Sabtu, 13 Mei 2023

Agar Kota Pekalongan Tak Tenggelam Suatu Hari Nanti

Dokumentasi Pribadi salah satu sudut di Pekalongan

Tak ada manusia yang menginginkan kampung halamannya hilang akibat bencana. Terlebih, bila kampung tersebut memiliki memori bertumbuh bersama orang-orang tercinta. Pastinya ada rasa sedih dan ngilu tiap membayangkan kampung tercinta akan tenggelam” 

*** 

Pekalongan. Kota yang terletak di bagian utara Pulau Jawa ini sangat terkenal dengan batiknya. Bahkan UNESCO menjadikannya sebagai kota kreatif dunia karena memiliki kampung-kampung produsen batik dan kerajinan. Namun siapa sangka, dibalik nama populernya itu, Pekalongan juga menyimpan cerita pilu. 

Cerita tentang bencana rob yang setiap tahun selalu menghantui masyarakat pesisir. Dulu, saat masih usia kanak-kanak, saya dan keluarga bisa dengan mudah menemukan kerang di pasir-pasir pantainya. Tapi sekarang, pasir pantai makin terkikis air laut. 

Semenjak 10 tahun belakangan, rob sering menggenangi kreatif ini. Sudah banyak rumah, sekolah, kantor hingga fasilitas umum lainnya yang terendam hingga ditinggalkan oleh pemiliknya.

Gambaran rob di daerah pesisir Pekalongan (Segala sumber)

Pemerintah kota sempat kewalahan menghadapi gelombang besar yang sering melanda Kota Pekalongan. Beruntung, tahun 2022 lalu, sebuah tanggul sepanjang 7,2 km dibangun. Jalan-jalan juga mulai ditinggikan oleh pemerintah. Tujuannya agar mampu mencegah besarnya dampak gelombang tinggi serta rob yang menggenang.

Pembangunan tanggul untuk mencegah gelombang tinggi (Dok.Pri)

Jika kalian datang ke Pekalongan dan mengunjungi area pesisir pada saat gelombang tinggi melanda, biarpun tak hujan tapi jalanan akan banjir air asin.

Padahal, dulunya itu merupakan kampung nelayan. Kampung halaman yang memiliki memori bagi banyak orang. Aktivitas ekonomi juga sebelumnya ramai di wilayah Pekalongan seperti jual beli ikan tangkap, penjemuran ikan asin hingga pabrik pembuatan sardines. 

Rob di depan Pelabuhan Kota Pekalongan (Dok.Pri)

Tahukah kamu kenapa bencana rob bisa terjadi? Selain karena penurunan permukaan tanah yang cukup parah setiap tahunnya, rob juga disebabkan oleh perubahan iklim. Hah, bagaimana bisa?  

Perubahan Iklim dan Ancaman Kehilangan Tempat tinggal 

Perubahan iklim bukan sekadar isu belaka. Dampaknya sudah sangat jelas bisa dirasakan oleh masyarakat melalui bencana-bencana klimatologi seperti gelombang panas, banjir bandang, kekeringan ekstrem, hingga rob di wilayah pesisir. 

Saking seriusnya dampak perubahan iklim, membuat 196 negara di dunia berkumpul dan membuat perjanjian berupa Paris Agreement pada tahun 2015. Salah satu poin penting dari Paris Agreement yakni memperlambat laju pemanasan global di bawah 2 derajat Celsius, atau paling ideal 1,5 derajat Celsius. 

“Memang seberapa parah pemanasan global yang membuat terjadinya perubahan iklim?” 

Sumber : Walhi

Dari gambar di atas bisa dilihat perubahan yang terjadi pada suhu bumi sejak tahun 1901 hingga 2018 yang semakin berwarna merah. Suhu permukaan bumi semakin panas disebabkan oleh meningkatnya gas-gas rumah kaca di udara akibat aktivitas tinggi emisi.  

Lamanya waktu dan pengabaian manusia terhadap aktivitas rendah emisi, membuat pemanasan global semakin parah, hal itu yang menjadikan dampak-dampak pemanasan global kian meninggi.  

Menurut WWF, saat ini gletser-gletser di wilayah kutub mulai mencair yang menyebabkan volume air laut menjadi bertambah. Mencairnya gletser di kutub tak hanya berpengaruh pada kejadian rob di wilayah pesisir tapi juga hilangnya tempat tinggal makhluk hidup.  

Beruang kutub atau penguin misalnya. Kedua hewan tersebut memiliki habitat di wilayah yang dingin. Beruang kutub jantan hidup di sekitar es-es yang mengapung di lautan untuk berburu makanan. Mereka memanfaatkan pecahan-pecahan gletser untuk bergerak.  

Saat gletser dan gunung es mulai mencair akibat suhu udara yang tinggi, maka bisa dipastikan bahwa beruang kutub, penguin dan hewan lainnya akan kehilangan tempat tinggal. Dan bisa jadi, itu memicu kepunahan mereka.  

Di Indonesia, perubahan iklim telah membuat air laut naik dan berisiko menenggelamkan beberapa kota seperti Demak, Jakarta, Semarang, Tegal hingga Pekalongan.

Masyarakat mengungsi karena rob (Dok.Pri)

Bila itu terus diabaikan tanpa adanya tindakan nyata, maka mungkin saja 20, 30 hingga 70 tahun mendatang, kota-kota di pesisir, termasuk Kota Pekalongan akan tenggelam. Jika sudah kehilangan tempat tinggal, kemana kita akan pergi? 

Upaya-Upaya untuk Memitigasi Perubahan Iklim 

Sebelum terjadinya revolusi Industri, manusia lebih banyak bekerja secara manual sehingga lebih ramah lingkungan. Tapi, setelah manusia mengenal mesin dan perangkat-perangkat otomatis, aktivitas-aktivitas yang menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca semakin meningkat. 

Perlu diketahui bahwa kategori penyumbang emisi terbesar secara berturut-turut antara lain industri produsen energi (46,35%), transportasi (26,39%), industri manufaktur dan konstruksi (17,75%), sektor lainnya (4,63%). 

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar bumi bisa kembali pulih. Berikut ini aktivitas-aktivitas yang mendukung pemulihan bumi dari perubahan iklim,  

Melakukan Transisi Energi 

Sektor energi menyumbang emisi terbesar di Indonesia. Ya, itu karena sumber listrik masih menggunakan PLTU yang memanfaatkan penggunaan batubara sebagai bahan bakar.  

Dengan adanya transisi energi dari energi fosil menuju energi listrik, panas bumi, hingga surya, itu bisa meminilaisir pembuangan gas rumah kaca yang disebabkan oleh pembakaran energi fosil.  

Mengurangi Food Waste 

Tahukah kamu bahwa Indonesia merupakan penghasil sampah makanan nomor 1 di Asia Tenggara dengan jumlah 20,93 juta ton per tahunnya.

TPA di wilayah Degayu, Kota Pekalongan (Dok.Pri)

Sampah-sampah makanan yang terkumpul di TPA dan membusuk akan menghasilkan gas rumah kaca bernama metana. Dengan demikian, dari jutaan ton sampah makanan akan terbuang pula jutaan gas metana ke udara.  

Problematika sampah makanan ini benar-benar harus diatasi melalui pengelolaan berkelanjutan secara masal dan terpusat. Selain itu, di dalam rumah tangga masyarakat, penerapan ambil makanan secukupnya, habiskan makanan tanpa sisa hingga belanja sesuai kebutuhan menjadi cukup krusial untuk dilakukan.  

Beberapa waktu lalu, ketika membaca upaya-upaya mitigasi dampak perubahan iklim, saya menemukan platform donasi bernama Greeneration Foundation. 

Greeneration Foundation merupakan wadah donasi yang akan menyalurkan kontribusimu kepada gerakan, proyek, ataupun inovasi lingkungan yang ingin membuat perubahan namun terhambat pendanaan.

Yuk sama-sama berdonasi selamatan bumi (SS web Greeneration Foundation)

Hanya dengan berdonasi minimal Rp 10.000 kita bisa ikut serta menyukseskan kegiatan-kegiatan pelestarian alam.  Yuk melakukan donasi, untuk menjaga bumi agar bisa pulih kembali.

Menggunakan Transportasi umum/rendah emisi 

Saat ini, pemerintah tengah menggaungkan penggunaan mobil listrik dan kendaraan rendah emisi. Tujuannya agar keluaran gas rumah kaca yang diakibatkan oleh sektor transportasi bisa berkurang.  

Untuk masyarakat umum, penggunaan transportasi publik dan transportasi ramah lingkungan seperti sepeda juga bisa dilakukan untuk meminimalisir emisi.  

***  

Rob di kelurahan Panjang Baru (Dok.Pri)

Kota Pekalongan atau kota lainnya di pesisir bisa saja tenggelam karena rob. Dibutuhkan aksi-aksi nyata serta berkelanjutan sehingga dampaknya mampu dicegah yakni melalui  kolaborasi dari banyak pihak. Semoga aktivitas-aktivitas baik kita bisa membuat bumi pulih dan lestari, sekecil apapun itu.

36 komentar:

  1. Saya ini sudah beberapa kali ke Semarang dan Pemalang, Mbak. Tapi belum pernah ke Pekalongan. Dan ternyata sering terjadi banjir rob ya,Mbak.
    Tapi memang sekarang telah terjadi perubahan iklim, Mbak. Dampaknya pun meluas. Jadi harus segera ada aksi-aksi nyata.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Pak. Dampak perubahan iklim ini memang gak bisa disepelekan karena semakin parah dan meluas

      Hapus
  2. Jadi ingat Semarang terutama sekitar stasiun Poncol yang sering banjir karena Rob. Emang sih kita juga berkontribusi dari gaya hidup secara tidak langsung. Makanya perlahan-lahan saya juga sudah mulai membiasakan naik transportasi umum dan mengurangi penggunaan plastik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Pak. Kalau lihat wilayah Semarang pas rob dulu juga ngeri.Sampai beberapa lokasi gak bisa dilewati saking parahnya.

      Hapus
  3. di rumah kami jg berusaha nih kalau masak misalnya ya secukupnya aja agar habis dan tidak jadi sampah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau ada hewan ternak lumayan sih mbak, sampah-sampah makanan bisa dimakan ama mereka jadi ngurangi juga hehe

      Hapus
  4. Makin ke sini makin terasa kalau perubahan iklim akhirnya sudah benar-benar terjadi dan sesungguhnya kita pun nggak bisa serta-merta mencegahnya. Sebenarnya, menurut pemahamanku yang cukup awam ini, daripada ditinggikan terus, kenapa nggak menggalakkan penanaman mangrove ya? Selanjutnya memang banyak sih hal-hal yang manusia lakukan bersama-sama sampai semua masalah lingkungan ini timbul dan mengancam manusia juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Kalau aku lihat, emang kudu bareng-bareng sih menyelesaikannya. Soalnya Perubahan Iklim memang penyebabnya banyak orang

      Hapus
  5. Dulu kalau denger banjir selalu identik dengan kota-kota besar, tetapi sekarang beritanya hampir merata hampir di setiap daerah, menandakan bahwa dampak perubahan iklim ini makin terasakan dampaknya di banyak wilayah.
    Saatnya bergerak bersama untuk kebaikan bumi kita, karena merawatnya bukanlah tanggung jawab segelintir orang, tapi semuanya harus bergerak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bang. Dan kalau sekarang, banjir bukan hanya yang disebabkan oleh air hujan tapi juga air pasang dari laut.

      Hapus
  6. ya Allaah Pekalongan :') satu destinasi yang pengen banget aku kunjungin, pernah punya temen semasa SMA dari sana.. wah masyaAllaah indah lho yaa.
    Naudzubillah, jangan sampai lah kota ini tenggelam :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Sebenarnya kalau ancaman tenggelam, Jakarta, Semarang, Demak juga hampir sama. Sering kena rob dan parah banget hiks

      Hapus
  7. Mengatasi perubahan iklim ini harus dilakukan rutin dan bekerjasama. Karena udah jadi tugas bersama ya buat semua pihak baik di mana pun tempatnya untuk menjadikan bumi ini kembali pulih dan bisa meminimalisir potensi tenggelam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener banget Mbak Feni. Perlu kolaborasi multipihak memang.

      Hapus
  8. Pekalongan juga udah sering kena banjir rob ya mba :( Surabaya juga bagian pesisir utara. KApan lalu baca berita di Green Peace juga pantai utara Jawa terancam tenggela di 2050

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak. Kayaknya rata-rata wilayah pesisir emang udah kena rob. Dan imbasnya itu luar biasa

      Hapus
  9. Pekalongan daerah dekat pantai memang jadi langganan, saya punya teman kuliah dari pekalongan juga bilang. 11 12 seperti semarang yang suka banjir.

    Bumi.sdh tua dan lelah apalagi krb ulah manusia, smg masyarakat sadar untuk menjaga lingkungan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. 11 12 sama area Semarang, Demak kalau rob tuh

      Hapus
  10. Tinggal di pesisir emang banyak tantangan ya kak. Ada krisis air bersih hingga bencana banjir rob menghantui. Perlu upaya berbagai pihak utk menanganinya. Yg plg penting, kita jgn buang sampah sembarangan ya. Plus bangun rumah agak tinggi buat jaga2 kl kena banjir.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sekarang yang di wilayah pesisir rumahnya pada tinggi-tinggi kak gegara rob itu. Banyak yang udah pindah juga karena rumah udah tergenang.

      Hapus
  11. kalau dengar nama Pekalongan yang di mindset saya memang kota Batik mba, sangat top of mind banget di ingatan saya. btw ngomongin soal perubahan iklim, setuju banget dengan upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam mitigasi perubahan iklim ini ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, Pekalongan punya sisi lainnya yakni sering banjir rob. Padahal sebenarnya kota ini potensial banget secara ekonomi

      Hapus
  12. Banjir rob udah jadi tamu rutin di Pekalongan ya? :( Selama ini yang sering kubaca beritanya itu di Semarang, sampai bangunan-bangunan kuno pun ada yang kena. Serem banget kalau terus dibiarkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak. Di beberapa kota pesisir udah kena rob ini mbak. Termasuk Semarang, Jakarta, Demak dan Pekalongan.

      Hapus
  13. Duh, iya
    Ancaman kota tenggelam makin banyak
    Saatnya berubah
    Mari lakukan gaya hidup ramah lingkungan

    BalasHapus
  14. Butuh jiwa jiwa penggerak seperti mbak ini agar masyarakat bisa sadar dan mulai memperbaiki gaya hidup lebih ramah lingkungan

    BalasHapus
  15. banjir rob ini menjadi bencana memilukan ya, Kak. Emang udah saatnya kita bergerak untuk melakukan gaya jidup yanga lebih ramah lingkungan sih. Kalau nggak dimulai sekarang mau kapan lagi? nunggu tenggelam dulu? dih :3

    BalasHapus
  16. Duh menyeramkan sekali ya kalo sampe rumah ditinggalin karena sering tenggelam. Harus ada kepedulian pemda dan warga untuk memikirkan masalah ini dan bekerjasama mengatasinya.

    BalasHapus
  17. Yang pasti sedih sekali membaca Kota-kota di Indonesia banyak yang terendam banjir. Apalagi melihat prediksi cuaca saat ini yang bisa dibilang anomali. Kalau curah hujannya tinggi, mungkin bisa segera diantisipasi dengan melakukan berbagai hal agar saat hujan tiba, kota tetap aman dan jauh dari banjir.

    Semoga langkah kita bersama, minimal kurangi sampah dan kelola sampah dengan baik bisa membantu bumi menjadi lebih lestari.

    BalasHapus
  18. Belakangan banjir banyak terjadi di kota-kota besar. Selain memang oembuangan air yang tidak dipikirkan saat pembangunan, hal lain yang menjadi penyebab adalah sampah.

    Semoga kondisi inis egera disadari semua orang

    BalasHapus
  19. kadang suka khawatir juga nih soal banjir. walau di wilayah tersebut misalnya jarang banjir, tapi sekalinya banjir tuh kayak udah gak aman gitu rasanya. semoga sih indonesia bisa minim banjir ya

    BalasHapus
  20. Subhanallah banjir air asin. Gak bisa bayangin bagaimana kondisi masyarakat kala banjir melanda. Terima kasih remindernya mbak. Aku baca awal hingga akhir membuatku refleksi mulai dari perkembangan zaman yg sekarang sebenarnya mempermudah ya..namun ternyata menyumbang emisi terbesar. Dan sisa makanan memgjasilkan metana.

    Jadi harus mulai berbenah dari hal2 yg bida kita lakukan dari rumah ya.

    BalasHapus
  21. Saya belum pernah ke Pekalongan. Jadi pengen ke sana buat lihat keadaan yang ada. Ngomongin bumi memang gak ada habisnya ya mbak. Harus dari diri sendiri dan tindakan sekecil apapun dari kita yang bisa mengatasinya.

    BalasHapus
  22. Banjir emang serem ya kak. Kadang iklim gk bisa ditebak. Uda antisipasi tapi namanya alam gk tau kapan datangnya. Semoga nanti bisa benar benar gk banjir lagi ya kak

    BalasHapus
  23. Cuaca yang nggak tentu kaya sekarang emang rawan banget buat terjadi banjir, diliat-liat banyak juga ya kota-kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir. Semoga cepat teratasi

    BalasHapus
  24. saya baru tahu kalau pekalongan juga termasuk wilayah/kota yang terancam tenggelam. duuhhh sedih yaaa karena dampak perubahan iklim nih. emang dibutuhkan kerjasama semua pihak terkait mengatasi dampak perubahan iklim ini, yaah minimal di mulai dari rumah lah ya mengelola sampah dengan baik dan mengubah saya hidup konsumtif menjadi zero waste.

    BalasHapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam