Laman

Kamis, 25 Januari 2024

Pentingnya Waspada terhadap Orang Asing saat Solo Traveling

Waspada pada stranger saat traveling itu perlu

Kegiatan traveling memang bisa jadi pengalaman menyenangkan bagi tiap orang. Apalagi bila traveling ke lokasi yang jauh dari rumah. Tentu dibutuhkan keberanian bila melakukannya secara sendirian.

Traveling sendiri atau solo traveling memang bukan hal yang mudah jika baru pertama kali. Terlebih ketika kamu tak pernah ke luar kota, provinsi atau bahkan negara. Lalu, apa saja sih tips untuk traveler yang melakukan perjalanan sendiri? 

Saya pernah membaca sefruit tips dari seorang traveler kawakan bahwa ketika melakukan solo traveling, ada baiknya tak mudah percaya dan akrab dengan orang asing (stranger). Takutnya orang tersebut justru membawa dampak buruk, terutama jika kamu seorang perempuan.

Sebuah pengalaman buruk ketika bicara dengan orang asing pernah saya baca di platform Quora. Sebut saja pencerita bernama Mayang. Ceritanya, Mayang hendak melakukan perjalanan dari Jakarta ke Yogyakarta.

Baca juga : Traveling ke Taman Mangrove PIK, Jakarta 

Waktu itu ia hendak berkunjung ke salah satu saudaranya menggunakan moda transportasi kereta api. Mayang melakukan perjalanan di malam hari. Di kursi kereta, Mayang bertemu dengan seorang bapak-bapak berusia 45 tahunan. 

Bapak tersebut terlihat ramah dan banyak bercerita. Tak enak jika abai, tiap kali si bapak itu bertanya, Mayang selalu menjawab dengan ramah. Sayang, keramahan itu ternyata membawa hal yang kurang enak. 

Dari awalnya bertanya hal-hal sepele hingga akhirnya bertanya hal yang mengandung privasi seperti pernikahan, pacar, tempat tinggal dan tempat bekerja. 

Mulai agak risih, Mayang memutuskan memakai earphone untuk menghindari komunikasi dengan si bapak. Sekilas, dari pantulan kaca jendela, Mayang melihat si bapak menatap badannya lekat-lekat, terutama bagian dada. 

Bahkan, tangan si bapak sudah berani memegang kaki Mayang. Sontak, Mayang kaget setengah menjerit. Ia berkata bahwa ingin rasanya menangis tapi tak bisa. Hanya membisu di kursi kereta.

Takut jika berlanjut ke arah yang tidak-tidak, Mayang memutuskan menuju ke depan toilet. Ia hendak menenangkan diri. Sesampainya di stasiun Jogja, Mayang kembali menuju kursi. Si bapak masih ada di sana dan berkata, 

"Mbak, di Jogja ada temennya gak? Kalau gak ada, nginep di tempat saya juga boleh" Sambil tertawa menggoda. 

Saking jengkelnya pada si bapak, Mayang langsung berucap keras, 

"Bapak itu punya istri dan anak gak sih, kalau punya, kemana memang? Genit amat jadi orang"

Muka bapak tersebut langsung merah menahan malu, ia langsung bergegas pergi. Sepertinya si bapak tak menduga kalau Mayang bakal berani melawan dan memarahinya. Setelah itu, Mayang menelpon saudaranya dan minta dijemput. 

Mayang sempat menengok ke segala arah. Takut si bapak masih mengikuti dari belakang. Beberapa menit kemudian, saudaranya datang dan Mayang pun bergegas pergi. Di akhir cerita, Mayang menegaskan jika bertemu stranger, ada baiknya jangan terlalu ramah. 

Perlu adanya border terhadap orang asing sehingga kita tidak terlihat mudah terkena tipu daya atau polos. Bahaya beneran. Takutnya kalau berujung pada pelecehan atau tindakan kriminal lainnya. 

*** 

Dari cerita Mayang, aku jadi terpikir untuk tak mudah ramah pada siapapun yang tidak  kukenal. Terlebih, ketika melakukan solo traveling. Meski di zaman ini sudah banyak CCTV dan orang yang dimintai tolong, tapi yang namanya apes tidak ada yang tahu kan? 

Jika bertemu stranger, ya bicara seperlunya saja. Tak usah sampai over sharing mulai dari status pernikahan hingga alamat tempat tinggal. Bahaya! 

Jika ditanya kepo sama stranger, jawab sekenanya, atau dengan haha hihi. Kita tak pernah tahu latar belakang orang, terlebih belum dikenal. Pasang muka judes kalau gak suka dengan percakapan antara kamu dan orang asing itu. 

Kalau pengalamanku pribadi, aku pernah bertemu dengan bapak-bapak di kereta. Berusia sekitar 40-50 tahun. Awalnya si bapak ngobrol biasa, tapi lama-lama bertanya yang---menurutku privasi---seperti soal pernikahan, pacar, suka orang yang kayak apa dan sebagainya. 

Ya kali, udah tua kok tanyanya begitu. Kalau basa-basi soal pekerjaan atau asal kota sih gak masalah. Tapi kalau udah soal percintaan, menurutku bukan urusan dia.

Baca juga : Traveling ke Bali melalui Bandara Adi Sumarmo, Solo

Well, karena aku paling gak nyaman ditanya semacam itu. Aku hanya menjawab singkat-singkat saja. Berkaca dari banyak pengalaman orang bahwa orang asing belum tentu baik, aku hanya berinteraksi seperlunya. 

Dibilang galak, bodo amat sih. Pada dasarnya, orang yang terlihat ramah dan polos, mudah diperdaya oleh orang yang berniat jahat. Makanya aku gak mau itu terjadi padaku. Tapi, bukan berarti semua stranger itu buruk kok.

Pernah ketemu stranger, ibu-ibu yang melakukan perjalanan dari Semarang ke Kalimantan. Nah, aku naik pesawat yang sama nih ke Jakarta. Karena aku baru naik pesawat, si ibu itu yang bantu aku ngarah-ngarahin pas transit. Terbantu banget. 

edit by canva

BTW, biasanya, kamu bakal tahu kok kalau omongan stranger itu masih relevan atau udah mengganggu privasimu. Kalau dinilai udah mengganggu kamu, cobalah untuk stop berinteraksi. Bila perlu, keluarkan muka judes biar gak ditanya macem-macem lagi. 

Another story, 

Aku juga pernah nih denger percakapan penumpang di kereta. Waktu itu aku melakukan perjalanan dari Jakarta ke Pekalongan sekitar pukul 10 malam. Nah, depanku ada mbak-mbak gitu yang duduk sebelahan sama laki-laki sekitar umur 35-45 tahunan.

Mbak itu awalnya ditanya ke Pekalongan dalam rangka apa. Lalu si Mbak menjawab kalau ia kuliah di salah satu kampus swasta di Pekalongan. Tanpa tedeng aling-aling, laki-laki di sebelahnya bilang 

"Kenapa kok milih kuliah di swasta, gak negeri aja. Padahal kalau negeri nanti blablabla. Prospek kerja blabla" 

Si mbaknya masih menjawab santai. lalu, si laki-laki ini tanya lagi menyoal pacar, orang tua dan hal-hal yang menurutku (sebagai pendengar) gak perlu. Dia nerocos mulu, dan si mbaknya cuma haha hihi menjawab seperlunya.

Mungkin karena udah males, si mbaknya ngambil earphone dan bilang sama laki-laki di sebelahnya kalau mau ndengerin lagu, baru laki-laki itu pun diam. Suasana kala itu sepi. Orang-orang pada tidur. Makanya ketika orang di depanku ngomong, bakal kedengeran jelas. 

Baca juga : Travelingku ke Pulau Bali

Sejak saat itu, aku jadi mikir juga bahwa terlalu ramah ke orang lain itu jangan dibiasakan. memang, tak semua orang itu jahat atau mengganggu. Tapi, untuk menghindari segala kemungkinan, waspada terhadap orang asing juga penting bukan?

17 komentar:

  1. Aku tipe yg udah males ramah2 begitu 😅😂. Beberapa kali pengalaman, terlalu ramah malah kena scam ujung2nya 🤣.

    Tapi terkadang pas sedang traveling ke suatu negara yg mana orang2nya memang ramaaah tanpa tendensi apa2, jadi bingung mba 😂. Ini orang baik beneran atau apaaa nih 😄. Ada bbrp negara yg memang ramah byangetttt orang2nya. Buat kita yg udah pasang muka jutek, jadi ga enakan hahahahah. Contohnya kayak turkiye, iran, belarus, itu orang2nya super ramah. Mereka ga segan menawarkan bantuan. Yg masa kita pikir jebakan bukan niiih. Ntr minta duit gaaa 😅. Ternyaga memang tulus ngebantuin 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Memang gak semua stranger itu mencemaskan kok. Ada yg emang baik dan bisa membantu kita saat susah. Cuma ya memang kudu tetap waspada sih hehe

      Hapus
  2. Melakukan solo traveling memang kudu tau trik-triknya. Termasuk bagaimana mengatasi bertemu dengan orang asing di perjalanan. Kebanyakan orang asing yang memang punya niat yang nggak², akan mengincar perempuan yang kelihatannya lemah. Maka dari itu, pandai-pandai mengatur strategi supaya bisa lebih aman saat berinteraksi dengan orang nggak dikenal. Kita juga bisa sih belajar dari pengalaman orang. Dan di Quora ini salah satu platform yang recommended untuk membaca ragam pengalaman orang-orang. Very nice sharing 👍👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas Hendra. Bener banget. Kalau traveling itu yang rentan memang perempuan. Makanya waspada emang dibutuhin terutama kalau ketemu lawan jenis.

      Ya, walaupun gak semua stranger itu mencemaskan. Tapi memang tep kudu skeptis untuk jaga-jaga.

      Hapus
  3. Saya kalau naik kereta atau bus di perjalanan jauh, saya juga tidak terlalu banyak ngomong, Mbak. Kalau sekadar basa basi boleh. Tapi kalau mulai bertanya hal privasi, saya jawab sembarangan saja. Toh, kalau sudah turun, akan berpisah hahaha.
    Tapi saya pernah kecolongan Mbak. Pas naik busway. Ada bapak-bapak awalnya nanya pekerjaan saya apa. sya jawab penulis freelance. Eh... terus bertanya sampai berapa honornya, sebulan berapa pemasukan, cukup apa tidak hahaha. sejak itu, saya kapok meladeni hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkw bener banget Pak Bambang. Kadang orang suka kebablasan nanya yang bukan ranahnya. Jatuhnya jadi badmood dan kapok. Akhirnya males interaksi lagi

      Hapus
  4. Aku yg diam aja sih klo naik kendaraan umum, takut ganggu dan memang canggung untuk mulai percakapan. Mayang harus lebih berani tuh, gebuk aja bapaknya pakai tas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkkw untung di akhir, si Mayang langsung marah2 sama si bapak. Kalau enggak, mungkin bakal dianggap sebagai cewek polos.

      Hapus
  5. Dulu pas perjalanan pernah ketemu teman seperjalanan bapak-bapak yang super kepo, nanya ini itu enggak berhenti-berhenti, dijawab sekenanya terus dikejar dengan pertanyaan lainnya, ujung-ujungnya banggain anaknya sendiri duhhh wkwk gondok bener dibanding-bandingin stranger.

    untuk perempuan yang solo traveling semoga selalu dipertemukan orang baik di seperjalanan.

    BalasHapus
  6. untuk negara tertentu yang sudah masuk red notice dari traveler lain pasti aku akan sangat membatasi diri even mau tanya alamat atau lokasi tertentu. Aku usahakan ke kantor polisi atau berusaha google maps kalau emang kuota memungkinkan. udah paling aman

    BalasHapus
  7. Justru itu saking parnonya, aku tidak pernah lagi traveling sendiri. Aku selalu ajak 1 teman utk bareng2 traveling apalagi klo rencana untuk melancong ke luar negeri

    BalasHapus
  8. Waspada memang perlu, dan kalo bisa ya jangan ramah² banget dah, karena seperti kata lagu ya, "dunia tipu²". Jadinya ketika memang ada yg beneran tulus ramahnya yg bikin kasihan ya, orang udah keburu antipati duluan

    BalasHapus
  9. Solomtravelling memang banyak tantangannya, slaah satunya ancaman bahaya dari orang ga dikenal. Tapi, mwskipun banyak tantangannya, banyak juga hal yang menyenangkan

    BalasHapus
  10. Aku belum sih solo traveling yang jauuuh banget sampe antar provinsi gitu hehehe, pernahnya antar kota sendirian naik bus umum wkwkwk itu pun karena tugas dari kantor hihi

    BalasHapus
  11. Sebenernya seru ya kalau ngobrol sama orang asing, cuma ya memang harus waspada banget. Aku pernah soalnya lagi solo traveling ke Thailand, ngobrol sama orang asing berakhir kena tipu. Sedihh..

    BalasHapus
  12. kita samaan sih mba, aku juga suka baca thread di quora. banyak banget topik yang penting gak penting tapi sebetulnya penting untuk di sharing dan jadi insight. bahkan hal hal yang , " ini apa sih kok dibahas" tapi jadi hiburan tersendiri. Btw soal bicara dengan orang asing, sama sih aku juga kurang suka basabasi sama orang asing. gak hanya bapak bapak tapi juga ibu ibu yang kayaknya gabut pengen ngobrol selama perjalanan.

    saya sih lebih baik dari awal pasang earphone atau baca buku. aman deh, hihihi.

    BalasHapus
  13. kita samaan sih mba, aku juga suka baca thread di quora. banyak banget topik yang penting gak penting tapi sebetulnya penting untuk di sharing dan jadi insight. bahkan hal hal yang , " ini apa sih kok dibahas" tapi jadi hiburan tersendiri. Btw soal bicara dengan orang asing, sama sih aku juga kurang suka basabasi sama orang asing. gak hanya bapak bapak tapi juga ibu ibu yang kayaknya gabut pengen ngobrol selama perjalanan.

    saya sih lebih baik dari awal pasang earphone atau baca buku. aman deh, hihihi.

    BalasHapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam