Kamis, 13 Agustus 2015

Sekolah dan Ceritaku Didalamnya

Perkenalkan namaku Nurul Mutiara Risqi Amalia. Biasa dipanggil Nurul, Tiara, Nur, Tia, Nara, Mut, atau apapun, terserah asal sesuai dengan kaidah,hehehe

Aku terlahir dalam keluarga besar yang berjumlah 8 orang. Kakakku, Aku, dan 4 adikku. Eh tak lupa kedua orangtuaku.

Yup, di dalam tulisan ini aku akan curhat mengenai perjalananku dari SD sampai SMA. Kutulis ini sebagai pengingatku suatu hari nanti. Siapa tahu aku lupa. Oke, begin from the basic, elementary School.

SD Negeri Pacar

Pacar adalah nama salah satu desa di Kabupaten Pekalongan. Biasanya, orang baru yang mendengar nama itu akan merasa heran.

"Hah nama desamu pacar?".

Memangnya ada yang aneh ya dengan nama itu. I don't know. Oh iya, SD Negeri Pacar adalah nama sekolah dasar dimana aku mengenyam pendidikan. Step hidupku dimulai sebagai anak kecil ingusan yang cupu dan malas. 

Meskipun begitu aku selalu ingin mendapat prestasi melebihi teman-temanku, walau agak sulit sih masa itu. Karena rekanku satu kelas banyak yang pintar melebihi aku. Dan sifatku yang masih malas-malasan menjadi penghambatku.

Di SD aku pernah mengikuti ekstrakulikuler Drum Band, ekskul yag cukup bergengsi saat itu. Aku mendapat kesempatan untuk memegang pianika, dan alat bernama tam-tam. Sangat menyenangkan.

Selama kelas 1 sampai kelas 6, ada beberapa pengalaman yang selalu teringat di otakku. Pertama adalah saat aku kelas 1 SD. Aku pernah kehilangan uang spp sejumlah Rp 3000,- dimana jumlah tersebut cukup besar pada saat itu. 

Aku dimarahi habis-habisan oleh ibuku. Padahal guruku sudah berpesan, jangan bilang ke ibu, biar beliau yang mengganti uangnya. Dasar anak kecil. Aku tak bisa menyembunyikan ketakutan dan tangisan dihadapan ibuku. Ketahuan deh jadinya,haha

Pengalaman kedua adalah saat aku ditabrak sepeda oleh kakak kelas. Masih kelas 1 SD. Ceritanya saat itu aku sedang main kejar-kejaran dengan temanku ( India-indiaan banget yah), eh ternyata dari samping si kakak kelas (sebut saja namanya Rudi) menabrakku hingga aku jatuh tersungkur. 

Saking kerasnya, badanku sampai babak belur. Aku pulang dalam keadaan kotor, penuh luka dan tentunya, terisak-isak ( Duh cengeng banget sih aku ini ). Setelah kejadian tabrak-menabrak itu, ada kejadian tak terduga. Si Rudi ternyata datang ke rumah tetanggaku yangmana bersebelahan denganku. 

Otomatis aku bilang pada ibuku bahwa anak yang duduk dirumah tetangga itu yang menabrakku. Ibuku langsung menemui dan marah-marah gak karuan sama si Rudi. Duh kasihan kalau aku ingat itu. Maaf ya. Aku masih kecil soalnya.hehe

Pengalaman ketiga adalah saat aku kelas 3 SD. Di Ulangan Akhir Semester aku pernah menggunakan kalkulator saat mengerjakan ujian matematika. Dan gregetnya ketahuan guru hingga aku dimarahi habis-habisan. Aku sampai nangis karena ketakutan akan dipanggilkan orangtua. Tapi aku bilang tidak akan mengulanginya lagi. So, dimaafkan deh sama pak guru.

Saat aku kelas 5, aku pernah tidak masuk sampai 1 bulan. Gak berturut-turut sih, tapi dikit demi sedikit. Kadang masuk, kadang enggak, kadang enggak, kadang masuk. Gara-gara hal tersebut aku sering dimarahi dan diancam akan dikeluarkan dari sekolah. Serem.

Di kelas 6 SD aku sedikit demi sedikit mulai merubah sifat burukku. Seorang guru memberiku inspirasi dan mendorongku untuk bersemangat dalam bersekolah. Beliau adalah guru yang tidak hanya menjadi favorit bagiku atau sekelas, tapi juga dari lain kelas. Beliau bernama Pak Hadiq. Pak Hadiq membuatku selalu bersemangat untuk berangkat. 

Pelajaran yang diberikan beliau tidak hanya tentang teori-teori yang membosankan. Tapi diselingi cerita-cerita lucu, haru dan unik. Selain itu sifat sabarnya itu yang disukai anak-anak. Ya, sampai sekarang aku masih memasukkan nama beliau didaftar orang berpengaruh untuk hidupku.

SMP 2 Tirto

Foto 2

Selepas bersekolah di SD, aku melanjutkan pendidikan di tingkat menengah pertama. SMP 2 Tirto. Sebuah sekolah yang terkenal di tempatku sebagai sekolah "buangan"

Why, kok bisa dikenal seperti itu?

SMP 2 Tirto terletak di wilayah yang cukup terpencil, bangunannya masih sederhana, sering terkena banjir dan merupakan sekolah yang menerima siswa yang tidak diterima di sekolah kelas favorit atau kelas menengah.

Foto 3

foto 4
Foto 3 dan 4 merupakan gambaran kondisi SMP-ku saat musin hujan. Dalam foto ke 4 ada bapak Asnawi, penjaga sekolah.

Awalnya aku agak malu masuk di sekolah itu. Yup, karena titelnya itu lho.
Aku masuk di SMP 2 Tirto karena terlambat mendaftar di SMP 1. So, tak ada pilihan lain selain di SMP tersebut.
Mindsetku tentang SMP 2 saat itu adalah sebuah sekolah yang berisi anak-anak nakal dan bodoh.
You know,

Itu salah guys. Aku belajar banyak saat bersekolah disana. Aku jadi tahu kehidupan teman-temanku yang sebagian besar dari keluarga petani dan pedagang biasa. Aku belajar mengenai karakter teman-teman dan para guru dari tempat tersebut. Aku bertemu dengan teman-teman yang sederhana. Aku memiliki guru-guru yang sangat care terhadap anak didiknya. Selain itu, aku juga tidak terlalu membebani kedua orangtuaku karena biaya di sekolah tersebut sangat murah.
Selama 3 tahun aku belajar banyak. Aku belajar bagaimana menghilangkan sikap arogan dengan memahami teman-temanku yang sederhana. Aku mulai menerima hidupku disana. Memulai mengembangkan beberapa prestasiku di bidang akademik. Prestasiku di SMP cukup bagus, tidak seperti di SD dulu.  Aku berusaha memperbaiki diri. Mulai belajar dan menghilangkan sifat malasku.

Aku masih ingat, saat Ujian Nasional dulu, aku mendapat rangking pertama dengan nilai total 32,45. Aku cukup bahagia dengan pencapaianku itu. Tak terlalu buruk.

Aku sangat mencintai SMP-ku. Aku malah pernah memiliki keinginan untuk membangunnya menjadi sekolah yang berkualitas dari segi guru maupun gedung. Sampai saat ini keinginan itu masih ada di otak. Yup, Inshaallah akan kuwujudkan.

SMA 1 Wiradesa

Foto 5

Tiga tahun aku berada di SMP, akhirnya aku bisa melanjutkan ke jenjang  yang lebih tinggi. Sekolah Menengah Atas. Aku berhasil masuk SMA 1 Wiradesa. Sebuah sekolah yang memiliki akreditasi yang cukup bagus dimata masyarakat.

Di SMA, saat kelas 10 aku menjadi seorang yang cukup getol mengejar nilai. Aku bahkan memiliki ambisi yang tinggi untuk bisa rangking 1 pararel. Namun masih cukup sulit, karena aku kurang pandai dalam matematika, Fisika dan Biologi.

Saat kenaikan kelas, ada 2 program studi yang harus kupilih, IPS atau IPA. Para guru dan orangtua menginginkanku masuk IPA namun aku menolak dan lebih memilih IPS. Aku mantap dengan keinginanku. Program itu yang sudah aku bidik dari awal masuk dulu.

Selama masuk sebagai siswa IPS, aku merasakan kebahagiaan. Aku merasa benar dengan pilihanku meski banyak guru-guru yang menyayangkan aku memilih program studi tersebut. Yah, tahu sendirilah kalau IPS itu dikenal berisi anak-anak badung dan tak taat aturan. Berbeda dari anak IPA yang cenderung rajin dan patuh terhadap guru. 

Kalau ku perhatikan sebenarnya memang anak-anak IPS cenderung lebih bebas dan senang melanggar aturan. Tapi tidak semua anak-anak IPS seperti itu. Banyak juga mereka yang keren dan cerdas. Bahkan ketua osis angkatanku berasal dari IPS. Perempuan pula. She is good in leadership. 

Sebenarnya stereotip buruk tentang IPS cukup bisa diredam saat angkatanku. Aku tak tahu mengapa, mungkin karena prestasi baik mulai terlihat dari anak-anak IPS.

Di kelas 11 aku pernah mengikuti olimpiade ekonomi tingkat kabupaten. Aku mendapat peringkat 5, sehingga tak berhak masuk ke tingkat selanjutnya. Aku juga pernah mengikuti lomba bahasa Prancis di UNNES. Hasilnya sama peringkat 5. Cukup baguslah untuk pemula yang baru belajar selama 1 tahun.hehe

Di kelas 12, aku cukup sibuk mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional. Belum lagi. Aku diharuskan untuk mengambil keputusan mau apa setelah lulus nanti. Aku tak pernah membayangkan akan kuliah. Awalnya. Namun karena guruku memberi dorongan untuk melanjutkan maka aku mengikuti saran dari guruku tersebut. Terlebih lagi aku sudah mengkonsultasikan ke kedua orangtuaku. Dan mereka berdua setuju.

Aku memilih 2 jurusan di UNY yang pertama adalah Manajemen dan Pendidikan Ekonomi.
Lalu 2 jurusan di UNNES, Manajemen dan Pendidikan Sejarah.
Aku memilih jurusan-jurusan tersebut karena sesuai dengan basikku, IPS.

Foto 6

Sekitar bulan Mei aku lulus dari SMA. Tinggal menunggu pengumuman dari universitas yang aku pilih. Ada 1 jawaban yang kutunggu. Itu menjadi saat paling horor dalam hidupku. Terdapat 2 jawaban nantinya. Ya atau tidak diterima.

Post By : Nurul Mutiara R.A ( Manajemen 2013 ; 2.12 WIB ; Yogyakarta )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam