Laman

Selasa, 22 Juni 2021

Sosok Polisi Harapan Masyarakat? Jadilah Seperti Bripka Seladi

Polisi ini mungkin tak sepopuler mereka yang terbiasa muncul di layar kaca atau media masa. Namun demikian, ada jiwa luar biasa yang tersemat pada sosok ini sehingga pantas disebut sebagai polisi harapan masyarakat. Namanya adalah Bripka Seladi. Dia merupakan Anggota Satuan Lalu Lintas Polres Kota Malang.

Bripka Seladi dianggap luar biasa bukan hanya sebagai figur polisi yang ramah dan mengayomi masyarakat. Lebih dari itu, ia memiliki pekerjaan sampingan sebagai seorang pemulung, orang yang mencari nafkah dengan memungut sampah supaya bisa dimanfaatkan kembali melalui daur ulang. 

Baca Juga : Peran Aktif Polri dalam Melayani Masyarakat Terdampak Rob di Kota Pekalongan

Semua pasti tahu bahwa pekerjaan sebagai pemulung bukanlah sesuatu yang mudah. Setiap pulang dari pekerjaan dinasnya sebagai polisi, Bripka Seladi akan bersiap diri bergelut dengan puluhan sampah yang menumpuk. Ia akan memilah-milah sampah dan memasukkannya ke karung yang dipanggul di punggungnya. 

Awalnya, banyak orang bertanya pada beliau, mengapa memilih pekerjaan yang dianggap kotor dan tak prestisius itu. Apalagi beliau menyandang status sebagai seorang polisi—profesi yang dianggap sebagian besar orang keren. Bripka Seladi hanya menjawab dengan senyum bahwa beliau berkeinginan mencari tambahan rezeki dengan cara yang halal untuk biaya pendidikan anak-anaknya. 

Gambaran bersahaja ini seolah mendengungkan kembali sisi humanis seorang polisi. Polisi juga seorang manusia. Ia memiliki kehidupan yang perlu diperjuangkan dengan sekuat baja. 

Bagi Bripka Seladi, menjadi pemulung bukanlah pekerjaan hina. Ia justru menunjukkan pada kita semua bahwa rasa malu dan lingkungan kotor bukanlah kendala untuk mencapai suatu keberkahan hidup. 

Bripka Seladi berusaha sekuat mungkin menjalankan prinsip kejujuran saat bekerja. Baginya, suap-menyuap bukanlah tindakan terpuji yang mampu menghadirkan ketenangan. Andai beliau tak ingat dengan prinsip kejujuran yang diemban, mungkin beliau sudah menerima berbagai sogokan dari orang-orang yang menyukai tindakan instan.  

Atas dedikasi luar biasanya itu, pada tahun 2016 lalu, Bripka Seladi mendapatkan penghargaan dari Kepolisian Republik Indonesia berupa Tanda Kehormatan yang diserahkan Kapolda Jawa Timur saat memimpin upacara HUT ke 70 Bhayangkara di lapangan Mapolda Surabaya, Jawa Timur. 

Sumber gambar : Nasional Tempo 

Tak hanya berhenti disitu, pada tanggal 23 Mei 2016, Bripka Seladi juga mendapatkan penghargaan dari Ketua DPR RI, Ade Komarudin terhadap profesionalitas kerja dan keteladanannya. 

Dengan diberikannya penghargaan-penghargaan tersebut, diharapkan tercipta semangat bagi Bripka Seladi untuk selalu menjunjung tinggi kejujuran dan kesederhanaan sebagai seorang polisi. Ya, hingga menjalani masa pensiun, pada Februari 2017 lalu, kejujuran dan kesederhanaan Bripka Seladi tetap kokoh tersemat dalam figur dirinya. 

Karakteristik Polisi yang diharapkan Masyarakat 

Idealnya, polisi di mata masyarakat adalah sosok pahlawan, aparat penegak hukum. Tidak heran bila terjadi suatu masalah atau tindak kejahatan, pikiran tiap individu akan selalu melayang pada peran polisi sebagai institusi yang bisa diandalkan dimanapun dan kapanpun.

Sumber gambar : Tribun news

Dengan demikian, masyarakat sangat bergantung pada peran polisi dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan keamanan, ketertiban, perlindungan hingga pengayoman. Misalnya perlindungan dari tindakan premanisme atau kejahatan narkotika yang kian meresahkan.

sumber gambar : instagram divisi humas Polri

Berdasar pada Undang-undang nomor 2 tahun 2002 menyatakan bahwa Kepolisian Republik Indonesia berperan memelihara kamtibmas, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. 

Melihat figur Bripka Seladi yang begitu menginspirasi, mungkin banyak yang bertanya, seperti apa sebenarnya karakteristik polisi yang diinginkan dan diharapkan masyarakat. Terlebih, masih banyak orang menganggap bahwa polisi itu memiliki momok menakutkan serta arogan. 

Ya, berikut merupakan sosok polisi yang menjadi dambaan masyarakat era kiwari, 

  1. Tegas namun tetap ramah pada masyarakat 
  2. Inovatif dan menguasai IT
  3. Menjunjung tinggi kejujuran 
  4. Sigap, cepat dan tanggap dalam menerima laporan masyarakat 
  5. Sopan, bersahaja dan Tidak arogan 
  6. Tidak menerima suap  
  7. Update segala informasi 
  8. Tidak melakukan pungutan liar 
  9. Membela keadilan dan hak-hak masyarakat  

Saya begitu mengacungi jempol pada kinerja polisi yang dengan sigap mampu memerangi tindakan premanisme dan narkotika beberapa waktu ini. Sebuah kondisi yang selalu diharapkan masyarakat. 

Namun begitu, pada sisi yang lain ada beberapa oknum polisi yang kerap terlibat pelanggaran seperti pungli, kasar ketika bertugas dan bersikap arogan  sehingga melunturkan kepercayaan masyarakat terhadap polisi. Ya, layaknya 2 sisi mata uang, di dunia ini pasti ada polisi dengan tabiat terpuji dan tak terpuji. 

“Saya menghitung pasti angkanya naik sangat tinggi terkait masalah pengaduan yang dilakukan anggota masalah ketidakpuasan masyarakat terhadap kepolisian. Dan itu adalah risiko yang kita siap kita tanggung," ujar Kapolri Jenderal Listyo Sigit 

Sebagai individu, saya yakin tidak semua polisi melakukan tindakan-tindakan tidak terpuji. Pastinya, banyak juga polisi-polisi inspiratif layaknya Bripka Seladi, yang melakukan kebaikan dalam senyap, figur polisi yang meninggikan kejujuran dan kesederhanaan. 

Meski demikian, oknum polisi bermasalah sudah terlanjur mencederai kepercayaan masyarakat sehingga mengembalikan kepercayaan itu terhadap institusi kepolisian itu penting. Wajah Polri perlu berbenah. 

Dibutuhkan pembenahan melalui program-program yang dicanangkan. Salah satunya melalui pelayanan terbaik yang mengedepankan konsep Presisi. Apa sebenarnya konsep presisi itu yang sering diperdengarkan di khalayak ramai itu? 

Mengenal Polri yang Lebih Presisi (Prediktif, Responsibilitas, dan Transparansi berkeadilan) 

Kita sadar, ketika kata “Polisi” diberikan ke masyarakat, stereotip yang mereka bayangkan mengenai profesi tersebut bisa bermacam-macam. Bagi yang memiliki pengalaman baik dengan polisi pasti menggambarkan polisi sebagai sosok pahlawan yang bertugas menjaga keamanan dan kenyamanan. Figur malaikat tanpa sayap. 

Berbeda dengan masyarakat yang memiliki pengalaman buruk dengan polisi, misalnya bertemu dengan oknum petugas yang arogan, kasar serta doyan melakukan pungli, mereka akan menggambarkan polisi sebagai sosok yang menakutkan dan perlu dihindari. Tak heran, banyak sekali orang cenderung menghindar atau bahkan malas tatkala berurusan dengan polisi. 

Munculnya gambaran polisi yang menakutkan inilah yang kemudian memunculkan pertanyaan. Bila masyarakat sudah takut pada institusi yang seharusnya mengayomi dan melindungi mereka, bagaimana kolaborasi dan hubungan baik itu bisa tercipta? 

Nah, demi menjawab itu semua, Kapolri Jenderal Listyo Sigit menyusun program kerja yang menjadi fokus dalam 100 hari. Salah satunya adalah konsep presisi yang memiliki arti Prediktif, Responsibilitas dan Transparansi berkeadilan. Melalui program presisi diharapkan ada perubahan besar dimana keadilan hukum bisa dinikmati oleh semua kalangan tanpa terkecuali.

Kepolisian dengan konsep presisi lebih menitikberatkan pada pendekatan polisi yang lebih humanis, transparan dan memiliki kapabilitas untuk memprediksi kasus secara lebih baik agar polisi tidak salah dalam bertindak, arogan atau menyalahgunakan wewenang. 

Mengadaptasi keteladanan seorang Bripka Seladi, saat ini Polri tengah mengusahakan terbentuknya iklim institusi yang ramah, mengutamakan kepentingan umum serta membela keadilan. Harapannya, figur-figur polisi seperti Bripka Seladi semakin banyak. Untuk lebih memperinci penjelasan mengenai apa itu konsep Presisi, berikut penjelasannya,  

Prediktif 

Polri harus mengacu pada konsep prediktif yang berarti mengedepankan kemampuan anggotanya untuk mengestimasi situasi yang berpotensi memunculkan gangguan keamanan dan ketertiban di lingkungan masyarakat. Tentunya, diperlukan data dan analisa yang tepat agar konsep ini bisa terwujud. Jadi, polisi tidak gegabah bergerak tanpa adanya data yang pasti. 

Konsep prediktif ini tentunya harus didukung penguasaan IT yang tepat. Sebab, kita sudah memasuki zaman digital dimana segala aktivitas lekat dengan internet dan gadget. Bayangkan, melalui sentuhan jari saja, segala informasi sudah tertera dengan gamblang. 

Melalui penguasaan IT ini diharapkan institusi Polri mampu memanfaatkan,  dan menganalisa data yang ada untuk dijadikan dasar dalam bertindak. Tak heran, beberapa program berbasis IT seperti E-TLE, SIM online, E-Dumas Presisi, Siber TV, Virtual Police, Binmas Online, aplikasi Propam Presisi, dan Command Center 110 mulai diberlakukan. 

Responsibilitas 

Makna responsibilitas sendiri mengacu pada rasa tanggung jawab dalam menyelesaikan kewajiban yang diberikan. Pada konsep Presisi, responsibilitas  diwujudkan melalui ucapan, sikap, perilaku, dan pelaksanaan tugas kepolisian. 

Bripka Seladi adalah salah satu contoh perwujudan figur polisi yang menjalankan konsep responsibilitas. Dalam menjalankan tugas sebagai polisi lalu lintas, beliau memiliki sikap yang sederhana, ramah, serta memiliki kejujuran saat bertugas. 

Mengacu pada terbentuknya konsep ini, maka diusahakan terbentuk iklim pelayanan yang ditekankan agar setiap insan Bhayangkara mampu melaksanakan tugas Polri secara cepat, tepat, responsif, humanis dan bertanggung jawab.

Transparansi berkeadilan 

Berbicara soal transparansi berkeadilan, inilah poin yang cukup penting untuk mewujudkan citra polisi yang lebih baik. Transparansi disini bermakna terbuka, apapun informasi yang berhubungan dengan publik wajib disampaikan dengan benar dan jelas.  

Bila disandingkan dengan berkedilan berarti Polri tak pandang bulu dalam melaksanakan tindakan hukum. Yang bersalah dinyatakan bersalah yang benar dinyatakan benar, siapapun  orangnya. Jadi tak ada lagi istilah hukum tajam ke bawah tumpul ke atas.  

Kesimpulan  

Setiap orang punya kriteria tersendiri mengenai figur polisi yang diharapkan. Misalnya sosok yang tegas, mampu memberikan pelayanan terbaik, mengayomi serta memiliki kejujuran yang presisi. Bripka Seladi adalah salah satu dari sekian banyak polisi baik yang bisa kita temukan secara nyata. Meski saat ini beliau telah purna tugas, namun memori keteladanan beliau tak pudar oleh waktu. 

Melalui konsep presisi yang dicanangkan oleh Kapolri saat ini, diharapkan lahir sosok-sosok polisi seperti Bripka Seladi yang mampu memberikan pelayanan terbaik dan memperbaiki citra kepolisian menjadi lebih baik. Apalagi konsep presisi ini beriringan dengan penggunaan IT.  

Tentu saja, ini bisa jadi langkah tepat untuk mewujudkan institusi Kepolisian yang lebih humanis, sigap, adil dan sesuai harapan masyarakat. Untuk itu, mari selalu dukung pelaksanaan program presisi dengan segenap jiwa. Selamat Hari Bhayangkara ke 75. Semoga Kepolisian Indonesia selalu berjaya! 

Sumber referensi :

  • https://kumparan.com/kumparannews/mengenal-konsep-presisi-yang-jadi-andalan-komjen-listyo-sigit-1v0vUZRbVXO/full
  • https://news.detik.com/berita/d-5497607/kapolri-tekankan-soal-kemampuan-prediktif-intelijen-dalam-konsep-presisi
  • https://www.gatra.com/detail/news/501451/politik/jadi-kapolri-listyo-bakal-pakai-konsep-polri-presisi
  • https://tirto.id/apa-itu-konsep-presisi-yang-digagas-calon-kapolri-listyo-sigit-f9AU

2 komentar:

  1. Cukup kagum dengan sosok polisi yang diceritakan dalam tulisan ini. Semoga semakin banyak sosok hebat dan tangguh lain yang muncul dan memberikan warna di negeri ini

    BalasHapus
  2. Bripka seladi sosok yang sungguh menginfirasi.

    BalasHapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam