merubah banyak hal dalam hidupku. Termasuk soal memunculkan jiwa ambivert dalam diriku.

Ya, demikianlah ulasan yang ingin aku bagikan mengenai pengalamanku mengikuti organisasi kampus. Jadi, kalau ditanya penting apa enggak sih ikutan organisasi, bagiku penting banget. Apalagi aku dari prodi Manajemen yang harusnya berkutat dengan banyak orang. Intinya, banyak manfaat yang sudah kudapatkan dari organisasi kampus. Kamu yang baru masuk sebagai mahasiswa baru, kamu harus mencoba mengikutinya ya! Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam