Minggu, 06 Desember 2020

Diam Bukan Berarti Emas, Lawan Pelecehan Seksual di Sekitar Kita!

Saya sedang berada di kampus ketika sebuah notifikasi masuk ke ponsel. Saat itu saya sedang menunggu dosen pembimbing skripsi yang sudah janjian bertemu tepat pukul 14.00 WIB. Sambil menghilangkan rasa bosan karena menunggu, saya mulai scroll ponsel dan membuka notifikasi yang terpampang di bagian atas layar.

Ternyata berasal dari sebuah akun instagram Info cegatan Jogja. Info Cegatan Jogja merupakan akun publik yang menginformasikan beragam berita, mulai dari berita kehilangan, kecelakaan hingga curhat para netizen yang mengalami suatu kejadian.

Saya memang sengaja menyeting instagram supaya bisa updet akun tersebut sehingga saya bisa mendapatkan berita seputar Jogja dan sekitarnya secara aktual.

Postingan di IG Info Cegatan Jogja tentang pelecehan Seksual

Postingan terupdet kali ini berupa curhat seorang netizen Jogja. Seorang perempuan yang disamarkan namanya oleh admin berbagi kejadian yang dialaminya semalam. Sebut saja namanya Rani. Rani bercerita bahwa beberapa orang laki-laki telah melakukan tindakan tak terpuji terhadapnya. 

Cerita bermula ketika dia pulang dari pentas seni di daerah TBY (Taman Budaya Yogyakarta). Saat itu, sekitar pukul 8 malam dia melakukan perjalanan pulang menggunakan motor. 

Ketika memasuki jalan Parangtritis, dia diikuti oleh pengendara lain. Merasa diikuti, dia melambat, berharap si pengendara itu menyalipnya. Namun ternyata mereka ikut melambat hingga akhirnya pengendara itu menyerempet Rani dan memegang bagian sensitifnya.

Sontak, saat itu juga Rani menjerit. Tetapi karena di lokasi tersebut kondisinya sepi, tak ada saksi yang melihat dan menolongnya. Dia hanya bisa pasrah dan menangis.

Cerita Rani sebenarnya satu dari sekian banyak cerita yang sering saya baca di media sosial atau dengar dari orang-orang terdekat.

Banyak perempuan berbagi pengalaman seputar kejahatan seksual yang dialami mereka. Perempuan menjadi sasaran empuk oknum-oknum tak bertanggungjawab, meski sebenarnya lelaki pun bisa menjadi korbannya.

Tentu, tindakan pelecehan seksual meninggalkan bekas berupa trauma bagi korban yang mengalaminya. Beberapa kejadian bahkan berujung pada gila hingga tindakan bunuh diri. Itu sangat miris sekaligus mengerikan.

Bentuk-bentuk KBG terhadap anak, pelecehan seksual termasuk

Komnas perempuan pernah membuat sebuah ulasan yang memberikan informasi Kekerasan Berbasis Gender (KGB), salah satunya Pelecehan seksual. Berikut merupakan tindakan yang termasuk pelecehan seksual. Setiap orang harus memahaminya.

Bentuk-bentuk pelecehan seksual yang terjadi di sekitar kita
yang kerap disepelekan.

Berani Bersuara, Aksi Nyata Lawan Pelecehan Seksual

Keberanian dalam menyuarakan kebenaran memang perlu energi dan mental yang kuat. Sebagai manusia yang dikaruniai empati dan perasaan, kita harus dengan tegas melakukan tindakan nyata untuk membantu para korban sebelum atau sesudah terjadi tindakan pelecehan seksual. 

Dengan apa? Dengan memberi dukungan serta berani melaporkan tindakan pelaku pelecehan seksual. Korban pelecehan bisa terjadi pada siapa saja, entah saudara, tetangga, ibu, adik, kakak, kawan-kawan bahkan kita  sendiri.

Data jenis-jenis Kekerasan Terhadap Perempuan (KTP).
(Sumber data : Komnas Perempuan)

Suara dan keberanian kita bukanlah hal sepele. Keduanya mampu memberitahu dunia bahwa masih ada rasa peduli antar sesama untuk saling melindungi dan membela.

Banyak pihak yang masih menyepelekan tindakan pelecehan seksual karena menggangap itu hanya kejahatan ringan yang tak meninggalkan bekas terlihat. Padahal bekas yang dirasakan para korban justru lebih mengerikan efeknya. Pelecehan seksual merusak psikologis yang sulit untuk disembuhkan.

Kita tak perlu jadi Power Ranger untuk menyelamatkan orang. Sebab, bisa jadi dengan suara dan dukungan kita, ada nyawa dan psikologis orang lain yang bisa diselamatkan. Kawan, diam tak selalu bernilai emas, mari lawan Pelecehan Seksual!

19 komentar:

  1. Banyak hal sih menurut saya orang takut untuk menyuarakan salah satunya rasa minder telah dilecehkan bagi si korban oleh karena itu korban seharusnya didampingin sampai percaya dirinya tumbuh lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, bisa dipahami juga sih kak. Apalagi menyoal aturan juga masih awang. Kita butuh bersatu emang kalau udah ngelawan pelecehan seksual

      Hapus
  2. Waktu masih ABG dulu, disiulin kakak kelas aja udah GR bgt ya eh enggak taunya itu salah satu bentuk pelecehan seksual ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, aku juga gak tahu dulu sih mbak.
      Dan kalau disiulin tuh pasti kalau aku malu minta ampun wkwk

      Hapus
  3. Miris banget sampai sekarang masih banyak orang yg enggan speak up krn merasa bukan urusannya huhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak, dan lebih mirisnya lagi kadang keluarga yang jdi tempat kita cerita malah menyalahkan. Itu nyesek sih

      Hapus
  4. Memang agak sungkan kalau menceritakan kejadian pelecehan seperti ini, karna itu aku sebagai seorang ibu untuk selalu terbuka ke putriku, jika mereka mengalami hal seperti itu harus segera diceritakan agar cepat ditangani.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju mba, peran keluarga terdekat penting banget dalam kasus pelecehan. Beberapa orang memilih siucide biasanya karena tak ada dukungan dari lingkungan terdekatnya :)

      Hapus
  5. Kadang gemes banget yang mendiamkan dengan alasan cari aman. Semakin banyak yang diam, yang gak speak up, semakin banyak orang yang melakukan pelecehan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, mereka sepertinya mau speak up tapi takut sesuatu. Padahal ini justru menyuburkan praktek pelecehan.

      Hapus
  6. Info bagus ini kak, buat yg pernah merasakan, ataupun buat teman2 lainnya apalagi pengguna tranaportasi umum. Sebisa mungkin kitapun juga membantu speak up klo mmg melihat ada yg jdi korban, baik pada saat kejadian maupun setelah kejadian. Ayo kita sama smaa berantas ini kejahatan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya Bang, di angkutan umum rentan banget terkena pelecehan seksual.

      Hapus
  7. Ayo suarakan semuanya jangan dipendam. Harus berani. Walau hanya siulan itu juga merupakan pelecehan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak, kalau siulan, kita harus berani untuk menegur pelakunya. Soalnya kalau kitanya diam, malah pelaku semakin menjadi-jadi.

      Hapus
  8. Nah ini, kadang suka serem dan parno sendiri. Kadang kalau melintas disekitar yang rawan gitu suka nunduk kebawah dan jalan cepet aja udah. sereeeeeeemmm

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama Kak Elvina, aku juga gitu. Aku kalau keluar malam karena terpaksa beli apa gitu, pasti selalu minta ditemenin. Rawan soalnya

      Hapus
  9. kita harus lebih berani lagi mengangkat topik pelecehan seksual. boleh bahas seks, tapi pada waktu yang tepat...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah ini, penting sih mbak memang untuk membahas edukasi Kekerasan Berbasis Gender seperti ini, termasuk edukasi seks pada anak2 muda.

      Hapus
  10. Ini pembahasannya penting banget ya kk, untk mengedukasi juga , noted banget semua info lengkap tapi dsni juga boleh membahas seks tapi bisa dintempatakan yng tepat setiap pembahasannya 🤗

    BalasHapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam