Laman

Kamis, 29 Juli 2021

Cerita dari Timur Indonesia : Harapan Bersinar di Bumi Kangpho-Drawa

Mentari Harapan Baru dari Timur itu dimulai dari Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua. Penghelatan ini bukan sekadar bicara tentang kompetisi yang diikuti ribuan atlet, puluhan cabang olah raga, venue-venue keren, pemandangan alam cantik, hingga geliat ekonomi dan wisata, tetapi juga menggugah kesadaran publik bahwa terdapat 2 maskot yang di kehidupan nyata terancam punah. 

*** 

KangPho dan Drawa. Mereka berdua adalah maskot yang diperkenalkan untuk penghelatan akbar Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-20 yang rencananya bakal dilaksanakan di Papua pada tanggal 2-15 Oktober 2021 mendatang.

Ketika euforia ajang PON berkobar ke penjuru Indonesia melalui kanal media sosial hingga mainstream. Ada satu hal yang mengganjal pikiran saya. Tentang Kangpho, si gemas berbulu coklat keemasan ini. Hewan apakah Kangpho? Mengapa ia diangkat menjadi maskot, bukan hanya Drawa, si burung surga. 

Semua orang tahu bahwa Drawa merupakan perwujudan dari Cendrawasih, the Bird of Paradise dari Papua yang terkenal cantik. Namun Kangpho, tak banyak orang tahu dan mengulas mamalia ini sebelumnya. Mengapa muncul inisiatif menjadikan KangPho sebagai salah satu duta besar dalam event olahraga tingkat nasional ini?  

Bagi siapa pun yang belum membaca sepenuhnya mengenai wujud asli Kangpho, barangkali akan bingung dan menganggap ia mirip seperti Armadilo, Musang pohon maupun Trenggiling. Ya, setidaknya, itu pemikiran awam saya sebelum mengulik lebih lanjut tentang satwa imut yang satu ini 

Setelah stalking setiap detail informasi mengenai PON ke-20, saya kemudian menemukan bahwa KangPho adalah akronim dari Kanguru Pohon.  Ia merupakan hewan endemik Papua yang keberadaannya terancam punah bahkan masuk dalam daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources). 

Kanguru Pohon jenis Mantel Emas (Dendrolagus Pulcherrimus) merupakan hewan marsupial dan berkantung layaknya kanguru tanah pada umumnya. Hanya saja, ia hidup di pepohonan, memiliki bobot lebih ringan serta punya ukuran tungkai lebih panjang dan melengkung untuk mencengkeram batang pohon.

Gemasnya Kanguru Pohon khas Papua.
(Sumber gambar : Indonesia.go.id)

Jujur, pertama kali mendengar kata “Kanguru Pohon” yang muncul di benak saya adalah rasa heran “Lho, ada ya Kanguru yang hidup di pohon. Saya kira, jenis Kanguru hanya sebatas yang berjalan dengan cara melompat-lompat di atas tanah”. 

Bila diulik, ternyata rasa heran yang ada di pikiran saya memang memiliki alasan. Faktanya, populasi Kanguru Pohon ini sangat langka. Mereka mengalami penurunan jumlah hingga 80 persen dalam 30 tahun terakhir. Kondisi tersebut menyebabkan Kanguru Pohon tak bisa ditemukan dengan mudah oleh manusia. Bahkan walau sekadar numpang dalam jepretan kamera.  

Belum banyak buku-buku pelajaran yang membahas tentang Kanguru Pohon. Biasanya cuma membahas Kanguru Tanah atau Walabi yang hidup di Australia hingga daratan Papua. Setidaknya, itu yang saya rasakan selama bersekolah dari SD hingga kuliah.

Menukil informasi dari Indonesia.go.id, jumlah Kanguru Pohon Mantel Emas diperkirakan tak lebih dari 15 ekor. Sedangkan menurut referensi lain ada yang menyebutkan kurang dari 50 ekor. Jumlah yang sangat sedikit bila dibandingkan dengan kanguru tanah yang biasa kita lihat eksistensinya melalui berbagai media. 

Pantas, keberadaan satwa ini seolah hanya sebentuk mitos. Melihat kuantitasnya yang begitu “menampar jiwa” membuat mereka sulit untuk ditemukan. Bahkan mungkin saja tak banyak orang tahu bahwa mamalia tersebut benar-benar eksis di dunia. Padahal, mereka hidup di Indonesia, tepatnya di Pegunungan Foja, Distrik Memberamo Tengah, Papua. 

Baiklah, itu dia sedikit ulasan mengenai Kanguru Pohon Bermantel Emas yang menjadi maskot dalam PON ke-20 Papua. Lalu bagaimana dengan Drawa si Burung cantik?  Mengapa ia dipilih sebagai maskot?

Cendrawasih, si Burung surga asli Papua yang begitu indah
(Sumber gambar : Kabar Papua)

Sama halnya dengan Kanguru Pohon Mantel Emas, Burung Cendrawasih dipilih juga bukan tanpa alasan. Beberapa pertimbangan diambil kedua hewan itu sebagai maskot adalah karena mereka merupakan satwa khas Provinsi Papua. 

Selain itu, mereka diangkat eksistensinya demi menggugah kesadaran masyarakat bahwa keberadaan Kanguru Pohon dan Cendrawasih kian menghawatirkan. 

Cendrawasih adalah burung yang hanya bisa ditemukan di bagian Timur seperti Pulau Papua, Papua Nugini, pulau-pulau selat Torres, dan Australia timur. Tak heran bila fauna tersebut dianggap sebagai ikon bagi wilayah timur termasuk provinsi Papua. 

Sama seperti Kanguru Pohon Mantel Emas, Burung Cendrawasih juga terancam punah. Baik Kangpho maupun Drawa banyak diburu untuk diperjualbelikan secara ilegal atau dibunuh untuk dijadikan santapan. Sungguh, kenyataan yang begitu miris.  

Nah, melalui ajang PON XX Papua 2021, diangkatlah dua hewan tersebut menjadi maskot. Tujuannya jelas. Terwujud harapan besar agar publik mulai mengenal, peduli dan menjaga keberadaan keduanya sehingga populasi mereka tetap lestari.

Munculnya Kangpho-Drawa dalam PON ke-20 tak hanya bicara tentang euforia ajang olahraga saja. Lebih dari itu, ada harapan tersirat dan jangka panjang untuk melindungi hewan-hewan yang keberadaannya saat ini kian terberangus zaman. Mereka berdua mewakili para satwa yang jumlahnya kian menurun akibat perburuan liar hingga perusakan habitat. 

Apakah kamu pernah mendengar nama Fuleco sebelumnya? Bagi pecinta sepak bola, mungkin tahu nama itu. Yap, Fuleco merupakan maskot Piala Dunia 2014 yang digambarkan dalam bentuk Armadilo lucu dengan aksen warna biru di kepala. Sama seperti Kangpho dan Drawa di PON XX Papua, Fuleco juga dijadikan maskot bagi ajang sepak bola dunia karena hewan tersebut nyaris punah.

Pemerintah Brasil dan Federasi Sepak bola kala itu setuju bila pamor Armadilo dinaikkan. Tujuan tersiratnya? Supaya masyarakat dunia tahu bahwa Armadilo semakin langka dan perlu dilindungi. Bukan justru diburu untuk diperjualbelikan di pasar gelap. 

Gaes, peran maskot tidak main-main lho! Maskot bertindak seperti duta besar. Ia bakal dijadikan icon di mana-mana dan tentu saja dijadikan cenderamata untuk para atlet dan tamu undangan yang hadir di PON XX Papua.

Selaku maskot, Kangpho dan Drawa bukan sekadar boneka mati tanpa makna. Keduanya merupakan lambang semangat berkobar. Lambang bahwa banyak atlit yang bakal melangitkan renjana mereka melalui berbagai pertandingan dan cabang olahraga. Kira-kira harapan seperti apa yang perlu kita naikkan untuk ajang tingkat nasional ini? 

Berita mengenai terselenggaranya Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2021 di Bumi Kangpho-Drawa membawa angin segar bagi masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, selama hampir 2 tahun belakangan, semua kegiatan dinonaktifkan karena pandemi Covid-19. Akibatnya, berbagai event yang seharusnya digelar harus absen demi mencegah penularan Covid-19. 

PON XX sebenarnya juga mengalami penundaan. Mulanya, ia direncanakan bakal diadakan di tahun 2020, namun melihat situasi yang belum kondusif, akhirnya pemerintah dan beberapa pihak setuju bila pelaksanaannya diundur.

Bayangkan, ada berapa letupan asa yang telah dikobarkan para atlet, supaya ajang ini bisa terselenggara, tentu saja tak terhitung jumlahnya. Termasuk letupan harapan para atlet dari tuan rumah, Bumi Kangpho-Drawa.

***

Mentari harapan itu datang dari Medi Bonggoibo. Seorang pemuda berusia 25 tahun asal Pulau Numfor, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua. Meski PON XX ini merupakan ajang pertama yang ia ikuti, ia optimis dan memiliki harapan tinggi untuk mendapatkan medali emas di cabang atletik.

Medi Bonggoipo, atlet asal Papua yang optimis memenangkan medali emas
(Sumber gambar : Antaranews Papua)

Hal senada juga diungkapkan oleh Tanius Asso pelari asal Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Ia juga memiliki asa memuncak untuk mendapatkan mendali emas melalui cabang olahraga lari 1500 meter. Demi harapan bersinarnya itu, Asso giat berlatih untuk memperbaiki kualitas strategi serta stamina melalui latihan keras dan disiplin.

***

Melihat keras dan disiplinnya kedua atlet tersebut seolah mewakili semangat semua atlet yang nantinya akan berlaga di event PON XX Papua 2021 ini. Sungguh, renjana yang begitu kuat, mentari harapan yang terus bersinar untuk menerangi Indonesia. 

PON merupakan pesta olahraga yang diadakan setiap 4 tahun sekali. Pertama kali ajang ini dilaksanakan yakni pada tahun 1948 di Solo, Jawa Tengah.

Kala itu, PON dilaksanakan bukan hanya bicara soal olahraga atau kesehatan saja tetapi juga merayakan semangat persatuan setelah mencapai kemerdekaan pada 1945. Berikut merupakan peta event PON selama 73 tahun kebelakang,

Bila kita amati peta penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional yang pernah terselenggara, Jakarta menjadi lokasi yang paling sering digunakan. Tercatat, ada 9 kali penyelenggaraan PON menggunakan Jakarta sebagai lokasi untuk pertandingan. Wajar, Jakarta merupakan ibukota yang notabene memiliki cukup fasilitas untuk ajang-ajang besar. 

Nah, yang mengejutkan, pada PON XX, Bumi Kangpho-Drawa, Papua, dipilih sebagai lokasi penyelenggaraan pesta olahraga nasional ini dimana nantinya akan dibagi menjadi 4 klaster pertandingan yakni Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika dan Kabupaten Merauke. 

  • Kota Jayapura : 14 cabang, 22 disiplin: voli indoor, voli pantai, base ball (penyisihan), softball (putra), tenis, bulu tangkis, tinju, sepak bola, binaraga, angkat besi, angkat berat, sepatu roda, karate, taekwondo, renang perairan terbuka, selam, canoeing, rowing, TBR (traditional boat race), paralayang, layar, dan sepak takraw.
  • Kabupaten Jayapura : 15 cabang, 21 disiplin: senam artistik, senam ritmik, senam aerobik, loncat indah, polo air, renang, renang artistik, selam kolam, menembak, hoki lapangan, hoki luar, kriket, sepak bola putra, softball putri, baseball (penyisihan/final), panahan, sepak takraw, kempo, muaythai, rugby, pecak silat, dan gantole. 
  • Kabupaten Mimika : 9 cabang, 12 disiplin: atletik, basket 5×5, basket 3×3, biliar, panjat tebing, futsal, bola tangan, judo, tarung derajat, aero modelling, terjun payung, dan terbang layang. 
  • Kabupaten Merauke : 6 cabang, 7 disiplin: sepak bola putri, gulat, wushu, road race, motor cross, anggar, dan catur. 

Dari semua venue, tentu yang menjadi lebih menarik adalah perpaduan antara sport dan panorama Papua yang begitu cantik. PON XX Papua sekaligus bisa jadi tempat refreshing bagi atlet-atlet yang akan bertanding. Bagaimana tidak? Di tiap venue, terhampar surga-surga Papua yang begitu indah.

Salah satu venue kelas internasional yang bakal digunakan sebagai tempat utama adalah Stadion Lukas Enembe. Stadion tersebut terletak di Kelurahan Nolokia, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura. Mulanya, Stadion ini bernama Papua Bangkit, kemudian berubah nama menjadi Lukas Enembe sesuai dengan jasa gubernur yang mengusahakan pelaksanaan PON di Bumi Papua.

Dari pembangunan Stadion Lukas Enembe, kita bisa melihat bagaimana antusias dan bahagianya masyarakat Papua apabila PON XX 2021 ini bisa terlaksana dengan lancar. Ini sesuatu yang baru bagi Papua. Setelah sekian lama para atlet hanya berkutat di provinsi Jawa dan Sumatra, pada akhirnya tahun 2021 ini, mereka bisa menjejak ke bumi Kangpho-Drawa.

Dipilihnya Provinsi Papua sebagai tuan rumah PON XX sebenarnya telah dilakukan pada 2014 silam. Melalui hasil Rapat Anggota Tahunan KONI 2014, Papua mendapat suara terbanyak sebagai provinsi penyelenggara PON XX, mengalahkan Nanggroe Aceh Darussalam dan Bali. 

Dengan demikian, tak heran rasanya bila PON XX Papua mengukir  tagline "Torang bisa" dan slogan  berbunyi "Mentari harapan baru dari Timur" yang berarti bahwa bumi Kangpho-Drawa sebagai wilayah paling timur Indonesia siap untuk menjadi tuan rumah kapan pun dengan menawarkan berjuta harapan untuk ajang apapun.

Tiap harapan tersebut tercetak dalam berbagai pembangunan yang telah diusahakan oleh pemerintah Papua berupa perbaikan fasilitas publik, pengembangan lokasi wisata serta mengangkat peran masyarakat lokal sebagai penggerak roda perekonomian di Papua.

Nah, berikut ini keistimewaan yang bisa ditemukan di bumi Kangpho-Drawa sehingga berpotensi menjadi Mentari Harapan Baru dari Timur, 

Budaya Masyarakat Papua

Papua memiliki budaya masyarakat yang begitu kental serta menarik untuk dilihat. Mulai dari tari-tarian, alat musik tradisonal, pakaian adat, rumah adat yang unik. Budaya tersebut begitu unik sehingga mengukir rasa penasaran bagi siapapun yang melihatnya.

Pernah melihat Rumah Honai? Honai merupakan rumah adat suku-suku di wilayah pegunungan tengah Papua seperti suku Dani. Bentuknya yang seperti jamur dengan bagian atap yang terbuata dari jerami memberi kesan menarik.

Uniknya, Honai mampu menampung banyak orang meskipun bentuknya terlihat mungil. Biasanya, anggota keluarga yang tinggal di dalam rumah Honai akan terpisah antara laki-laki dan perempuan, meski sepasang suami istri. Bagi masyarakat Papua, rumah Honai bukan sekadar tempat untuk berteduh saja, tetapi memiliki makna mendalam sebagai simbol harga diri dan persatuan.

Itu baru bicara tentang rumah adat. Belum budaya lain seperti tari-tarian dan alat musik tradisional. Berdasar informasi yang dinukil dari website blog.ponxx2020papua.com, Papua memiliki kurang lebih 15 tari-tarian tradisional yang mengedepankan makna mendalam serta kedekatan terhadap alam.

Sumber gambar : blogkulo.com

Untuk alat musik tradisional, Papua memiliki Tifa, Triton, Krombi, Atowo, Kecapi Mulut, Eme, Pikon, Butshake, Fuu, Amyen, Paar dan Kee, Yi, dan Guoto. Bila dibaca, mungkin nama-nama tersebut terasa asing di telinga kita. Ya, karena alat musik tersebut memang ada di Papua dan belum tersebar secara masif ke seluruh Indonesia. 

Kuliner masyarakat Papua

Bila ditanya tentang kuliner Papua, sebagian besar orang mungkin akan menjawab Papeda. Ya, Papeda memang makanan khas masyarakat Bumi Kangpho-Drawa. Sajian yang terbuat dari bahan sagu ini biasanya dimakan dengan masakan berkuah. Ngomong-ngomong, kuliner Papua bukan hanya bicara tentang Papeda saja lho.

Papeda yang dimakan bersama dengan lauk yang terbuat dari ikan
(Sumber gambar : Wikipedia)

Bila diulik lebih jauh kita bisa menemukan kuliner khas Papua seperti Ikan Bakar Manokwari, Udang Selingkuh (disebut selingkuh karena bentuknya seperti udang tapi bercapi seperti kepiting), kue Bagea (kue yang terbuat dari tepung sagu), Aunu Senebre (kuliner yang menggabungkan antara nasi dan teri), sate ulat sagu (kuliner dari bahan ulat dari batang sagu yang membusuk), Colo-colo (sambal khas Papua yang memiliki rasa asin dan asam).

Editan pribadi dari sumber gambar traveloka

Yap, itu dia kuliner yang bisa ditemukan di bumi Kangpho-Drawa dimana mata pencaharian masyarakatnya lebih mengedepankan hubungan dengan alam sehingga kuliner yang disajikan pun sangat lekat dengan alam. Tentu, kuliner-kuliner tersebut memunculkan rasa penasaran bagi banyak orang.

Prestasi anak muda Papua

Papua bukan hanya memiliki sumber daya alam yang melimpah tetapi juga sumber daya manusia yang berkualitas. Beberapa anak muda dari Papua pernah menorehkan berbagai prestasi, entah di bidang olahraga, seni, hingga akademik.

Yap, itu dia sederet anak muda prestatif yang dimiliki oleh Papua. Sebenarnya masih banyak anak muda bumi Kangpho-Drawa yang memiliki prestasi gemilang. Hanya saja, saya mengambil beberapa perwakilannya. Dari nama-nama di infografis, siapa nih yang menjadi idola kamu?

Papua adalah tanah kaya. Tanah yang memiliki setiap hal, entah sumber daya alam, kuliner lezat, anak muda prestatif, budaya beragam serta pemandangan alam yang begitu cantik. Tak heran, adanya penyelenggaraan PON XX  di Papua memberi warna serta harapan baru bagi Indonesia di masa depan.

Sudah 2 tahun ini pandemi membuat segala aktivitas mandeg, termasuk PON yang seharusnya sudah dilaksanakan tahun 2020 lalu. Saat ini Indonesia masih berada di angka “merah” untuk angka penderita Covid-19. Tentu pada sisi lain, kondisi ini memunculkan  kekhawatiran terjadi penundaan kembali pelaksanaan PON ke-20 ini. 

Meski PON saat ini dilaksanakan di masa pandemi (PONDEMI), pemerintah Papua optimis bahwa PON XX akan terselenggara dengan lancar. Segala upaya bakal terus digencarkan demi memberikan rasa nyaman bagi banyak pihak.

Beberapa hal yang tengah diusahakan adalah vaksinasi seluruh tamu undangan, penerapan protokol kesehatan yang ketat, serta kemungkinan menggunakan sistem bubble layaknya di Olimpiade Tokyo. 

Dari masyarakat Indonesia, hal yang bisa dilakukan adalah tetap melangitkan harapan dan semangat agar Covid-19 bisa teratasi agar event akbar ini bisa berjalan lancar sehingga membawa mentari harapan bagi berbagai pihak,  

Mentari harapan bagi Para Atlet 

Adanya PON XX tentu membawa angin segar bagi para atlet yang akan bertanding. Mereka telah bersiap dan berlatih keras selama ini. Melalui kompetisi-kompetisi yang dipertandingkan nantinya, para atlet berkesempatan membawa medali kemenangan bagi kontingen dan mengharumkan nama baik daerahnya.

Beberapa gambaran cabang olahraga dalam PON XX Papua (
Sumber gambar : IDN Kaltim)

Bukan itu saja, adanya PON XX yang terselenggara di Papua tentu akan bisa menginisiasi tumbuhnya bibit-bibit ke-atlet-an baru bagi tuan rumah. Anak-anak muda akan merasa bahagia dan bangga bahwa tanah mereka pernah menjadi lokasi untuk penyelenggaraan pesta olahraga tingkat nasional.  

Mentari harapan bagi masyarakat lokal 

PON XX Papua ternyata bukan hanya menaikkan nama Kangpho-Drawa sebagai maskot. Tetapi juga Noken yang rencananya bakal dijadikan cenderamata bagi para atlet dan para tamu yang hadir. Kabarnya, akan ada 25.000 Noken yang akan menjadi merchandise.

Noken Khas Papua yang rencananya bakal dijadikan merchandise PON XX Papua
(Sumber gambar : Phinemo.com)

Noken merupakan kerajinan tangan asli masyarakat Papua berupa tas gendong tradisional. Biasanya, Noken ini terbuat dari serat kulit kayu sehingga memiliki daya tahan yang kuat untuk membawa hasil bumi. 

Noken merupakan aset bagi masyarakat Papua. Para mama biasanya memiliki skill membuat Noken karena memang dijadikan mata pencaharian untuk dijual. Bayangkan, bila ajang ini bisa sukses, ada banyak pengrajin Noken yang terbantu secara ekonomi. 

Noken biasanya dibuat para mama (Sumber gambar : CNN Indonesia)

Itu masih satu produk, belum kuliner, homestay, atau cendera mata lain khas Papua (seperti manik-manik, patung, lukisan kulit kayu) yang dijual selama acara berlangsung. Tentu, ini membawa mentari harapan bagi masyarakat lokal. Mereka bakal terbantu untuk terus produktif bahkan di masa pandemi seperti saat ini.  

Mentari harapan bagi para satwa 

Kita semua tahu bahwa Papua menyimpan beragam jenis fauna eksotis yang begitu berharga seperti Hiu Karpet Berbintik, Kanguru Pohon Mantel Emas, Nuri Sayap Hitam, Kura-Kura Reimani, Kasuari Gelambir Tunggal, Burung Mambruk, Cendrawasih dan masih banyak lagi.

Setelah PON disiarkan, kita jadi tahu alasan salah dua dari para satwa yakni Cendrawasih dan Kanguru Pohon Mantel emas dijadikan maskot. Alasannya adalah untuk memberitahu kepada dunia terkhusus masyarakat Indonesia bahwa keberadaan mereka kian menurun akibat ulah manusia.  

Tentu, ajang ini secara tak langsung memberi harapan agar para satwa itu bisa dilindungi oleh pemerintah dan kita semua agar keberadaan mereka tak punah. Seperti Kanguru Pohon misalnya, yang jumlahnya kian mengerucut yakni dibawah 15 ekor. Ajang PON telah mengenalkan ke publik bahwa Kangpho itu benar-benar ada.

***

Baiklah, itulah dia sekelumit cerita dari Bumi Kangpho-Drawa. Sebuah provinsi di Indonesia bagian timur yang menawarkan beragam kekayaan SDA hingga SDM-nya. Papua adalah surga bagi tiap orang. Anugerah terindah dari Tuhan untuk Indonesia.  

Tak heran, bila provinsi ini disebut sebagai mentari harapan dari timur, sebab, melaluinya, harapan-harapan itu senantiasa tumbuh dan terus bersinar terang. Apalagi melalui terselenggaranya PON ke-20 ini diharapkan lebih memperkenalkan Papua sebagai destinasi kelas internasional.

Nah, sebagai masyarakat Indonesia, mari persiapkan dukungan untuk para atlet yang bakal berjuang di PON XX Papua 2021. Semoga ajang ini bisa terselenggara dengan lancar tanpa terhalang pandemi. Well, demi menghidupkan semangat dalam diri, yuk berteriak, Torang Bisa!!!

Baca juga : Mimpiku Bertandang ke Papua, Menyisir Kampung Hijau Tobati dan Enggros

Referensi tulisan :

  • https://indonesia.go.id/kategori/seni/1274/si-imut-kanguru-pohon-yang-nyaris-punah
  • https://beritapapua.id/kanguru-wondiwoi-hewan-langka-dunia-di-papua-barat/
  • https://sains.kompas.com/read/2018/09/27/171455723/90-tahun-menghilang-kanguru-pohon-langka-muncul-di-papua-barat?page=all
  • https://www.greeners.co/flora-fauna/kanguru-pohon-mantel-emas-kanguru-tanah-papua-yang-kritis/
  • https://www.bbc.com/indonesia/olahraga/2014/06/140602_luar_lapangan_maskot_piala_dunia
  • https://www.iucn.org/theme/species/news
  • https://www.wwf.id/publikasi/kangguru-pohon
  • https://wanaswara.com/kanguru-pohon-di-papua-terancam-punah/
  • https://www.dw.com/id/menyelamatkan-kanguru-pohon-langka/a-17681526
  • https://news.detik.com/berita/d-3509923/di-pelukan-adat-kanguru-papua-berlindung-dari-kepunahan
  • https://www.dictio.id/t/apa-yang-anda-ketahui-tentang-kangguru-pohon/76492
  • https://www.mongabay.co.id/2021/06/28/kangpho-dan-drawa-maskot-pon-xx-yang-endemik-papua/
  • https://indonesia.go.id/kategori/komoditas/1163/gerakan-putra-putri-papua-inspiratif

18 komentar:

  1. Tepuk tangan meriah untuk mbak Nurul yang keren sekali menceritakan PON XX Papua ini :D AKu jadi tau tentang maskotnya, kisah seru KangPho dan Drawa. Jadi mengangguk-angguk juga bagaimana keindahan alam Papua beserta hasil alam, kuliner khasnya, serta orang-orang berprestasi yang berasal dari Papua. Semoga atlet Papua dan semuanya yang berlaga di ajang PON nanti bisa mengharumkan nama Indonesia aamiin. Good Luck :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo sesama Mbak Nurul, salam hangat dan sehat nggih.

      Makasih banyak ya mbak Nurul sudah mau mampir di blog ini. Seneng banget kalau tulisan ini bisa membuka wawasan mengenai PON XX Papua nanti :)

      Hapus
  2. Wuaah, keren banget ini tulisannya Mbaak. Aku udah lama kepo sama PON Papua ini sejak dibangunnya instratuktur beberapa waktu lalu di san buat prepare. Udah nunggu-nunggu banget pas pelaksanaannya,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba Fina, kita doakan saja semoga acaranya bisa lancar dan membuat kebanggaan bagi masing2 kontingen yang bertanding. Terima kasih sudah mampir ke artikel ini ya Mbak Fina :)

      Hapus
  3. Waah baru tau gw ada Kangguru Pohon. Info sprt ini harusnya masyarakat indonesia harus tau yaaa trims bermanfaat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Samaaaaa banget Mas. Aku juga baru tahu pas kepo-kepo soal Kangpho si maskot, ternyata Kanguru Pohon itu ada :)
      erima kasih sudah mampir ke artikel ini Mas Unggul, salam hangat :)

      Hapus
  4. Pasti PON XX Papua ini super seru karena dilaksanakan saat pandemi. Persiapannya matang dan prokesnya pasti luar biasa. Sukses deh, kita dukung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya begitu sih mas. Entah seperti apa pelaksanaannya nanti, kita cuma bisa berdoa untuk kesuksesan PON XX Papua 2021 ini :)
      Terima kasih sudah mampir ke artikel ini Mas :)

      Hapus
  5. thanks ya mbak nurul, aku jadi tahu tentang kanguru pohon setelah baca tulisanya mbak, ternyata ada kanguru khas indonesia ya. Sayangnya udah mulai punah juga nih.. semoga acara pon berjalan lancar dan bisa membawa dampak bagus untuk Papua sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sama-sama Mbak Gina. Aku juga sebenarnya bau tahu melalui acara PON ini sih. Andai gak dilaksanakan di Papua dan gak dijadikan maskot mungkin gak bakal paham aku :)

      Amiin. Semoga saja mbak :)

      Hapus
  6. Sepertinya baru kali ini papua menjadi tuan rumah PON yah, salut deh sekaligus memperkenalkan Papua kekayaan alam dan budayanya yang luar biasa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, ini pertama kalinya. Makanya dinamakan mentari harapn, soalnya bisa dijadikan venue selanjutnya kalau ada acara apapun :)

      Hapus
  7. Wah saya baru tahu ternyata di Papua, selain burung cendrawasih yg jadi ikon daerah tersebut, ada Kangpho hewan unik berwarna emas. Sayangnya sudah mulai punah ya. Mudah mudahan pada PON kali ini, Kangpho yg juga dijadikan maskot dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas, sekaligus dapat memelihara hewan unik ini agar tidak sampai punah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, betul banget mas Syahri. Salah satu harapan saya menyoal pelaksanaan PON Papua ini juga begitu. Semoga aja Drawa dan Kangpho bisa lebih dipedulikan :)

      Hapus
  8. Wah, saya baru tau,selama ini hanya tau burung cendrawasih. Sangat penting untuk mengenal kan ciri khas daerah, baik flora maupun fauna agar kita semua mengenal dan mengetahuinya. Makasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, sama. Aku kira juga kalau Papua faunanya Cendrawasih atau kasuari. Ternyata ada Kanguru Pohon juga :)

      Hapus
  9. Yay! Senang sekali rasanya baca cerita dan informasi tentang Papua, senang juga karena akhirnya Papua bisa jadi tuan rumah PON XX.

    Btw, makanan khas papua yang popeda itu emang terdebest sih, suka banget!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kalau informasi mengenai PON XX Papua ini bikin bahagia hehe

      Iya, sekarang Papeda mulai banyak dijual di kota Pekalogan juga mbak

      Hapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam