Senin, 30 September 2019

Menghidupkan Literasi Sains Melalui Wisata Mangrove

Tahukah kamu? Budaya literasi yang baik mampu menumbuhkan kecakapan bagi individu untuk menjalani kehidupan. Literasi tak hanya berfungsi sebagai sarana memperkaya informasi, mengembangkan kemampuan berpikir kritis hingga meningkatkan prestasi. Tetapi juga menggerakkan diri supaya bisa mengambil tindakan yang cepat dan tepat.

Mirisnya, sebagai negara dengan jumlah penduduk besar, budaya literasi yang dimiliki masyarakat Indonesia sangatlah rendah. Dilansir dari OECD tahun 2015, negeri ini menempati urutan ke 62 dari 70 negara, menyoal literasi masyarakatnya. Ini jelas membuktikan bahwa kedekatan tiap individu dengan dunia bacaan masihlah minim. Hal tersebut juga tercermin dari beberapa fakta yang ditemukan melalui penelitian lainnya.
Rendahnya kemampuan literasi masyarakat, akan berdampak bagi perkembangan intelektual generasi muda. Mengapa? Budaya literasi selalu dimulai dari keluarga, terutama dari orangtua yang merupakan titik start bagi anak setelah mengenal dunia membaca dan menulis. Apabila orangtua tak punya kemampuan literasi yang mumpuni, anak-anak cenderung mengikuti. Pada akhirnya, mereka terpola miskin literasi sejak dini.

Menurut World Economic Forum pada tahun 2015, literasi mencangkup banyak hal, mulai dari literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi keuangan hingga literasi budaya—yang tentunya, masing-masing memiliki peranan bagi kemajuan sumber daya manusia dalam lingkup pembangunan nasional.

Mungkin, melalui linimasa media sosial, kita kerap mendengar istilah literasi digital—dua kata yang merujuk pada kegiatan penyerapan informasi melalui media digital. Dengan jumlah pengguna internet yang begitu banyak, sebesar 171,17 juta jiwa (data APJII), istilah tersebut muncul sebagai cara baru melek literasi melalui dunia maya.

Nah, terlepas dari istilah literasi digital yang tengah hipe, dalam ulasan kali ini, saya ingin membagikan pengetahuan mengenai literasi sains. Sama halnya dengan literasi digital dan yang lainnya, literasi sains juga lekat dengan kehidupan manusia. Dalam konteks penanganan bencana misalnya, literasi sains disebut mampu menjadi pencegah kerusakan parah yang disebabkan oleh bencana.

Mengutip informasi dari OECD tahun 2016, literasi sains dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan ilmiah yang mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar fakta, memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta kemauan untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang terkait sains 

Tentang literasi sains, memang, tak banyak orang membahas mengenai fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Pasalnya, orang mengira bahwa literasi hanya sebatas kemampuan membaca dan menulis saja. Padahal, cakupan literasi itu begitu luas. Menurut Education Development Center (EDC), menyatakan bahwa literasi bukan sekadar kemampuan baca tulis. Lebih dari itu, literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki dalam hidupnya.

Kawan, memasuki era industri 4.0, kita kerap mendapati isu-isu yang berhubungan dengan sains, bukan? Isu lingkungan dan kebencanaan misalnya, acapkali menjadi bahasan utama di berbagai kesempatan. Apalagi saat ini, bencana alam masih menjadi tantangan bagi semua pihak, baik pemerintah, para pemangku kepentingan hingga masyarakat.

Literasi sains termasuk kunci utama untuk menghadapi berbagai tantangan pada abad 21 untuk mencukupi kebutuhan air dan makanan, pengendalian penyakit, menghasilkan energi yang cukup, dan menghadapi perubahan iklim (UNEP, 2012).

Ya, literasi sains juga kunci utama generasi muda untuk berpikir kritis dan menemukan solusi dari tiap tantangan. Pada diskusi bertajuk Role of Academic and Scientific Institutions in Polcymaking for Disaster Risk Reduction and Climate Action beberapa waktu lalu, penanaman mangrove disebut sebagai salah satu upaya mitigasi bencana yang berkaitan dengan penerapan sains.

Mangrove atau sering dikenal sebagai bakau merupakan tanaman yang hidup di air payau dan pertumbuhannya dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pada beberapa kasus bencana tsunami hingga abrasi, tanaman mangrove terbukti mampu menjadi penghalau tsunami sehingga mengurangi kerusakan pada daratan yang terdampak.

Tak hanya berkaitan dengan mitigasi bencana, mangrove diketahui juga memiliki manfaat lain bagi kehidupan yakni sebagai tanaman penyerap karbondioksida, tempat hidup hewan, hingga sumber pangan bagi manusia. Luar biasa bukan manfaat mangrove?
Ketiga adik saya yang bersuka cita saat datang
 ke taman Mangrove (Dok.Pri)
Sebenarnya cara membahas literasi sains sangat beragam, hanya saja, melalui ulasan ini, saya akan menguraikan ia dalam bentuk pembelajaran mengenai tanaman mangrove. Ya, literasi ini saya bagikan pada adik-adik saya melalui wisata edukatif ke taman Mangrove Pekalongan.

Kebetulan beberapa waktu lalu, salah satu adik saya dimintai guru Ilmu Pengetahuan Alam di sekolahnya, untuk presentasi tanaman mangrove mulai dari wujud, manfaat, hingga jenis-jenisnya. Adikku berinisiatif untuk observasi langsung tanaman tersebut sebagai bentuk pembelajaran dia tentang sains.

Sebagai anak kedua dalam keluarga dan dianggap dewasa, saya menjadi sosok yang dipercaya oleh orangtua untuk memberikan edukasi pada adik-adik. Termasuk soal literasi. Apalagi dengan kondisi semua adik saya yang telah menginjak remaja—membutuhkan cara yang unik agar mereka bisa belajar literasi dengan baik.
Mangrove sebagai sahabat baik bagi manusia (Dok.Pri)
Berkenaan dengan literasi sains, saya menggunakan wisata edukasi ke taman mangrove untuk mengenalkan mangrove sebagai bagian dari sains. Saya sadar, usia adik saya yang masuk sebagai kategori remaja—belajar menggunakan teori saja tak akan pernah cukup. Oleh karena itu, saya mengajak mereka mengenal sains sembari refreshing—sehingga mereka segera tahu mangrove berikut manfaatnya tanpa rasa jenuh.
Manfaat-manfaat mangrove bagi kehidupan (Dok.Pri)
Tahukah kamu? Mangrove-mangrove yang ditanam di taman ini, merupakan salah satu upaya bagi pemerintah Kota Pekalongan untuk mengenalkan wisata alam sekaligus mengantisipasi terjadinya abrasi hingga banjir Rob—yakni banjir yang terjadi akibat naiknya air laut ke daratan. Dibangunnya tempat wisata ini diharapkan bisa membuka pengetahuan pengunjung perihal mangrove sebagai penghalau ombak dan abrasi pantai.

Sobat, belajar literasi sekaligus berwisata ternyata cukup ampuh. Saya bisa dengan  mudah mengenalkan fungsi-fungsi tanaman Mangrove pada adik-adik saya. Dan tentunya, mereka menerima tiap informasi yang saya berikan dengan semangat. Apalagi adik saya memiliki tugas untuk membuat laporan mengenai mangrove, tentunya menjadikan ia lebih semangat membuat presentasi sebaik mungkin.
Salah satu adik saya yang belajar Mangrove
melalui papan informasi (Dok.Pri)
Adik saya mengatakan bahwa pembelajaran sains mengenai mangrove biasanya diberikan guru sebatas teori di kelas. Dia sering merasa bingung dengan gambaran yang diberikan guru mengenai jenis-jenis mangrove yang ada di Indonesia. Nah, ketika datang ke taman mangrove, sedikit banyak adik saya jadi mengenal langsung bentuk mangrove dan beberapa jenis yang ditanam disana.
Saya yang tengah memperkenalkan fungsi Mangrove
 pada adik-adik (dok.pri)
Saya juga terbantu hadirnya papan informasi yang menuliskan ulasan lengkap mengenai mangrove. Saya cukup menjelaskan beberapa hal yang mereka tak paham. Saya harap, laporan wisata edukasi ini bisa dijadikan acuan bagi adik saya ketika presentasi di depan kelas nanti. Saya berharap pula, tiap siswa memahami bukan sebatas teori di kelas tapi juga bisa mengenal mangrove secara langsung.
Salah satu buah dari mangrove yang masih muda (Dok.Pri)
Baiklah, itulah cara yang saya lakukan sebagai upaya menghidupkan literasi sains pada adik-adik melalui tanaman Mangrove. Sebenarnya masih banyak lagi cara yang bisa diterapkan agar belajar literasi sains bisa mudah dan menyenangkan. Semoga cara saya juga bisa diterapkan di keluarga pembaca juga meskipun dengan media yang berbeda. Salam Literasi!

#SahabatKeluarga
#LiterasiKeluarga

Referensi :

  • http://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-content/uploads/2017/10/cover-materi-pendukung-literasi-sains-gabung.pdf
  • https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3620275/mangrove-bisa-hambat-gelombang-tsunami
  • https://republika.co.id/berita/koran/didaktika/ngm3g840/literasi-indonesia-sangat-rendah
  • https://rumahinspirasi.com/18-nilai-dalam-pendidikan-karakter-bangsa/
  • https://news.detik.com/berita/d-4647918/bnpb-20-tahun-terakhir-korban-bencana-indonesia-terbanyak-kedua-dunia

14 komentar:

  1. kira2 bagaimana cara agar anak bisa menyukai kegiatan membaca?
    *jangan lupa mampir AORLIN(.)com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dibiasakan sejak dini mengenal buku bacaan kak, soalnya kegiatan anak dimulai dari kebiasaan ortunya :)

      Hapus
  2. Wisatanya sangat memberikan edukasi, sekaligus memberikan wawasan baru untuk saya yang kurang menghetahui mangrove..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget kak, bagi yg blm pernah tahu seperti apa Mangrove, bakal rekomen bgt dengan ini....

      Hapus
  3. Mangrove ini selain tempat edukasi juga ga kalah menarik buat tempat wisata ya, di Jkt ada 1 hutam mangrove, tp ga gitu rame menurutku hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayang banget ya mbak, padahal bisa tuh dijadikan wisata edukasi kayak saya dan adik2 saya. Malah ampuh banget lho kalau caranya gini hehe

      Hapus
  4. Pr Besar untuk kita, apalagi seorang blogger bagaimana menumbuhkan minant baca sejak dini hehe

    Keren ya mbak Magrove di kelola dengan baik, di tempat q di biarkan cuma di pakai tempat memancing heem :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, dan saya melatih minat baca adik2 dengan cara wisata Mangrove. Biar ngelatih membaca mereka juga soalnya banyak papan2 informasi di tempat tsb.

      Ya, ada spot buat mancing juga kok mas, tapi emang tujuan utama utk wisata edukasi :)

      Terima kasih sudah mampir ke blog saya :D

      Hapus
  5. Wah mantap nih, mangrove dijadikan tempat wisata edukasi. Apalagi merangsang minat literasi.. Kerenn

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener kak, soalnya adikku bukan lagi anak kecil. Jadi harus cari cara untuk merangsang minat baca mereka melalui sesuatu yg lain, termasuk wisata edukasi kayak gini hihi

      Hapus
  6. Mungkin bisa dibikin buku saku dengan banyak ilustrasi menarik. Saya pernah baca komik KPK yang ceritanya tentang cara mencegah korupsi dan aturan hukum apa yang mengatur tentang korupsi. Jadi kalau bentuknya komik jadi lebih enak bacanya ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener kak, kemaren adekku malah bawa buku catatan sama beberapa alat tulis untuk kesana. Lebih cakep lagi kalau setiap pengunjung yang masuk ke tempat tersebut dipinjami buku ttg Mangrove satu per satu :D
      Keren sarannya 👍

      Hapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam