Senin, 30 Juli 2018

Ayo Menabung Di Bank, Ayo Menjadi Generasi Cerdas Keuangan!!

"Apa inspirasi yang membuat kamu mau menabung?"
Tidak semua orang paham mengenai pentingnya mengelola keuangan bagi rumah tangga. Apalagi jika dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan hidup, maka intensitas pendapatan akan lebih banyak diarahkan untuk melakukan pembelian barang-barang kebutuhan daripada yang lain. 

Pada kelompok masyarakat tertentu di perkotaan, cerdas dalam mengelola keuangan bagi rumah tangga mungkin sudah terlaksana dengan baik. Namun tidak bagi masyarakat pedesaan. Pengetahuan mengenai pentingnya mengelola keuangan secara teratur dan terperinci masih begitu minim, apalagi penerapannya.
Well, meski memiliki pendapatan yang tinggi, belum tentu seseorang tahu cara mengelola pendapatan tersebut dengan baik. Pengaruh gaya hidup, lingkungan pergaulan dan keinginan-keinginan dari dalam diri mampu membentuk perilaku seseorang menjadi konsumtif. Nah, generasi cerdas keuangan akan menghindari perilaku semacam itu.
Dalam tulisan ini, saya akan mengilustrasikan dengan membandingkan dua keluarga. Keluarga Jamal dan keluarga Atung. Dua keluarga tersebut, saya asumsikan memiliki beberapa kesamaan seperti pendapatan, kondisi rumah, dan jumlah tanggungan yang sama.
Keluarga Atung dikenal tetangganya sebagai keluarga yang sederhana. Atung sebagai kepala keluarga selalu mengajak anggota keluarganya untuk berhemat. Dia akan mengingatkan anak-anaknya untuk menyisihkan uang dan menabungkan uang tersebut. Jika sewaktu-waktu dibutuhkan, ada cadangan uang yang tersimpan ditabungan. Istri Atung sendiri terbilang begitu teliti ketika membeli barang. Ia selalu menuliskannya dalam note di smartphone maupun di buku, untuk melihat kebutuhan apa yang harus diprioritaskan dan dibeli. Barang-barang yang dibeli oleh istri Atung akan disesuaikan dengan kebuthan rumah tangga, sehingga ia bisa memperkirakan jumlah uang yang disisihkan setiap bulan.

Berbeda dengan keluarga Atung. Keluarga Jamal memiliki kecenderungan hidup lebih bebas. Jamal sebagai kepala keluarga tidak pernah melarang anak-anaknya untuk membeli berbagai barang yang mereka sukai. Bagi Jamal, selagi pendapatannya cukup, ia tak keberatan jika harus mengeluarkannya untuk memenuhi keinginan keluarganya. Istri Jamal juga sering melakukan kredit pembelian barang rumah tangga. Bagi Jamal, asal dia masih sanggup untuk membiayai,membeli apapun sah-sah saja.  

Sekian tahun berlalu, hingga masing-masing keluarga memiliki perubahan yang berbeda. Atung sekarang telah mampu membuka bisnisnya sendiri dan bisa menbiayai pendidikan anak-anaknya hingga perguruan tinggi. Sedangkan Jamal, beberapa kali ia mendapat telepon dari dept collector atas barang-barang yang keluarganya beli. Ia juga merasa cukup kesulitan untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi karena tidak memiliki simpanan uang yang cukup.

Nah, melalui cerita diatas, kita bisa membandingkan gaya hidup yang dipilih oleh masing-masing keluarga. Dan perilaku seperti apa yang mampu mengubah kehidupan kedua keluarga tersebut di masa mendatang.

Walaupun dalam kasus tertentu tidak sepenuhnya benar seperti itu, namun jika dilihat secara umum, yang bisa menangani kebutuhan, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang adalah mereka yang melakukan pengelolaan keuangan secara benar.
Ya,  keluarga Atung dalam cerita di atas bisa dikategorikan sebagai orang-orang yang cerdas dalam mengelola keuangan, sebab mereka bisa mengatur pendapatan, berperilaku hemat, mampu memprediksi pengeluaran, administratif dan berpikir jangka panjang.

Namun, apakah sebagai seorang pemula, kita harus melakukan manajemen keuangan seperti yang diilustrasikan oleh keluarga Atung? Tidak juga. Kita bisa memulai dengan sesuatu yang sederhana, sesuatu yang paling mudah kita lakukan. Ini nih, tips-tips yang bisa kita lakukan untuk mengelola keuangan kita supaya lebih baik. Saya juga lagi belajar lho,
Menjadi cerdas keuangan itu membutuhkan proses. Membiasakan diri untuk memiliki perilaku seperti keluarga Atung tidak serta merta cepat dan instan. Atung tentu mengajarkan perilaku-perilaku tersebut sedari dini, sehingga keluarganya mampu memiliki kebiasaan baik atas dasar rasa bahagia dan kesadaran pribadi. Tetapi, untuk bisa menjadi orang seperti Atung dan keluarganya, minimal kita bisa melakukan hal-hal berikut.
Nah, membuat skala prioritas itu penting sekali. Memiliki skala prioritas, akan membatasi kita untuk membeli sesuatu yang tidak kita perlukan. Kita akan mengurutkan kebutuhan kita dimulai dari kebutuhan primer hingga yang tersier. 

Saya mulai membuat skala prioritas semenjak saya merantau ke Jogjakarta untuk kuliah. Kebetulan saya berkuliah karena mendapatkan beasiswa dari pemerintah sehingga keuangan yang saya miliki terbatas. Untuk hidup, saya berusaha semaksimal mungkin untuk membeli kebutuhan-kebutuhan yang mendesak dibanding membeli sesuatu yang saya inginkan. 

Setiap kali saya akan berbelanja, saya akan memprioritaskan kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan untuk kuliah. Jika ada uang lebih, baru saya akan membeli barang yang saya sukai atau inginkan. Nah, kebiasaan memprioritaskan barang telah saya lakukan hingga kini. Saya bersyukur, saya bisa merubah perilaku saya semenjak merantau. Tentu saja, merantau membuat saya hidup mandiri, membuat saya mampu menyisihkan uang untuk ditabung. 
Membiasakan perilaku berhemat juga termasuk tanda bahwa kita sedang belajar untuk cerdas mengelola keuangan lho. Oh iya, yang kita harus ingat adalah hemat dan pelit itu beda. Hemat itu merupakan sikap kehati-hatian kita dalam menggunakan sesuatu, termasuk uang. Nah, kalau pelit itu, bahkan saat kamu membutuhkan suatu barang, kamu gak akan mengeluarkan uang sepeser pun untuk membelinya. 

Selama saya merantau, saya mendapat kiriman dari orang tua sebulan sekali. Itupun tidak selalu. Dengan kondisi demikian, saya harus sebisa mungkin berhemat menggunakan uang saya agar ada simpanan yang bisa saya gunakan ketika keadaan darurat.

Saya tipikal orang yang akan berhati-hati dalam membeli barang. Bukan karena pelit, tapi bagi saya, berhemat itu sejalan dengan memprioritaskan barang yang saya butuhkan terlebih dahulu. Selain itu, berhemat mengajarkan saya untuk tidak mudah menghamburkan dan menyepelekan uang. Hemat membuat saya menghindari pola hidup konsumtif.
Menabung memang akan cukup sulit dilakukan ketika kita tidak membiasakannya. Apalagi jika dihubungkan dengan keinginan untuk membeli banyak hal atau ketika kita memiliki pendapatan yang lebih kecil daripada pengeluaran, maka akan sangat sulit jika harus menyisihkan uang.

Padahal, dengan adanya tabungan, sebenarnya kita sedang melatih untuk menyimpan asset yang kita miliki. Suatu hari, ketika membutuhkan dana, kita bisa tertolong karena adanya tabungan. Tabungan menjadi semacam cadangan dana pada situasi genting.
Berbicara soal menabung, saya sudah melakukannya semenjak kelas 4 SD. Suatu hari ibu membelikan saya celengan Hello Kitty yang saya sukai semenjak saya kelas 2 SD. Saking bahagianya, saya berjanji untuk mengisi celengan Hello Kitty tersebut hingga penuh. For Your Information, saat itu celengan Hello Kitty sangat booming dan harganya cukup mahal. Jadi ketika ibu bisa membelinya untukku, itu suatu kebahagiaan yang tak terkira. 

Ibu merupakan salah satu inspirator yang membuat saya mau menabung. Beliau selalu mendorong saya untuk menyisihkan uang saku setiap hari. Kata beliau, menabung itu pangkal kaya dan melatih untuk jadi kuat. Nah, karena semangat dan dorongan beliau itulah yang membuat saya menabung dengan rasa bahagia.  

Saya mulai menabung di bank ketika SMA. Tepatnya ketika saya mendapat beasiswa prestasi dari sekolah dan setiap anak wajib memiliki rekening di bank. Well, sedikit cerita, saya juga bisa kuliah seperti sekarang ini karena tabungan yang saya miliki. Ya tahu lah, di awal-awal menjadi mahasiswa, banyak sekali uang yang harus dikeluarkan untuk membeli barang-barang keperluan ospek. Bukan hanya itu, selama beasiswa kuliah saya belum cair, saya harus menggunakan uang untuk hidup di perantauan. Jika tidak ada tabungan, mungkin saya sudah kesusahan di awal-awal penerimaan mahasiswa baru.
Saat ini saya memiliki dua buku tabungan dengan nama bank yang berbeda. Satu merupakan tabungan beasiswa dan yang satunya merupakan tabungan pribadi. Keduanya telah membantu saya mendapatkan cadangan dana ketika saya butuh. Misalnya saat saya butuh biaya untuk proses pembuatan skripsi dan keperluan wisuda, saya bisa mengambilnya dari salah satu rekening. Bagi yang belum tahu aja, proses menuju wisuda itu membutuhkan persiapan dan dana yang tak sedikit. Oleh karena itu, tanpa cadangan uang, saya akan cukup kesulitan.
Itu dia cerita saya mengenai tabungan. Perilaku sebelumnya, yakni memprioritaskan pembelian barang dan juga berhemat merupakan cara agar saya bisa menyisihkan uang untuk ditabung. Saat ini saya masih tetap menabung untuk keperluan wisuda saya pada tanggal 18 Agustus 2018 nanti dan membiayai kebutuhan setelah lulus. Yap, menabung telah memberikan banyak benefit. Bagaimana dengan cerita menabungmu?
Sejatinya, tujuan kita menabung adalah untuk menyimpan uang kita sehingga dikemudian hari ketika dibutuhkan, kita bisa mengambilnya kapan pun kita mau. Hanya saja, antara satu orang dengan yang lainnya memiliki persepsi tersendiri mengenai cara menabung ala mereka. Ada yang lebih suka menabung dirumah atau menabung di bank. 

Di desa saya, sebagian masyarakat lebih suka menabung dirumah dengan alasan mudah diambil kapanpun mereka mau. Selain itu, menabung di rumah memang tak membutuhkan persyaratan administratif tertentu yang bagi orang-orang di desa, cukup ribet cara mengurusnya. 

Jika jumlah uang yang ditabung sedikit sih tidak masalah jika disimpan di rumah, namun jika jumlahnya banyak? Maka lebih baik berpikir seribu kali. Banyak risiko yang mungkin saja terjadi bagi mereka yang menyimpan uang dirumah. Risiko menyimpan uang dirumah misalnya risiko kebakaran, bencana alam, keteledoran karena sembarangan menaruh uang, pencurian bahkan kerusakan karena dimakan hewan atau terkena jamur.
Jamal dan Atung adalah bentuk ilustrasi yang akan saya gambarkan mengenai kejadian yang pernah dialami salah satu warga di Indonesia karena menabung di rumah. Kejadian tersebut menimpa seorang wanita yang menyimpan uangnya di celengan bambu. 
Jamal merupakan seorang laki-laki yang bekerja keras dan hemat. Ia selalu menyisihkan uangnya untuk ditabung, setiap kali mendapat pendapatan dari penjualan baju di tokonya. Kali itu, sepulang dari tempat berdagang, ia bertemu dengan Atung temannya. Mereka berdua akhirnya memutuskan pulang bersama karena memiliki arah yang sama.
Kalau saya ditanya mengenai tempat menabung untuk sekarang ini, saya lebih memilih menabung di bank. Why? Di bank, banyak benefit yang bisa saya dapatkan yakni aman dan nyaman. Selain itu, seiring perkembangan zaman, saya membutuhkan kecepatan dalam melakukan berbagai transaksi, sehingga bank adalah tempat yang saya pilih untuk menyimpan uang.

Menabung di bank itu aman. Kita akan mendapat jaminan keselamatan atas uang yang kita simpan. Tak tanggung-tanggung, penjaminan yang ada akan dilakukan oleh lembaga pemerintahan bernama LPS. Sudahkah kamu mengenal lembaga ini? Jika belum, mari kita berkenalan. Bukankah ada istilah, tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Nah untuk bisa sayang maka kita harus memahami terlebih dahulu apa saja yang berkenaan dengan LPS atau Lembaga Penjamin Simpanan ini.
Industri perbankan merupakan salah satu elemen penting dalam perekonomian Indonesia, oleh karena itu menjaga stabilitasnya akan mempengaruhi keseimbangan perekonomian secara agregat.  Nah, semenjak terjadi krisis moneter pada tahun 1998. Perbankan Indonesia mengalami keterpurukan karena kepercayaan yang menurun. Masyarakat mulai enggan menabung atau melakukan aktivitas yang berhubungan dengan transaksi di bank. 

Untuk mengatasi menurunnya kepercayaan itu, akhirnya pemerintah mengeluarkan kebijakan memberikan jaminan untuk seluruh kewajiban bank terhadap nasabahnya, termasuk simpanan masyarakat. Kebijakan ini terbukti cukup efektif untuk menaikkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan. Hanya saja, beban negara cukup berat karena cakupan penjaminan masih luas dan belum ada aturan untuk jaminan tersebut.

Dengan adanya hal tersebut, akhirnya pemerintah memutuskan membuat sebuah lembaga yang memberikan jaminan ke nasabah, hanya saja sifat jaminannya terbatas. Tahun 2004, dibentuklah Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang mulai beroperasi setahun kemudian pada 22 september 2005. 

Stuktur Organisasi LPS terdiri dari Dewan Komisioner dan Kepala Eksekutif. Dewan Komisioner merupakan pimpinan LPS, yang dipimpin seorang Ketua Dewan Komisioner. Dewan Komisioner LPS diangkat oleh Presiden. Sedangkan Kepala Eksekutif merupakan Anggota Dewan Komisioner yang bertugas melaksanakan kegiatan operasional LPS.
Jika kita memiliki simpanan di Bank, kita tidak perlu khawatir mengenai keamanannya. Mengapa? Soalnya LPS akan menjamin bahwa uang yang kita miliki aman dari berbagai risiko yang mungkin terjadi. Di dalam Undang-Undang LPS, sudah diatur jika LPS sampai kekurangan modal awal, maka pemerintah akan menutup kekurangan tersebut setelah mendapatkan persetujuan dari DPR. Sedangkan jika LPS mengalami kesulitan likuiditas dalam pembayaran klaim penjaminan, maka pemerintah akan memberikan pinjaman kepada LPS. 

Jaminan yang diberikan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terhadap dana simpanan kita di bank memiliki jumlah saldo maksimum Rp 2 miliar untuk tiap rekening per bank lho kawan. Nah, kalau kita memiliki simpanan dengan jumlah cukup besar, maka LPS bisa menjamin sebesar saldo maksimum tersebut.

Penjaminan ini berlaku untuk seluruh jenis bank ya kawan, baik bank umum maupun Bank Perkreditan Rakyat. Jika kamu mau melihat apakah bankmu sudah dijamin oleh LPS atau belum kamu bisa kok cek di Bank Peserta Penjaminan LPS.
Berbicara mengenai alasan mengapa menabung di bank itu penting adalah untuk menghindari risiko-risiko yang bisa terjadi jika menabung di rumah. Coba deh kalau kamu menabung di rumah dan mengalami salah satu risiko, misalnya saja pencurian. Siapa donk yang akan mengganti uang kamu? Gak ada kan? Yang ada, kamu malah nyesek karena uang yang udah kamu simpan bertahun-tahun hilang. Beneran, mending jangan sampai itu kejadian. Berat, kamu gak akan kuat. 

Well, meskipun hampir sebagian besar bank telah mendapat jaminan dari LPS, namun untuk bisa mengklaim jaminan tersebut ketika bank bermasalah adalah saat tabungan kita memenuhi aturan yang disebut dengan " Prinsip Tiga T"
Baiklah. Sudah cukup mengerti bukan mengenai syarat kita bisa mengklaim jaminan simpanan yang kita miliki. Jangan sampai kita menyepelekan informasi demikian ya kawan. Soalnya, uang kamu bisa jadi tidak mendapat jaminan LPS karena kamu tidak memenuhi prinsip 3T tadi. 

Sebagai nasabah yang cerdas, memahami aturan-aturan tertentu dalam perbankan memang sangat diperlukan. Minimal kita memahami aturan bank yang kita pilih untuk menyimpan uang kita dan tahu cara mengajukan klaim jaminan di LPS. Pengetahuan tersebut nantinya berfungsi untuk menghindari kerugian kita sebagai nasabah. 

Sekali lagi, masyarakat tidak perlu khawatir menyimpan uangnya di bank karena LPS menjamin simpanan pada seluruh bank konvensional dan bank syariah di wilayah Republik Indonesia.

Berikut merupakan jenis simpanan yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Dengan dijaminnya simpanan pada seluruh bank diharapkan kepercayaan masyarakat untuk menyimpan uangnya semakin meningkat.
Kalau saya sih tidak. Menabung di bank membuat saya lebih percaya diri. Saya tidak pernah merasa khawatir sama sekali terkait uang yang disimpan didalamnya. Risiko-risiko ketika menabung di rumah bagi saya terasa lebih menghawatirkan karena tidak ada yang bisa menjamin apakah uang itu akan tersimpan aman atau tidak.

Dengan menabung di bank, transaksi yang saya lakukan juga begitu mudah dan cepat. Tidak perlu ribet memikirkan waktu yang lama. Tinggal bermodalkan kartu ATM, saya bisa langsung melakukan transaksi yang saya inginkan kapanpun dan dimanapun.

Oh iya, jika smartphone kamu telah terdaftar untuk mengikuti layanan elektronik bank tempat kamu menyimpan uang, maka itu jauh lebih mudah bagi kamu untuk bertransaksi. Tinggal Scroll dan klik.

Saat ini, layanan perbankan Indonesia telah menginspirasi saya untuk tetap menabung. Saya semakin percaya dengan setiap kemudahan yang mereka tawarkan, selain itu saya semakin yakin bahwa uang saya aman karena telah di jamin oleh Lembaga penjamin Simpanan (LPS). Well, kenapa saya harus ragu untuk menabung di bank? Tidak kawan. Saya tidak meragukannnya. Bagi saya menabung adalah investasi masa depan. 
Sudah tahu kan bahwa menabung adalah salah satu cara agar kita bisa mengedukasi diri dalam hal keuangan. Menjadi generasi cerdas itu sesungguhnya sangatlah mudah jika kita sudah menguatkan niat didalam hati. Tinggal bagaimana kita selanjutnya take action dan mulai membiasakannya. 

Yukk menjadi generasi cerdas. Generasi yang pandai memilih trik terbaik untuk investasi masa depan, generasi yang mampu mengenali prioritas pembelian, generasi yang mampu berhemat, dan generasi yang mampu saving pendapatan. Kalau bukan kita yang memutuskan menjadi generasi cerdas, siapa lagi?


Sumber informasi :

Instagram LPS-IDIC

Website Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

www.cermati.com

Bank Indonesia

41 komentar:

  1. luar biasa kak, yuk kita budayakan menabung demi masa depan yang lebih baik

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kak, kalau itu pasti. Tujuan kita nabung kan saving pendapatan :)

      Hapus
  2. Cadass tipsnya.. Bagaimanapun memang skala prioritas harus ketat diterapkan.. Misal, pertimbanhan utk pengeluaran dilihat dulu apakah akan jadi aset atau liabilitas, atau malah konsumtif semata.. Baiknya memang menyimpan uang di tempat yg sdh punya sistem keamanaan solid ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mas, iya. Skala prioritas memang harus di buat.
      Bener. Tempat yang sudah bagus keamanannya ya bank. Cuma kita juga kudu pinter milih bank juga, biar gak asal bank hehe

      Hapus
  3. aku usahakan menabung meski sebulan gak banyak
    kalau ada kebutuhan mendadak jadi gak bingung
    sekarang tiap bank padahal ada TabunganKU
    produk ini aku juga pakai soalnya biaya adminnya gak ada
    jadi, kalau niat nabung mending pakai TabunganKU

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kalau tabunganku sih emang dari dulu mas. Soalnya itu tabungan beasiswa. Kalau tabungan yang memang untuk menyisihkan uang kalau saya yang biru.

      Hapus
  4. Setiap bulan. Pendapatan bulanan selalu sayabsisihkan untuk tabungan..modal kawin..hihi

    BalasHapus
  5. Menahan diri untuk menyisihkan uang untuk perlu ditabung, ternyata nggak gampang ya kakak.... Sekarang menabung di Bank memang lebih aman dengan adanya prinsip 3 T. Lebih tenang dengan ada jaminan terhadap bank penyimpan uang dari LPS.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awalnya sih memang agak susah kak, saya aja kesulitan. Tapi lama2 ya udah terbiasa aja.
      IYa kak, ada LPS jadi lega aja :)

      Hapus
  6. Aku sekeluarga sudah menabung di bank, tapi ada budeku yg ogah-ogahan, kayaknya budeku harus baca postingan ini deh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Di desaku juga rata2 lebih suka nabung di rumah daripada di bank. Entah kenapa?
      Katanya sih takut kalau nabung di bank.

      Hapus
  7. alhamdulillah...saya juga sudah menabung sejak dulu mbak...hasilnya bener2 nyata. menabng nggak bohong deh dengan hasilnya...kini saya sedang giat2nya melatih anak saya menabung...biar dia menjadi orang yg bijak dalam keuangan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah ya mbak. Memang ngajari anak untuk menabung sejak dini itu begitu penting :D

      Hapus
  8. Duh jaman sekarang yang serba mahal ini, emang agak susah menyisihkan uang untuk menabung, tapi itu semua memang harus diniatkan. Sebab menabung itu kalo tidak dipaksakan ya tidak ada bisa-bisa terkumpul. Walaupun sedikit, In Sha Allah untuk kedepannya aku akan usahakan menyimpan uang untuk tabungan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, kalau gak ada simpanan tuh ntar kalau ada kebutuhan mendadak bakalan cukup susah. Makanya ada tabungan biar ada simpanan. Kalau aku sih gitu mba hehe

      Hapus
  9. Alhamdulillah saya sama anak-anak udah punya tabungan yes sekaligus investasi kecil-kecilan buat masa depan.

    BalasHapus
  10. Kadang menabung itu susah dilakukan. Menunggu uang sisa, padahal kalau tidak disisihkan lebih dulu pasti uangnya habis tanpa arah dan tujuan. Karena seringkali keinginan lebih kuat daripada kebutuhan. Oleh karena itu menabung dibutuhkan ketekunan dan konsistensi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget mba. Aku aja bisa nabung karena di suruh ibu. Tapi, lama-lama ya kebiasaan juga. Apalagi kalau lagi pengen jajan.Wah gak ada sisihan uang :D

      Hapus
  11. Meski baru di celengan saya sudah membiasakan anak untuk menyisihkan uang jajan da memasukannya ke celengan. Semoga kelak bisa menabung di bank.

    Btw saya gagal fokus sama infografisnya. Pakai aplikasi apa Mbak? Mau juga dong saya belajar...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pakai corell mba hehe
      Tapi untuk tokoh2nya ngambil gambar di free pic :)

      Hapus
  12. Tapi jujur aku lebih suka nabung di celengan wkwk... Tua banget sih ya caranya. Tapu ada kepuasan aja gitu kalo celengannya uda berat wkwk.. .Receh bgt ya mba. .Maafkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau jumlahnya gak sampai puluhan juta sih gak masalah menurutku mba, tapi kalau udah puluhan juta disimpan dicelengan apalagi dibawah kasur ya kok eman-eman :D
      Bisa rusak juga soalnya wkwkwkw
      Tak apa mba, berpendapat kok :D

      Hapus
  13. Bener banget, menabung itu sangatlah perlu. Sebab kita tak pernah tahu apa yg terjadi di hari esok. Dan menabung di bank adalah salah satu cara yang paling aman.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap, bener sekali mbak. Nabung itu untuk jaga-jaga hehe

      Hapus
  14. aku ada tabungan di bank dan juga tabungan di rumah mbak , kalo di rumah biasanya pake celengan yg di isi dari uang sisa belanja harian , menabung itu penting bangett apalagi yg tabungan berencana. itu snagat kepake bangett dijaman sekarang . yukkk kitaa menabungg

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku di rumah juga ada sih mba hehe
      Tapi cuma buat nyimpen uang kecil2an :D

      Hapus
  15. Berarti memang pas kan bahwa menabung itu pangkal kaya. Jadi kalau mau kaya, banyak-banyaklah menabung. 👌

    BalasHapus
  16. Aku kaget lihat ilustrasinya mbak, ternyata masih sedikit yg punya tabungan ya :(
    Kirain menabung di bnk udah umum dan datanya bisa perbandingan 70: 30 buat yg punya tabungan vs gak punya tabungan...
    Pasti mereka yg blm punya tabungan msh blm tau soal LPS ya mbak, pdhl kalau nabung di bank yg sudah terdaftar di LPS akan aman...

    BalasHapus
  17. Dulu aku disiplin menabung waktu Sd sampai SMP, tapi sekarang kok malah ga tertib. Kudu dimulai lagi nih disiplin menabung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jujur aku juga seperti itu terkadang kak, apalagi kalau dihubungkan dengan kebutuhan selama kuliah. Rasanya agak sulit memang, tapi tetap tak upayakan walau dikit2

      Hapus
  18. Bicara tentang menabung memang ngga mudah, butuh disiplin, bisa dilakukan sejak usia dini agar anak-anak mengeri pentingnya menabung ya Mba.. btw aku kok salah fokus sama buku ya tabungan dari britama ya.. batik ku suka!

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak kadang aku juga begitu butuh semnagat yang kuat. Apalagi kalau keinginan beli ini dan itu lagi banyak :D
      Salfok? hmm, emang bagus sih mba desainnya :D

      Hapus
  19. Wajib nabung...sebisanya walau pendapatan sedikit..., ntar pasti terasa manfaatnya jika ada kebutuhan mendesak...

    BalasHapus
  20. Alhamdulillah anak aku udah punya rekening di bank. Meski masih cq nama aku dan disi sedikit2

    BalasHapus
  21. Aku selalu menabung uang hasil blog, kalau dikumpulin bisa kebeli rumah kayaknya . Amin. Doakan ya Mb

    BalasHapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam