Laman

Jumat, 26 Juli 2019

“Biodiversity” mendukung Tumbuh Berkembangnya UMKM berbasis Pangan di Indonesia

Indonesia begitu kaya akan keanekaragaman hayati (Biodiversity). Bahkan tanpa disadari, ia ada di lingkungan sekitar kita. Tanaman hias, pohon untuk obat-obatan, hingga pohon penghasil buah atau sayuran konsumsi, bisa dengan mudah kita temukan di halaman rumah. Tak heran jika negeri ini menjadi daya tarik bagi bangsa asing di masa lampau.

Pada zaman dulu, negara lain menjajah Indonesia karena kekayaan alam yang dimiliki, terutama soal rempah-rempah. Cengkeh, kopi dan pala menjadi komoditas utama yang diperebutkan tiap negeri. Harga rempah tersebut pun terbilang fantastis. Mereka memiliki nilai jual yang hampir setara dengan emas. Wow!

Sebagai bagian dari bangsa ini, harusnya kita turut bangga atas kekayaan alam yang dipunyai Indonesia. Kita menjadi salah satu negara dengan keanekaragaman hayati yang besar. Ya, berdasarkan informasi yang diambil dari laporan pencapaian Indonesia pada AICHI Target, diketahui bahwa sejak tahun 2014 teridentifikasi 470 sumber daya genetik lokal memiliki potensi sumber pangan.
Itu baru keanekaragaman hayati sebagai sumber potensi pangan. Masih banyak lagi potensi-potensi lain yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, seperti sumber obat-obatan, sumber sandang, sumber papan dan sumber plasma nutfah. 

Nah, berbicara mengenai keanekaragaman hayati sebagai sumber pangan, ternyata ia juga berkaitan lho dengan tumbuh dan berkembangnya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) berbasis pangan di Indonesia. Bagaimana bisa?
Suatu hari, saya merasa penasaran dengan asal muasal istilah “Zamrud khatulistiwa”. Sering mendengar memang, namun tak memahami secara pasti alasan Indonesia bisa disebut demikian. Setelah mencari berbagi referensi, saya menemukan bahwa istilah tersebut muncul karena penampang Indonesia yang hijau cantik bak batu zamrud saat dilihat dari udara.

Lebih dari itu, Indonesia merupakan negara yang terletak di garis khatulistiwa sehingga ketika dipadukan, istilah “Zamrud khatulistiwa” berarti sebuah tempat di garis khatulistiwa yang hijau bagaikan batu zamrud. Tak salah memang jika Zamrud menjadi gambaran yang diberikan orang pada negeri ini.
Warna hijau Zamrud mewakili hutan-hutan tropis yang tersebar di seluruh nusantara. Sekedar informasi, keberadaan hutan tropis ini sangat penting bagi kelangsungan hidup organisme. Hutan termasuk wadah bagi keanekaragaman hayati (Biodiversitas) berupa flora dan fauna khas Indonesia.

Berdasarkan informasi yang diambil dari berita Unpad, Indonesia menempati peringkat kedua dunia setelah Brasil dalam hal keanekaragaman hayati. Nah, kita tahu bukan, bahwa Brasil pun merupakan wilayah tropis layaknya Indonesia. Dari hutan tropis itulah berbagai keanekaragaman organisme bisa ditemukan. Wow, begitu luar biasa!

Meskipun demikian, istilah keanekaragaman hayati juga tak hanya berbicara tentang hutan lho. Menurut UU No. 5 tahun 1994, keanekaragaman hayati (Biodiversity) merupakan keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik (perairan) lainnya, serta komplek-komplek Ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dengan ekosistem.

Apabila ditelisik berdasarkan Undang-undang tersebut, selain hutan, berbagai kehidupan yang ada di lingkungan kita pun termasuk dalam keanekaragaman hayati. Masing-masing dari keanekaragaman itu menghasilkan berbagai potensi untuk masyarakat. Potensi pangan, potensi kesehatan, potensi papan, potensi sandang dan masih banyak lagi.
Gambar diambil dari Google dengan editan Pribadi
Di Indonesia, keanekaragaman hayati sebagai sumber pangan, bisa dengan mudah kita temukan. Mulai dari sumber pangan berupa makanan pokok, sayur mayur, buah-buahan hingga yang sudah diubah menjadi makanan olahan.

Nah, mengenai makanan olahan, UMKM memegang peranan kunci di dalamnya. UMKM bertugas mengolah sumber daya hayati menjadi makanan yang siap dikonsumsi. Lalu, seperti apakah perkembangan UMKM yang mengolah potensi pangan tersebut?
Dokumentasi Pribadi
UMKM merupakan salah satu sektor yang mampu menghidupkan perekonomian Indonesia. Melihat daya tahannya terhadap krisis pada tahun 1998 lalu serta kontribusinya dalam menaikkan taraf hidup banyak orang, membuat pemerintah berinisiatif untuk mendukung perkembangannya.

Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2012, jumlah UMKM yang ada di Indonesia ini mencapai 56,7 juta. Jumlah tersebut bisa bertambah tiap waktu apabila iklim usaha semakin membaik. Demi meningkatkan iklim usaha agar semakin baik, pemerintah telah mengeluarkan beberapa paket kebijakan terkait pengembangan UMKM agar ia semakin naik kelas. 
Sumber gambar : Elkassa pos
Dari puluhan juta UMKM yang telah berdiri, ternyata bidang usaha pangan (Makanan dan minuman) termasuk menjadi prioritas karena pertumbuhannya yang tinggi. Mengapa bisa demikian? Makanan dan minuman itu sesuatu yang fleksibel. Ia berkembang sesuai zaman dan inovasi dari masyarakat.

Selain itu, UMKM berbasis pangan biasanya memanfaatkan potensi alam sehingga tak sulit untuk mendapatkan bahan baku demi keperluan produksi. Di beberapa daerah di Indonesia, adanya UMKM ini telah memberikan kontibusi dalam mengenalkan makanan olahan berupa kuliner khas.  Berbagai oleh-oleh yang bisa dibawa pulang pelancong misalnya, merupakan produk dari UMKM.
Tak heran, dari waktu ke waktu perkembangan UMKM yang memproduksi kuliner kian menjamur. Produk-produk yang dihasilkan juga semakin beragam dengan keunikan-keunikan tersendiri. Lantas bagaimana keanekaragaman hayati mampu mendukung berkembangnya UMKM?
Dalam menghasilkan suatu produk, tiap UMKM membutuhkan bahan baku. Adanya bahan-bahan alam seperti umbi-umbian, bahan hewani, buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, akar-akaran, dan lainnya, mendorong masyarakat untuk mengolahnya melalui UMKM. Ya, keanekaragaman hayati menyediakan bahan mentah bagi UMKM untuk berproduksi.
Beberapa waktu lalu, saya berkunjung ke salah satu dusun bernama Kemuning yang terletak di wilayah Gunung Kidul, Yogyakarta. Di dusun tersebut terdapat sebuah UMKM milik masyarakat yang bernama UMKM Oase.

UMKM Oase menjual berbagai produk kuliner olahan berbahan lokal seperti Gaplek Geprek, Lempeng Singkong, Wedang Secang, Jenang Uter, Talas Chip dan ingkung ayam sebagai pelengkap nasi tiwul. Setiap bahan yang digunakan berasal dari hasil bumi masyarakat setempat.
Uniknya, ada beberapa produk kuliner yang menggunakan bambu dan daun jati sebagai packaging serta alas piring. Misalnya Gaplek geprek dan Ingkung ayam. Di dusun kemuning, baik bambu maupun pohon jati merupakan sumber daya melimpah. Saat menjejak kesana, hampir disetiap sudut bisa menemukan kedua tumbuhan tersebut.
Sungguh, menyaksikan kuliner-kuliner yang dibuat oleh masyarakat Kemuning, saya sadar bahwa peran alam sangatlah besar. Alam menyediakan bahan-bahan yang bisa diolah oleh UMKM untuk dibuat produk. Dari produk itu kemudian orang bisa menikmati beraneka macam kuliner khas daerah.

Itu baru satu daerah di Indonesia, bagaimana dengan yang lain? Sebagai pecinta kuliner, saya mengamati banyaknya makanan unik tiap kota. Misalnya lanting khas Kebumen, Telur asin khas Brebes, Kripik Buah Apel khas Malang, Kripik Pisang Coklat khas Lampung, Nasi Megono khas Pekalongan dan masih banyak lagi.
Dokumentasi Pribadi
Kolaborasi antara Keanekaragaman hayati (biodiversity) dan UMKM yang ada di negeri ini telah banyak memberikan kontribusi memperkenalkan makanan-makanan khas tiap daerah. Keduanya juga mampu menelurkan inovasi untuk pengembangan produk, baik soal rasa, bentuk, variasi, maupun packaging.

Keanekaragaman hayati dan UMKM memiliki simbiosis mutualisme yang besar. Sinergi keduanya memiliki peran dalam memajukan dan memperkenalkan potensi pangan bagi masyarakat dalam negeri maupun dunia. 

Ya, kita patut bangga bahwa negeri ini merupakan surga dari "Biodiversity" dan UMKM berbasis pangan. Keanekaragaman hayati selalu memberikan kejutan. Ia selalu mewariskan kebaikan bagi masyarakat. Mari kita dukung penuh perkembangannya dan selamat merayakan "Hari Keanekaragaman Hayati 2019". Tabik.

Sumber Referensi : 

  • https://republika.co.id/berita/ekonomi/makro/17/09/23/owpfqs384-potensi-ekonomi-industri-makanan-capai-rp-1500-t-per-tahun
  • https://www.artikelsiana.com/2015/04/fungsi-manfaat-keanekaragaman.html
  • https://bisnisukm.com/fantastis-omzet-industri-makanan-indonesia-setahun-rp-1-500-triliun.html
  • https://goukm.id/apa-itu-ukm-umkm-startup/
  • https://indopos.co.id/read/2019/05/20/175825/keanekaragaman-hayati-indonesia-menjadi-sumber-pangan-dan-kesehatan-dunia
  • https://goukm.id/apa-itu-ukm-umkm-startup/
  • https://smartlegal.id/smarticle/2019/02/13/klasifikasi-ukm-dan-umkm-di-indonesia/
  • https://se2016.bps.go.id/umkumb/
  • https://www.ukmindonesia.id/baca-artikel/62
  • https://umkm.online/daftar-produk-ukm-makanan-dan-minuman-paling-popular/
  • https://www.bappenas.go.id/files/8014/8116/6753/Warta_KUMKM_2016_Vol_5_No_1.pdf

20 komentar:

  1. Bangsa dengan semua kekayaan alam bangsa ini. Tapi hati saya sedih, ketika tanaman justru malah ditebang dan tanpa dilakukan penanaman kembali. Buang sampah ke sungai karena tidak ada pembuangan sampah. Itu terjadi di kampung saya. Bagaimana dengan di kota yang lahannya semakin sempit?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, miris juga sih mbak. Baiknya kan kalau ditebang harusnya ditanam kembali ya

      Hapus
  2. Indonesia memiliki kekayaan hayati yang luar biasa banyaknya. Dari kekayaan alamnya juga aneka usaha UMKM yg digeluti masyarakatnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mba, gak hanya bicara soal UMKM pangan saja sebenarnya. Kerjainan, kain dan aksesoris juga banyak yg ngambil dari alam.

      Hapus
  3. kekayaan alam yg dimiliki Indonesia memang bener2 kayak ya mbak. rempah rempah nya banyak, tanaman obat, buah, sayur buanyaaak. udah sepantasnya kita menjaga dan melestarikan. tapi miris masih banyak aja yg suka bakar hutan, penebangan liar dan melakukan kegiatan2 yg merusak alam :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang paling miris tuh kalau buang sampah sembarangan sih mba menurutku. Itu ngrusak alam banget. Apalagi menyoal plastik

      Hapus
  4. Di daerah rumah ibuku masih banyak warga yang membudayakan berbagai tanaman obat bahkan sayur mayur, ngeliatnya jadi termotivasi untuk ikutan nanem. Kekayaan hayati ini harus terus dilestarikan bahkan terus diedukasikan ke generasi millenial nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener, aku aja kalau ngelihat sayuran ditanam depan rumah tuh seneng banget rasanya. Apa-apa tinggal ngambil hehe

      Hapus
  5. benar Indonesia kaya akan keragaman hayati, namun semua ini belum dimanfaatkan secara maksimal, para petani kita masih miskin dan susah, hasil pertanian mereka belum diharga secara layak. jad kadangs edih juga. makanya perlu juga diberi ilmu tambahan pengolahan hasil kebun mereka agar daya jualnya naik dan awet. btw semangat lomba blognya yah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget tuh, pemberdayaan petani kudu lebih intensif biar menghasilkan banyak hasil panen.
      Terima kasih mba semangatnya ^_^

      Hapus
  6. Tumbuh kembang anak memang perlu dukungan dari nutrisi yang diasupnya melalui makanan. Makanan tersebut sangat kaya di negeri kita ini dengan pastinya mengolah dengan cara yang baik dan tepat pula

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaps, kemaren pas expo saya juga menemukan UMKM yang membuat makanan bagi anak-anak lho mbak.

      Hapus
  7. Iya banget, kekayaan biodiversiti Indonesia sangat banyak. Kalo bisa diolah dengan maksimal, bisa sangat beragam deh sumber pangan kita. Bahkan bisa menggantikan nasi sebagai makanan pokok.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sebenarnya kalau mau mah kita bisa ganti nasi dengan ketela atau mie. Tapi ya, masih ada yg belum bisa lepas dari nasi sih hehehe

      Hapus
  8. Kalau jalan-jalan ke daerah aku paling semangat nyobain produk UMKM yang biasanya cemilan 😁 semoga UMKM Indonesia selalu maju dan sukses!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, dan kita jadi kenal camilan daerah itu. Ya berkat usaha dari UMKM itu :D

      Hapus
  9. luar biasa ya, negara kita Indonesia begitu kaya akan sumber daya hayati. Banyak yang bisa dijadikan olahan makanan. Seperti halnya yang dilakukan di dusun Kemuning. Semoga UMKM di bidang makanan dan minuman di Indonesia bisa memanfaatkannya dan terus berkembang pesat.

    BalasHapus
  10. Indonesia kaya dengan sumber alam ya, tinggal kita mengolahnya kembali dan memperkenalkan serta memasarkannya, sukses untuk para UMKM di Indonesia yang mengembangkan potensi di negara kita

    BalasHapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam