Laman

Selasa, 17 September 2019

Dari Warung Tradisional Hingga Digital, tetap Merdeka Bersama KUDO

Warung tradisional di puncak Gunung Lawu
(Sumber gambar : Kompas.com)
Wakiyem nama aslinya. Orang-orang biasanya memanggil wanita beranak 4 itu dengan sebutan Mbok Yem. Ya, siapa yang tak kenal dengan pahlawan bagi pendaki di Gunung Lawu ini. Sosok yang mampu memanjakan perut pendaki, dari ancaman kelaparan karena perjalanan jauh. Mbok Yem merupakan pemilik warung tradisional “Argo Dalem” yang berada dekat dengan Hargo Dumilah, puncak tertinggi gunung Lawu.

Jualan di Puncak Gunung Lawu? Benar, kalian memang tak salah membaca. Puncak Gunung Lawu merupakan tempat dimana warung sederhana milik Mbok Yem memijak. Beliau diketahui telah menetap di sana sejak tahun 1980-an. Cukup lama bukan?

Tatkala berjualan, Mbok Yem memang tak sendiri. Beliau dibantu oleh beberapa orang kepercayaannya saat menyiapkan makanan hingga nyetok barang. Bisa dibayangkan, bagaimana perjuangan Mbok Yem dan yang lainnya tiap kali membawa stok dagangannya, agar mencapai puncak dengan ketinggian 3265 Mdpl itu.
Warung Mbok Yem yang unik dan dikenal para pendaki G. Lawu
(Sumber gambar : Hipwee)
Warung milik Mbok Yem cukup tersohor di kalangan pendaki hingga masyarakat biasa, termasuk aku yang bahkan belum pernah menjejak ke sana. Aku mengenal cerita warung mbok Yem dari salah satu kawan yang pernah mendaki ke Lawu. Kata kawanku, Mbok Yem menjual aneka macam makanan seperti nasi, pecel, mie instan rebus hingga aneka jajanan dan minuman khas warung tradisional. Sungguh luar biasa.

Selepas mendengar cerita tentang warung mbok Yem, aku merasa begitu kagum sekaligus sedih. Kagum karena beliau mampu bertahan untuk berniaga di wilayah yang dikenal bercuaca ekstrim, tapi disisi lain, aku merasa sedih karena merasakan perjuangan yang harus dilakoni Mbok Yem demi menenuhi perekonomian keluarganya. Mampukah warung milik Mbok Yem ini terus bertahan?

Mbok Yem merupakan satu dari sekian pemilik warung tradisional yang masih eksis lantaran keunikan dan kerja keras yang tak pernah lelah. Aku yakin, dibalik ketersediaan produk makanan yang beliau hadirkan, ada perjuangan yang tak bisa diceritakan. Peluh hingga rasa pegal karena memanggul barang untuk dibawa ke atas.
Berbicara tentang warung tradisional, sebenarnya eksistensi mereka masih dibutuhkan oleh sebagian orang. Terutama bagi masyarakat yang berada di wilayah nun jauh dari kota, di pedalaman atau pedesaan misalnya. Warung tradisional merupakan tempat paling dipercaya untuk membeli sembako, sayuran, jajanan hingga kebutuhan yang lain.

Di kampungku sendiri, warung tradisional masih menjadi pilihan para ibu yang hendak berbelanja sayuran dan sembako. Seperti ibuku yang belanja kebutuhan pokok tiap bulan. Kalau urusan sembako, beliau lebih memilih membeli di warung tradisonal ketimbang di minimarket. Sebab, selain harga lebih murah, letaknya juga hanya beberapa deret dari rumah. So, ibu tak perlu ribet menyiapkan kendaraan untuk menuju ke minimarket yang letaknya cukup jauh.
Tak bisa dipungkiri kelebihan warung tradisional yang memperbolehkan konsumennya berhutang, menjadi daya tarik tersendiri. Bayangkan, andaikata kita tak memiliki uang tapi membutuhkan suatu barang, kita tetap bisa mendapatkan barang tersebut dengan ketentuan membayar belakangan. Jelas saja, itu bakal membantu banyak orang. Apalagi, di pedesaan masih banyak masyarakat yang belum mapan secara finansial. Diperbolehkan berhutang setidaknya mampu membuat dapur mereka tetap mengepul.

Berbeda ketika kita membeli barang di minimarket, kita harus membayar lunas dan tak ada sistem berhutang layaknya warung tradisional. Para konsumen tentu bukanlah masyarakat yang datang hanya dengan sejumput uang. Rata-rata yang datang ke minimarket adalah mereka yang membawa cukup uang untuk dibelanjakan barang yang dibutuhkan sekaligus diinginkan.
Toko online atau marketplace juga demikian. Dengan sistem pembayaran via transfer hingga Cash on Delivery, masyarakat yang hendak membeli barang melalui keduanya, harus memiliki cukup dana di dalam rekening bank. Tentu saja, pembayaran barang via transfer banyak menjadi pilihan. Cuma bermodalkan klik dan scroll e-banking di smartphone, barang sudah bisa terbeli oleh konsumen.

Bisa dilihat, baik warung tradisional, warung modern hingga warung digital memiliki target pasarnya masing-masing. Namun demikian, dengan adanya gempuran inovasi, promosi dari warung modern dan digital, bisa jadi eksistensi warung tradisional kian menurun. 

Jika kondisi tersebut dibiarkan, semakin banyak warung tradisional yang bisa gulung tikar. Padahal, warung tradisional diketahui sebagai penyumbang kesejahteraan bagi masyarakat kecil. Warung tradisional termasuk UMKM yang bisa menggerakkan perekonomian masyarakat desa. masih ingat warung Mbok Yem? Ya, warung tradisional lah yang telah menghidupkan pundi-pundi ekonomi bagi Mbok Yem.

Namun, karena perubahan zaman itu pasti, maka harus ada inovasi dari warung tradisional supaya bisa tetap bersaing dengan minimarket atau warung digital. Setidaknya dari segi  variasi produk yang dijual hingga pemberian promo menarik bagi pelanggan. Ya, aku yakin itu bisa tercipta jika terjadi kolaborasi apik antara warung tradisional bersama KUDO.
KUDO atau Kios Untuk Dagang Online merupakan aplikasi digital yang memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berdagang online. Sistemnya hampir sama dengan marketplace. Hanya saja, KUDO juga menyediakan layanan kemitraan dengan warung tradisional. Nantinya, pemilik warung tradisional bisa mendaftarkan diri dan menggunakan aplikasi KUDO sebagai bagian dari penyedia produk yang dijual di warung.
Ketika warung tradisional mendaftar sebagai mitra KUDO, ia otomatis menjadi warung semi digital. Artinya, warung tersebut memang menjual barang secara offline tapi juga tak menutup kemungkinan menyediakan barang secara online. Tak hanya itu saja, KUDO juga menawarkan berbagai fitur yang membantu warung tradisional untuk menyetok barang.
Adanya fitur grosir sembako membantu warung bisa melengkapi stok sembako dengan harga lebih terjangkau dan tanpa ribet. Nah, menyoal sembako biasanya berhubungan langsung dengan ibu-ibu yang melakukan belanja bulanan. Melalui aplikasi KUDO, warung tradisional tak perlu khawatir kehabisan sembako karena selalu tersedia stok sembako dengan berbagai versi harga.

Sebagai aplikasi ramah warung tradisional, KUDO juga memiliki fitur kekinian lainnya yang tak kalah dengan minimarket atau marketplace tersohor. Nah, fitur apa aja sih yang ditawarkan oleh KUDO. Ini dia jawabannya.
Transfer Uang

Tak bisa dipungkiri, transfer uang menjadi kegiatan paling penting di era digital. Kalau kamu yang terbiasa menggunakan smartphone dan layanan e-banking pastinya sudah terbiasa berkirim uang hanya dengan klik dan scroll, namun apabila kamu bukan pengguna layanan e-banking, kamu bisa kok transfer uang dengan aplikasi KUDO.

Bisnis Pulsa

Bagi warung tradisional yang secara offline tak menyediakan etalase jual pulsa. Bisa banget menggunakan aplikasi KUDO untuk berbisnis pulsa. Keuntungannya, warung tak perlu lagi menyediakan etalase atau ruangan khusus untuk menjual pulsa. Tinggal klik dan scroll di aplikasi KUDO, warung sembako pun bisa sekaligus jadi counter pulsa.

Payment Point Online Bank (PPOB)

Pernah punya pengalaman mau bayar tagihan listrik, PDAM, Asuransi, domain tapi tempatnya jauh? Nah, bagi kamu pelanggan yang pernah punya pengalaman semacam itu, bisa kok bayar tagihan yang kamu miliki melalui warung tradisional yang telah bermitra dengan KUDO. Soalnya, KUDO menyediakan pembayaran PPOB bagi mitranya.

Bayar Tagihan Telepon


Sama halnya seperti membayar tagihan pada PPOB, membayar tagihan layanan telepon juga bisa dilakukan di warung yang bermitra dengan KUDO. Kadang, dengan jarak yang jauh orang menjadi malas untuk membayar tagihan. Hadirnya warung bermitra KUDO bakal mempermudah pelanggan melakukan pembayaran tagihan telepon.

Tiket Kereta

Warung yang bermitra dengan KUDO memberi layanan pembelian tiket via aplikasi. Jadi, bagi pelanggan yang butuh cepat pembelian kereta tapi tak memiliki saldo digital untuk membayar pembelian tiket. Bisa langsung datang ke warung mitra KUDO untuk membelinya. Well, kita bisa membayarnya tunai tanpa takut ribet kehabisan tiket.

Daftar Grab

Apa, daftar Grab bisa via KUDO? Ya, kalau semisal kamu pengen banget nambah penghasilan dengan menjadi ojek online. Bisa banget mendaftarkan diri lewat agen KUDO atau menjadi agen KUDO dengan mendaftarkan diri.
Nah, kalau kamu pemilik warung yang bermitra dengan KUDO, banyak banget benefit yang didapat selain nambah kenalan juga dapat komisi dari KUDO sebagai mitra paling rajin. Pasti mau donk?
KUDO keren banget ya. Ia merupakan teknologi buatan anak negeri yang gak hanya berniat memajukan Indonesia dengan menginisiasi oranglain untuk jadi pengusaha digital. Tapi  juga turut membantu warung-warung tradisional agar  menjadi Warung Digital Serba Bisa yang tetap memiliki eksistensi.

Aku yakin dengan hadirnya KUDO ini, warung tradisonal yang berada di pedesaan tau pedalaman pun bisa tetap menjejak, mengibarkan eksistensinya lewat variasi produk yang dijual. Ya, karena warung tak hanya stuck pada sembako saja sebagai produk unggulan, tapi juga produk lainnya seperti pulsa atau bahkan jasa. Nah tunggu apalagi, yukk segera merdekain warung kamu dengan menjadi mitra KUDO!


"Artikel sedang diikutsertakan dalam perlombaan Merdekain Warung Blog Competition oleh Kudo"


Sumber Foto :

Hipwee dan kompas.com
Website KUDO dan Dokumentasi Pribadi

4 komentar:

  1. Wah keren yang Kudo, memberdayakan warung di era digital. Warung sembako pun bisa jadi warung pintar.

    Besok klo cari tiket kereta/pesawat cek kudo aja!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaps, bener banget. Warung tradisional jadi bisa kebantu karena aplikasi KUDO :)

      Hapus
  2. Wah, aku suka Kudo. Keren bisa membantu warung tradisional utk bangkit. Inspiratif mba 😉

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, bener banget. Pas aku instal aplikasinya emang penawarannya keren sih. Coba deh :D

      Hapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam