Laman

Selasa, 31 Januari 2017

Lets be good Wife and Super Mom

Sembari belajar desain ringan di laptopku, aku membaca beberapa artikel yang muncul di beranda facebookku. Di berandaku aku menemukan opini mengenai nikah muda. Nikah muda kurasa menjadi booming akhir-akhir ini semenjak putra dari Ustad Arifin Ilham--Alvin--menikah di usia yang sangat belia yakni 17 tahun.

***
Hai my blogku yang kece,

Aku hari ini ingin banget berbagi uneg-uneg mengenai pernikahan menurut versiku dan persiapan-persiapan yang harus dilakukan ketika menjadi calon istri.
Yaps, Setidaknya tulisanku ini nantinya untuk mengingatkanku kalau aku mau menikah---Mungkin bisa jadikan pengingat supaya aku bisa menjadi istri dan ibu yang baik. Cia..cia..cia 
But, sebelum itu aku akan memulainya dari opiniku mengenai pernikahan dan nikah muda.

Pernikahan sejatinya merupakan cara terbaik untuk menyatukan 2 orang yang saling mencintai. Ya, pernikahan membawa manusia pada penyatuan cinta yang sah dan hakiki. Banyak orang melakukan pernikahan karena berbagai alasan. Salah satunya alasan mengindari tindakan yang buruk (Zina). Untuk mengindari tindakan yang tak diinginkan, pernikahan menjadi salah satu jalan yang dipilih orangtua. Di desa-desa misalnya, banyak terjadi pernikahan di usia yang sangat muda

Banyak  temanku SMP dan SMA yang sudah menikah . Rata-rata dari mereka tak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Mereka sudah bekerja dan berpenghasilan sendiri. Sehingga tidak heran kalau mereka memutuskan untuk menikah. Namun disisi lain ada juga yang menikah muda karena Accident. Yups, (Maaf) hamil diluar nikah. 
Melihat alasan yang terakhir, aku sangat setuju jika pernikahan di usia muda di lakukan. Yakni untuk menghindari zina. Namun keputusan melakukan pernikahan muda pun perlu adanya persiapan.

Di usia seperti sekarang ini aku sudah  harus memikirkan banyak hal (Persiapan yang dibutuhkan untuk menikah). Bukan hanya mengenai finance namun juga mengenai mental. Persiapan untuk suatu pernikahan itu membutuhkan :

1. Material (Bukan material bangunan lho ya)
Material berupa kemampuan finansial. Nah untuk ini bisa diusahakan. Aku tidak menitikberatkan memilih calon suami yang kaya, tamvan rupawan,  memiliki kendaraan ala Boy anak jalanan atau mobil Lamborghini ala Milyarder Dubai. Tak harus seperti itu. Materi yang aku butuhkan untuk sebuah pernikahan nantinya adalah kecukupan pembayaran biaya-biaya hidup seperti kebutuhan rumah tangga, tempat tinggal dan biaya perkembangan anak-anak. Pendidikan dan juga kebutuhan fisik mereka.  Sekedar bocoran nih,
kriteria calon suamiku sih lebih  pada dia memiliki karakter, agama yang baik dan tentu aku mencintainya. Kalau dia memiliki karakter atau ahlak yang baik tentu memiliki tanggungjawab menafkahi, bekerja keras, tak mudah mengeluh dan sebagainya.

2. Mental
Mental berani dan tak mudah mengeluh untuk menjadi seorang istri dan ibu. Ini penting banget. Apalagi ketika jadi ibu untuk pertama kalinya. 
Menurut sebuah penelitian, seorang wanita akan mengalami sindrom pasca melahirkan yang disebut Baby Blues. Sindrom ini terjadi pada 14 hari hingga 1 bulan pertama pasca melahirkan. Gejala yang dialami berupa kegalauan dan kecemasan berlebih. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan hormon estrogen yang membuat seorang ibu akan mengalami rasa lelah, depresi dan perubahan mood yang sering. (Bidanku.com)

Belum lagi kehadiran si kecil akan mengurangi intensitas istirahat karena harus mengawasi siang malam. Itu akan membuat tingkat depresi naik.

Gejala-gejala Baby Blues diantaranya :
a. Rasa sedih dan depresi yang berlebihan hingga si ibu sering menangis.
b. Emosi sangat labil, mudah marah, tersinggung dan kehilangan rasa sabar.
c. Sering merasa cemas tanpa alasan
d. Sering mengalami rasa takut
  
Nah karena alasan-alasan diataslah seorang perempuan (laki-laki juga sih, tapi lagi mbahas dari sudut perempuan) perlu mempersiapkan pernikahannya. Supaya ketika mengalami kendala seperti BB Sindrom tadi, setidaknya  sudah ada persiapan mental dan dukungan dari keluarga terutama dukungan dari suami.

Makanya sebelum aku menikah nanti, aku mau melakukan persiapan dulu. Aku harus lulus dari perkuliahanku ini yang utama (Skripsi wae masih belum kelar hehehe). Setelah lulus, aku akan bekerja, minimal punya penghasilan untuk ditabung. Kalau udah kerja mah seenggaknya tenang. Kan udah punya penghasilan sendiri. Gak hanya mengandalkan uang suami. Pengennya sih, kedua-duanya bisa saling bekerja sama kalau urusan finansial.
Next, 
Aku kudu belajar jadi koki yang hebat. Aku bisa masak sih, tapi untuk masakan yang relatif mudah. Belum bisa masak opor, rendang, brongkos dan sebagainya yang membutuhkan bumbu dan teknik masak yang lebih kompleks. Pinginnya sembari belajar dari internet gitu biar ahli. Biar suami dan anak-anak rindu masakan rumah. Eaaaaaaakkk

Next reason,
Aku punya adik kecil-kecil yang tak bisa kulepas begitu saja. Aku masih punya tanggungjawab sebagai kakak untuk memberi pendidikan dan kehidupan yang cukup bagi mereka.  Aku tak mau meninggalkan mereka begitu saja. Yahh, aku sangat menyayangi mereka.

Dan yang lebih penting lagi, aku kudu mempersiapkan mental dan pendidikan untuk anak-anakku nanti. Kalau kamu pernah dengar kalimat " Madrasah pertama bagi anak adalah ibu mereka" nah dari situ aku kudu tahu juga harus mendidik seperti apa. Dari segi ilmu agama dan juga ilmu pengetahuan umum. Makanya aku mau belajar dulu biar bisa jadi ibu yang cerdas. I wanna be superman mom for my children in the future.
yoi, itu beberapa alasan dan persiapan yang harus kulakukan sebelum aku memutuskan untuk menikah. Aku harus punya persiapan dan planning-planning kedepan.

Well, 
Pernikahan itu sesuatu yang sakral. Pernikahan adalah sesuatu yang penting dan harus di siapkan sedari dini. Tak masalah memilih menikah muda atau menikah pada usia matang, yang penting adalah tentang kesiapan fisik, mental dan juga finansial. Jangan sampai terjadi kendala (Misalnya kendala ekonomi) yang tak bisa terselesaikan dan berujung pada sebuah perceraian. Duh, kasihan nanti anaknya kalau terjadi broken home.

Yokk, untuk calon ibu...
Mari belajar bersama. Belajar menjadi calon istri yang baik dan menjadi calon ibu yang hebat. 
Sudah tahu tho ya kalau sekarang zaman yang begitu bebas. Arus informasi begitu deras dan mudah untuk diakses. Hal tersebut membuat informasi positif dan negatif (berita-berita hoaks, kekerasan, tindakan eksploitasi) bisa dengan mudah muncul melalui internet. Banyak sekali tontonan-tontonan yang kurang mengedepankan nilai edukasi di televisi. Itu sangat mempengaruhi perkembangan mental anak. Para ibu harus menjadi barrier pertama untuk menfilter segala bentuk informasi negatif bagi anak-anak mereka, sehingga mental mereka (anak-anak kecil) bisa di bentuk baik dari awal.

***
Pernikahan bukan hanya berbicara mengenai persatuan 2 orang manusia, laki-laki dan perempuan. Tapi juga persiapan melahirkan calon penerus masa depan. Jadi banyak hal yang harus dipelajari dan dipersiapkan. Okay....
Itu sih sebenarnya uneg-uneg yang ingin aku keluarkan dari dalam pikiran. Saat ini hal terpenting buatku adalah memperbaiki diri dan juga terus belajar. 

Lets become good Wife and Super Mom :)

Post by Nurul Mutiara R.A : Yogyakarta : Kos Nusa Indah : 23.56


4 komentar:

  1. Bener sist fisik mental spiritual financial harus dipersiapkan, jangan sampe nikah pake hutang deh ribet kedepannya hehhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mb Sandra, seperti apapun ketiga hal tersebut adalah sesuatu yang sangat penting untuk membentuk rumah tangga setelah menikah. Rezeki mah udah ada yang ngatur, tapi semuanya juga harus dipersiapkan biar gak keteteran kedepannya.

      Hapus
  2. Kamu punya adik2? Kamu punya kaka ega?

    BalasHapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam